[20] "You"

107 20 2
                                    

Ku lepaskan tangannya setelah kami berada di tempat yang jauh dari jangkauan penglihatan mereka, parkiran, "Apa-apaan kau ini?" ucapku kelewat santai, terlalu capek berteriak dihadapannya.

Dia sedikit terkejut melihatku yang bereaksi tiba-tiba, "Apa yang kau lakukan dengan baju itu disini?"

Aku melihat bajuku, sekilas,"Apa yang salah?"

"Kau berpesta disaat yang lain sibuk dengan pernikahan besok?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau berpesta disaat yang lain sibuk dengan pernikahan besok?"

Mataku memutar, jengah dengan sikapnya," Wuah, lihatlah siapa yang berbicara sekarang," emosiku mulai tersulut," kau sendiri dengan bangganya berciuman disudut resto dan tanpa malu menghampiriku dengan membawa aroma alkohol. Kau membuatku malu, Tuan Baekhyun," aku menghela napas kasar dihadapannya.

"Sudah kubilang jangan dekat dengannya," ujarnya tegas.

"Kita bahkan terikat bukan karena kemauan sendiri. Jangan urusi pribadi orang lain," ucapku lalu berbalik hendak menjauh darinya. Melihatnya saja membuatku panas. Bagaimana bisa aku hidup dengan orang gila ini?

Dia menahan tanganku dengan cepat, tepat di luka yang sebelumnya dibentuknya. Entah bagaimana ceritanya tanganku bisa terluka hanya karena genggamannya, akupun tak tahu.

Aku berbalik, lalu menghentakkan tangannya,"Kau melukaiku disitu," ucapku marah, air mataku mulai keluar. Memenuhi mataku yang membuat pandanganku semakin kabur.

"Salahmu yang tak mendengarkanku,"

Sudahlah, terserah dia saja.

Aku dengan cepat, sedikit berlari menjauh darinya, mencari halte bus terdekat. Aku merasa bersalah sekali malam ini. Kyungsoo membuat acara untuk merayakan keberhasilannya, namun dengan senang hati, aku merusaknya.

"Maafkan aku, Kyungie~ya" gumamku sembari mempercepat jalanku.

"Kim Yena!" bisa kudengar Baekhyun meneriakiku, namun aku terus berjalan, berpura-pura tak mendengar kurasa baik untuk sekarang ini.

"Berhenti atau kukatakan semuanya pada mereka!"

Lagi.

Dia sukses mengendalikanku.

Aku berhenti, lalu berbalik menatapnya yang lumayan jauh dariku. Dia benar-benar pandai memanfaatkan semuanya.

Dia berjalan santai mendekatiku, lalu tersenyum. Tangannya melap air mataku yang sudah jatuh sedari tadi,"Menyerahlah terhadap perasaanmu. Itu tidak benar,"

"Hah, kenapa lagi kali ini?" tanganku bersila, tak tersentuh sama sekali dengan perilakunya barusan,"Jangan bilang karena kita akan menikah? Kita bahkan menikah karena paksaan" ucapku ketus. Tak perduli dengan perasaannya yang tersakiti atau apalah itu.

Dia tampak sedikit terkejut, kemudian kembali santai,"Baiklah. Terserah apa katamu," ucapnya lalu menarikku mengikutinya kedalam mobil.

"Aku pulang sendiri," kutepis tangannya namun nihil. Dia kembali menggengamnya kuat.

AimlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang