FERICA & HANAN 10

230 13 0
                                    

Hanan menunggu mamahnya di depan ruang tunggu tempat mamahnya kerja, Hanan menjemput mamahnya stelah Rita menelfonnya tadi sehabis dia rapat osis, Hanan duduk dengan gaya coolnya sambil memainkan handphonenya.

Hanan sempat merasa risih dilihat oleh perempuan perempuan yang sedang berjalan disekitar sini. Banyak juga perempuan yang melempar senyuman, kedipan mata, hingga gaya yang menurut Hanan menggelikan.

Hanan mengirim pesan ke mamahnya agar cepat selesai kerjanya karna ia sudah tidak mau di lihat dengan tatapan yang membuat bulu kudugnya merinding. Baru beberapa menit ia mengirim pesan mamahnya keluar dari ruangan dengan menenteng jas putihnya dan tas tentengnya, Hanan pun langung menghampiri mamahnya, ia juga tak lupa untuk salim kepada orang yang sudah membesarkannya.

"Mamah capek?" Tanya Hanan yang di beri anggukan oleh Rita.

"Yaudah yuk mah pulang" Hanan merangkul mamahnya dan berjalan ke luar Rumah sakit layaknya sepasang kekasih.

Diperjalanan mamahnya menanyakan banyak hal kepada Hanan, termasuk menanyakan pacar, Hanan sempat terkekeh setelah menedengar ucapan mamahnya yang mengatakan kalau dirinya Jones atau Jomblo ngenes.

"Kamu tuh harusnya kaya bang Galvin, dia aja udah punya pacar" ucap Rita sambil memainkan gadgetnya.

"Lagi otw mah sabar aja" jawab Hanan santai.

"Kamu kira apaan pacar otw otw" Hanan terkekeh, Rita yang mendengar kekehan Hanan mengacak rambut Hanan yang lebat.

"Anak mamah padahal gak jelek jelek banget, tapi kenapa jomblo ya apa perlu mamah jodohin sama temen mamah anaknya perempuan cantik banget Han kamu mau gak?" Tanya Rita dengan senyum menggodanya.

"Enggak mah, mamah kira sekarang jaman siti nurbaya jodoh jodohin, Hanan mau cari sendiri"

"Iyaudah buktiin ke mamah, kenalin ke mamah pacar kamu"

"Iya enggak sekarang tapi mah, aku lagi sibuk sama osis"

Rita hanya mengangguk mendengar ucapan Hanan.

****

Sampai di rumah Hanan dan Rita turun dari mobil yang disambut oleh Galvin abangnya di depan rumah. Galvin memberikan senyuman manis kepada mamahnya dan menyalimi.

"Gua pinjem mobilnya bentar"  Ujar Galvin kepada Hanan adiknya.

"Mau kemana lu?" Tanya Hanan dengan mengerutkan keningnya.

" Gua mau jalan"

"Pacaran apa jalan bang?" Kali ini Rita bersuara mendengar ucapan kedua anaknya

"Dua duanya mah" ucapnya terkekeh. Hanan langsung mengasih kunci mobilnya berserta STNK kepada Galvin dengan muka bete lalu memasuki rumah dengan meninggalkan Rita dan Galvin yang masih berada diluar.

Rita membisikkan ucapannya ke Galvin "adek kamu lagi pms, maklum jomblo"

Galvin langsung terkekeh mendengar mamahnya yang satu ini.

"Galvin berangkat dulu mah" ucapnya sambil mencium kening kepala Rita.

"Hati hati ya sayang" ucap Rita dengan melambaikan tangannya ke Galvin. Galvin mengangguk ngerti dan meninggalkan Rita yang masih diluar.

Rita langsung masuk kedalam rumahnya setelah melihat anak sulungnya sudah menjauh dari hadapannya.

****

Malamnya Hanan sedang menikmati angin di balkon kamarnya dengan memainkan gitarnya, tidak lupa ia juga sudah menyiapkan makanan ringan dan kopi kesukaannya. Ia memainkan gitar dengan mahir satu lagu ia selesaikan tanpa salah sedikit pun mau lirik lagunya maupun petikan senar gitarnya, ia sekalian latihan untuk pensi nanti karna Ia ditunjuk oleh guru kesenian untuk memainkan alat musik dengan menyanyi.

Ucapan mamah masih terngiang di dalam kepalanya masih terputar putar seperti kaset yang sedang di putar dan di ulang ulang. Mamah ingin Hanan membawa pacarnya dan mengenalkannya. Hanan tersenyum kecut jangan kan pacar, lagi deket cewek singa aja perasaan salah mulu, cewek singa panggilan Hanan kepada Ferica.

Hanan menatap langit yang di hiasi oleh bulan dan bintang. Ia tersenyum mengingat ucapan ayahnya yang dulu biasanya orang yang sudah meninggal akan menjadi bintang dilangit untuk menyinari bumi dan melihat orang yang dia sayang dari kejauhan, Hanan tersenyum melihat salah satu bintang mengeluarkan cahayanya ia berfikir pasti itu Ayah.

Hanan menyeruput kopinya dan menikmati makanan ringannya ia masih di balkon kamarnya padahal jam sudah menujukkan jam setengah 12, ia ingin merilexs semua pikirannya dari tugas osis, tugas sekolah, ulangan, hingga penambahan materi yang selalu di beri oleh guru. Walaupun Hanan masih kelas 11 ia sudah di kasih penambahan materi oleh guru guru yang mengajarnya di kelas dengan alasan agar nilai ulangan Hanan maupun UN nanti memuaskan bagi sekolah. Ya murid Beasiswa seperti Hanan sudah tidak harus di ragukan lagi, semua guru menyanyangi Hanan tanpa terkecuali, Walaupun seperti itu Hanan tetap rendah hati.

Hanan membuka galeri di handphonenya yang tergeletak di sampingnya dan melihat foto dirinya dan ayahnya sewaktu liburan di Paris sebulan sebelum ayah meninggalkan Hanan, Mamah dan Bang Galvin. Hanan tersenyum melihat ayahnya yang terlihat sehat walaupun penyakitnya sedang menggerogoti badannya secara perlahan, Hanan juga mengambil surat yang berada di dalam tas sekolahnya ia dikasih selembaran olimpiade Mipa tingkat internasional oleh kepala sekolah dan Hanan menyetujuinya, Hanan belum memberitahu Rita dan Galvin. Ia ingin memberi kabar bahagianya besok pagi di saat semuanya sedang berkumpul di meja makan.

Hanan sempat menangis karna ayahnya tidak ada di saat dia sedang bahagia usaha selama ini tidak sia sia, Hanan berhasil bisa mengikuti olimpiade Mipa tingkat intersnasional, Hanan ingin membuat ayahnya di sana bangga dengan dirinya, cita cita Hanan hanya satu ia ingin menjadi dokter spesialis kanker, ia ingin mengobati orang lain. Karna kehilangan orang yang kita sayang adalah mimpi buruk, ya ayah Hanan terkena penyakit Kanker Otak stadium 4 waktu itu Hanan sama sekali tidak mengetahuinya. Ia hanya berfikir jika ayahnya sakit kepala atau migran sampai akhirnya ia menemukan lembaran kertas di meja rias Rita dan membacanya ternyata itu hasil check up ayahnya yang menyatakan ayah mengidap penyakit mematikan itu.

Waktu itu Hanan masih kelas 9 yang sebentar lagi mengikuti Ujian Nasional, Dan mendapatkan selembaran itu kembuat Hanan tidak fokus belajar selalu terbayang bayang wajah ayahnya. Menurut Hanan Ayahnya orang paling bisa menyimpan rahasianya. Dan Hanan benci itu.

Sampai akhirnya H menuju Ujian Nasional disaat Hanan sedang belajar di dalam kelas yang sudah mulai sepi dengan serius sampai ia merasa handphonenya bergetar lalu mengangkatnya betapa terkejutnya Hanan mendapatkan kabar bahwa Ayahnya sedang koma di rumah sakit, Hanan langsung membereskan buku bukunya dan pergi ke rumah sakit. Sampai di rumah sakit Hanan sudah melihat Galvin, dan Rita menangis di ruang tunggu. Hanan menghampiri mamah dan abangnya dengan muka kucel dan seragam yang masih ia genakan. Dokter keluar dari ruang UGD geleng geleng dan meminta maaf bahwa ia tidak bisa menyelamatkan suaminya. Disitu lah Hanan mulai terpuruk ia tidak kuat berada di rumah sakit, ia berlari ke taman rumah sakit dan menangis disana sampai akhirnya ada gadis duduk disampingnya memegang bahu Hanan yang bergetar, gadis itu menatap Hanan dengan wajah ibanya, ia memberi sebuat lolypop kepada Hanan dan memeluk tubuh Hanan yang masih terisak. Hanan masih mengingat ucapan gadis itu yang menyatakan "jangan nangis, masa anak cowok nangis" Hanan mengganguk sampai akhirnya gadis itu di panggil oleh mamahnya untuk pulang, yang Hanan ingat namanya adalah "Ferica".

Dan dari perkataan gadis itu lah Hanan tidak akan pernah menangis lagi sampai kapanpun.

Hanan tersadar dari lamunanya disaat ada tangan yang menyentuh bahunya, ia langsung melipat kertas yang berada di tangannya setelah melihat Rita disampingnya.

"Ada apa mah?" Tanya Hanan menatap mamahnya.

"Tidur Han udah malem" Hanan bangkit dari kursinya lalu mengikuti Rita dari belakang.

Sampai dikasur Hanan langsung menyimpan kertas olimpiadenya di tas lalu ia merebahkan badannya dan menarik selimut hingga menutupi badan dan kepalanya, dan Hanan mulai terlelap dari tidurnya.

FERICA & HANANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang