FERICA & HANAN 2

261 15 2
                                    

"Hanan, tungguin gue" teriak Reyhan yang sedang menyusul Hanan di depan.

"Ada apa lagi?" Tanya Hanan dingin, sebenarnya dia enggan mengikuti kemauan temannya yang satu ini. Selama rapat osis tadi Hanan hanya diam mendengarkan kemauan Reyhan yang berkelas itu.

"Pleas lu undang Hivi, band itu lagi naik daun banget dan gue yakin banyak murid sini yang suka"

"Kalau banyak, lah kalau enggak? Bakalan rugi kita Rey" suara Hanan santai.

"Gue jamin banyak yang suka"

Hanan menimang nimang pernyataan temannya "oke saya kasih waktu dalam seminggu kamu ngasih from suara Hivi, kalau emang banyak yang suka. Saya hadirin dia di pensi nanti, deal?" Hanan mengulurkan tangannya ke Reyhan.

"Deal" Reyhan membalas uluran tangan Hanan.

****

Ferica baru saja keluar dari toilet perempuan bau asap rokok masih tercium di seragamnya, Ferica ngeroko di dalam toilet dan itu sudah biasa, guru pun sudah kelelahan menegor dirinya agar tidak ngeroko di lingkungan sekolah. Banyak murid yang menatapnya tak suka dan memandangnya menjijikan. Penampilan yang tidak pernah rapih membuat semua murid SMAN 141 Jakarta ini enggan berteman dengannya, jangan kan berteman, menatapnya saja enggan.

Ferica tipikel cewek yang cuek, menurutnya punya teman atau tidak sama saja, toh yang memberi dia makan, bayar sekolah dan uang jajan juga orang tuanya bukan teman.

Ferica yang sedang jalan santai dikoridor menabrak laki laki dihadapannya.
"Hati hati dong kalau jalan, punya mata kan?"

Laki laki tersebut mendengak ke arah gadis yang sudah lebih dulu berdiri dari dirinya.
"Yang nabrak siapa, yang diomelin siapa"

Ferica kenal dengan suara ini, suara yang tidak ingin dia dengar, suara yang membuat Ferica tidak suka menatap laki laki tersebut siapa lagi kalau bukan, Hanan.

"Emang lo yang nabrak, kenapa gak mau ngaku kalau emang lo yang nabrak?" Ferica yang sudah kesal dengan manusia di hadapannya.

"Hellow mba, mba jelas jelas nabrak saya. Gimana sih, orang mah kalau salah minta maaf mba bukannya nyalahin orang lain yang gak salah"

Ferica sudah kesal dan gondok dengan laki laki tersebut dengan sengaja ia menginjak kaki laki laki tersebut dan meninggalkan Hanan yang sedang meringis kesakitan.

Hanan hanya tersenyum melihat gadis yang baru saja meninggalkannya, ia semakin penasaran dengan gadis tersebut. Pasalnya dari semua murid perempuan disini mengaggumi dirinya, hanya gadis itu yang memandang tak suka kepada dirinya. Semakin kamu seperti itu kepada saya, semakin saya penasaran dengan sifat asli kamu batin Hanan berbicara.

Hanan mengikuti Ferica dari belakang dan seberusaha mungkin tidak ketahuan oleh Ferica kalau dia sedang mengikutinya dari belakang. Hanan masih setia mengikutinya sampai akhirnya ia mengerutkan dahinya dan terhenti di tempatnya, seketika ia bingung mengapa Ferica berjalan ke gedung belakang sekolah yang belum jadi karna ada kendala.

Hanan sedikit menguping setelah melihat Ferica bercengkrama dengan tembok semen yang berwarna hitam, Ferica membuat dirinya semakin penasaran, ia juga mendengar Ferica mengatakan "kapan mereka menganggap saya ada di tengah tengah mereka? Dan kapan saya di anggap anak, saya butuh kasih sayang kalian bukan uang kalian, kalau kalian menganggap dengan uang semua kelar itu salah besar"

Ponsel yang berada di saku celana bergetar membuat aktivitas mengupingnya terhenti, ia langsung membuka pesan tanpa melihat siapa pengirimnya.

Reyhan : dimana lu? Gua tunggu di ruang osis sekarang, gua kasih lu waktu lima menit dari sekarang.

Hanan menembus nafas kasar dan membalas pesan Reyhan dengan kesal.

Hanan : otw

Hanan langsung memasukkan handphonenya ke saku celana dan meninggalkan gadis yang masih setia berbicara dengan tembok.

****

"Ada apa lagi sih?" Pertanyaan Hanan sesampai di ruang osis.

"Gue sama anak anak besok bakal keliling ke kelas dari kelas 10 sampai kelas 12, sintia udah bikin fromnya. Kalau Hivi lebih banyak peminatnya lu harus undang Hivi ke acara pensi"

Hanan mengangguk mantap "iya saya undang"

Semuanya tampak senang kecuali Hanan yang masih memimfikirkan Ferica.

****

Malamnya Ferica sudah bersiap siap untuk pergi ke salah satu bar yang berada di Kawasan Menteng untuk melupakan apa yang harus dilupakan, mencari kebahagiaan yang hanya sesaat. Ferica melihat dirinya di depan cermin yang sudah di balut tubuhnya dengan tanktop berwarna hitam, hotpans berwarna hitam dan jaket kulit.

Ferica keluar dari kamar dan menuruni anak tangga satu persatu, ia melihat ayah yang sedang sibuk dengan pekerjaannya, mamah yang tidak kalah sibuknya dengan pekerjaannya. Ferica menghela nafas kasar ia sudah tidak heran lagi melihat pemandangan orangtuanya yang cuman mementingkan pekerjaannya tanpa melihat Ferica yang sedang mengiginkan kasih sayang dari mereka.

Ferica keluar rumah tanpa berpamitan kepada orangtua, berpamitan hanya membuat sakit batin dan hatinya, dan itu percuma. Ferica pernah sekali berpamitan untuk sekedar berjalan jalan malam dan tanggapan dari mulut mereka cuman dekheman yang menandakan tanda iya. Dan itu tidak mau terulang lagi sampai kapanpun.

Sampainya di bar Ferica duduk di salah satu tender yang masih kosong, ia memanggil pelayan untuk memenuhi pesanannya sampai ia merasa cukup. Tempat ini sudah lama tidak ia kunjungi setelah ia disibukkan oleh hukuman hukuman guru dan tugas yang numpuk.

Ferica sudah meminum alkohol sebanyak 4 botol dan itu belum ngefek untuk dirinya, ia terus meminta kepada pelayan walaupun kepalanya sudah pening dan kesadarannya mulai hilang. Pelayan menuang alkohol kegelas kecil yang di beri Ferica dan saat itu juga langsung di minum olehnya.

Ferica melirik ke arlojinya sudah menujukkan jam setengah 12, ia harus balik sebelum kesadarannya hilang, ia menaro lembaran uang di atas bar dan beranjak dari bar dengan jalan linglung dan memegang kepalanya karna pening dan perut mendadak mual. Ferica mengambil kunci mobilnya di dalam tas.

Ferica merasa ada tangan kekar yang memegang lengannya dan menarik dia sebelum ia memasuki kedalam mobilnya, perlahan ia menatap laki laki tersebut dengan muka kesalnya dan senyum devil.

"ELO?" Ucapnya sambil menunjukkan ke arah laki laki tersebut.

Jangan lupa vomment ya, karna satu vote dan comment kalian adalah penyemangat saya untuk melanjutkan berkarya🙂

FERICA & HANANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang