Sampai di depan kantor polisi dimana mamahnya di tahan Ferica menyimpan obatnya ke dalam tas agar mamahnya tak curiga olehnya. Ferica menganyukan kedua kakinya kedalam, ia sudah sangat sangat rindu kepada mamahnya.
Sampai di kantor polisi, Ferica duduk di ruang tunggu menunggu mamahnya keluar dengan kawalan dua polisi di sisi mamahnya. Ferica tersenyum saat melihat mamahnya yang tersenyum saat melihatnya.
"mah" lirih Ferica saat melihat mamahnya sudah duduk di hadapannya.
"iya sayang?" ucapnya dengan memegang kedua tangan putrinya.
"are you okay?" tanya Ferica kepada mamahnya.
Mamahnya hanya mengangguk dan tersenyum.
"mamah bohong, ga ada orang yang baik baik aja setelah tau cintanya di khianati sama orang yang kita cintai" Tukas Ferica kepada mamahnya.
Rani mematung mengapa Ferica bisa tau, apa suaminya mengasih tau sendiri? Setidaknya itu lah yang berada di fikiran Rani sebelum mendengar ucapan Ferica yang seolah olah menjawab pertanyaan yang berada di benaknya.
"waktu itu aku bertemu dengan istri baru ayah. Sudah dua kali aku bertemu dengannya, pertama di parkiran apartemen dan sempat ribut di depan resepsionis apartemen, dan kedua di rumah sakit dia meriksa kandungan dan itu berdua bersama ayah. Ayah brengsek ya mah" ucap Ferica dengan menghapus air mata yang tiba tiba mengalir di wajahnya setiap mengingat pertemuannya dengan Ayah dan Istri barunya.
Rani mengambil tangan Ferica dan mengusapnya lembut "kamu tidak boleh mengucap seperti itu sayang, ayah tidak brengsek mungkin dia malu punya istri kaya mamah, dan ini karma buat mamah--"
"mah" lirih Ferica untuk menghentikan ucapan mamahnya.
"dulu mamah malu punya anak kaya kamu yang selalu masuk ruang bk, dan sekarang mamah yang malu"
Ferica bangkit dan berjalan mendekat ke mamahnya, dia peluk badan mamahnya yang sedikit kurus dan menangis di pundaknya, dia tidak tau bagaimana kehidupannya kedepan, apalagi penyakit yang ia derita bisa saja mengambil nyawa Ferica.
"mah Ferica sakit" ucapnya di dalam hati.
"mamah udah makan?" tanya Ferica yang di anggukan oleh Rani.
Rani mengelus rambut Ferica dan tersentak setelah melihat beberapa helaian Ferica berada di tangannya.
"sayang kenapa rambut kamu rontok? " tanya mamahnya.
"mungkin aku salah menggunakan shampo" jawabnya bohong dengan tersenyum.
"lain kali jangan salah menggunakan shampo lagi biar rambut cantikmu tidak rontok seperti ini"
Ferica hanya mengangguk dan tersenyum.
"mah maafin Ferica ya udah bikin mamah malu, udah bikin mamah kecewa sama Ferica, sekarang Ferica sadar. Ferica mau membalikan semuanya sebelum terlambat"
Rani mengernyit dengan ucapan anaknya 'sebelum terlambat'
"maksudnya sayang?" tanya Rani
Ferica merutuki dirinya sendiri sudah asal ngomong sama mamahnya "enggak mah" ucapnya sebelum dirinya mengucap "Ferica lagi suka sama orang mah"
Rani tersenyum "oh ya? Siapa laki laki itu? "
"ada deh, kapan kapan Ferica ajak dia kesini. Pokoknya dia yang bikin Ferica seperti ini sekarang" ucapnya dengan tersenyum.
"mamah akan menunggu pangeran yang udah buat anak mamah jatuh cinta" ucap Rani dengan cekikikan.
"ih apaan sih mah, mamah alay deh orang cuman suka doang."
KAMU SEDANG MEMBACA
FERICA & HANAN
Teen FictionFerica dan Hanan itu bagaikan langit dan bumi, Hanan yang baik, ramah, ganteng, dan pintar ini bertemu dengan Ferica gadis yang selalu membuat semua guru menangis, selalu di panggil guru sampai akhirnya ia hampir di DO dari sekolah kalau tidak Hanan...