[48] Calling 112 {1}

54 21 0
                                    

Yena terbangun, namun yang ditemukannya hanyalah setitik cahaya hasil bias dari sebuah benda yang terkena sinar matahari. Selebihnya gelap.

Tangannya merogoh kantung,mencari ponselnya. Namun, sungguh malang, ponselnya tak ditemukan. Dia berbaring tanpa tahu ada dimana. Namun satu hal pasti yang dirasakannya, ialah getaran kendaraan terasa nyata pada bagian punggungnya yang bersentuhan langsung dengan alasnya tidur saat ini. Dia sadar berada dalam ruangan sempit,tangannya bahkan bisa menyentuh apa yang menutupnya.

Tidak salah lagi, dia berada alam bagasi mobil. Entah bagaimana bisa berakhir disini, diapun tidak tahu.

Yena berpikir keras,sebelum dia mengingat sesuatu yang dapat membantunya. "Astaga, aku menyimpan dimana ponsel kecil itu?" fikirnya sembari meraba seluruh badannya,termasuk celana pendek yang dipakainya tepat sebelum ia menutup kakinya dengan rok panjang. "Ah,ini dia," serunya lalu mengerjakan sesuatu disana dengan ponsel kecilnya.

Dia tidak tahu apa yang telah terjadi,dan sialnya, dia tidak menghafal nomor siapapun dan ponsel kecil itu tidak berarti apapun karena itu hanya ponsel yang baru dibelinya,belum lama.

"112, ada keadaan darurat apa?"

Yena menghembuskan nafasnya kasar saat mendengar suara berat menyambutnya disana. "Aku rasa aku sedang diculik,"

"Baiklah, siapa namamu?"

"Yena, Kim Yena,"

"Okay Yena, kami sudah mendapatkan informasimu disini. Bisa kau ceritakan detailnya?"

Dia mulai menangis, sesengukan,"Aku tidak tahu apa yang terajdi, tapi sepertinya aku sedang berada didalam sebuah bagasi mobil, apa yang harus kulakukan? Aku sempat tak sadarkan diri tadi,Ba—bagaimana ini?" ucapnya terhalang tangisnya yang sengaja ditahan agar tak meledak. "Aku tidak mau mati"

"Baiklah yena"

"Apa?" ucapnya sesenggukan. Tangannya sudah menutup matanya menahan air yang memaksa keluar.

"Kami akan menemukanmu,Yena,oke?"

Yena mengangguk, meyakinkan dirinya. "Kau berjanji?Kau janji akan menemukanku?"

"Aku bisa menjanjikanmu hal ini, oke? Semua orang yang bekerja di kota ini adalah orang-orang terbaik,jadi untuk menemukanmu, kau juga harus membantuku. Mengerti?Bisakah kau melakukan hal itu?"

Yena menangis,"Okay,okay,kumohon..." ucapnya masih sedikit bergetar. Dia semakin takut sekarang. Bisa saja dia bukan bersama Kyungsoo sekarang, tega sekali lelakinya itu kalau benar.

"Baiklah,gadis pintar,gadis pintar....Yena, hal pertama yang aku mau kau lakukan adalah, lihat sekeliling bagasi itu untuk melihat apa kau bisa menemukan tuas pelepas. Biasanya bersinar dalam gelap. Kau bisa melihatnya?"

Yena mulai mencari dengan gelisah, dan dia tak mendapatkannya,"Tidak, itu tidak ada disini! Tak ada disini!" teriaknya mulai kesal.

"Oke,tidak apa-apa gadis pintar,tidak apa-apa. Dimana alamat terakhir sebelum kau tidak sadarkan diri?"

"Rumah kekasihku....." Yena mengucapkan alamat rumah Kyungsoo dengan lengkap tanpa berfikir panjang.

"Ahh aku tau dengan baik alamat itu. Itu di pusat kota,bukan? Baiklah,baiklah, tidak apa-apa, tenanglah sayang," suara baritone itu berucap lembut.

"Apakah kau bisa jelaskan mobil itu dua pintu atau empat pintu?"

"Aku tidak tahu, tapi sepertinya empat pintu,"

"Ah,kau gadis pintar. Baiklah, aku mau tau kira-kira kau berada pada jalan tol atau tidak?"

"Aku rasa iya, mobilnya berjalan dengan lancar sedari tadi,"

AimlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang