Michael masuk ke dalam kelas dengan penuh kesombongan. Ya, dia sombong gara-gara berhasil bohongin guru kimia di kelas gue.
Jadi gini ceritanya...
Michael tuh lapor ke guru kimia gue ngomong mau ke toilet. Terus ternyata dia ke kantin. Waktu masuk kelas, gurunya dah keluar gegara udah ganti pelajaran. Dia dengan bangga ngebawain jajanan titipan temen sekelas.
"Tanpa gue, lo mati kelaperan di kelas." kata Michael.
"Be aja kali." sindir Franca.
Sekarang pelajaran olahraga. Gue tuh rada gasuka sama pelajaran olahraga. Ribet. Harus ganti baju mulu. Apalagi ada Michael en pren. Uh tambah gawat dia bisa nyegerin mata di blakang toilet perempuan.
Untung aja gue sama Nadia sama Franca sama Irene sering ganti baju di toilet lantai empat. Kalo toilet disana tuh luas, cuma sepi gegara anak-anak yang kelasnya di lantai 1-3 mager ke toilet lantai 4.
Habis penilaian praktek lari bolak balik sampe lima kali, hape gue berdering. Gue langsung pergi ke toilet yang jaraknya gak jauh-jauh amat dari lapangan. Dan gue langsung ngejawab telfon dari Calum.
"Halo?"
"Sel?"
"Ya?"
"I love you."
Gue terdiam sejenak sambil memikirkan kenapa tiba-tiba Calum nelfon gue disaat jam pelajaran, dan cuma ngomong 'i love you'? Tanpa dia ngomong, gue juga tau kali dia cinta sama gue.
"Foreva."
Gatau kenapa, bibir gue mulai tersenyum lebar saat mendengar perkataan Calum tadi.
"I know. I love you too."
Tak lama kemudian, telfon dari Calum langsung putus. Gue ngerasa heran. Sebenernya Calum itu ngapain ngomong begituan doang di telfon, di jam pelajaran.
Sepulang sekolah, ternyata Calum gak bisa jemput. Mungkin tadi dia mau ngasih tau ke gue, kalo dia gabisa jemput, tapi mungkin dia lupa.
Gue gamau ngerepotin Luke lagi, jadi gue pulang bareng sama Nadia. Tapi sebenernya kita gak beneran pulang. Kita berdua mampir dulu ke gramed.
Di gramed, gue beli komik miiko gara-gara lagi gapunya duit banyak. Sambil nungguin Nadia yang lagi liat-liat novel, gue asik chat sama Calum.
Rasel: gue lagi di gramed, sama nadia doang kok tenang
Calum: lo bli buku apa emang?
Rasel: biasa komik
Saat Nadia memanggil gue dan nanya bagusan novel yang mana, gue jadi salah fokus ke nada dering notifikasi handphone orang. Itu kayak suara notif hape nya Calum, tapi ya pasti banyak orang make nada dering yang sama.
Anehnya, setiap gue chat Calum, pasti nada dering itu langsung bunyi. Apa Calum ada disini?
Gue langsung nyari pemilik hape bernada dering sama dengan nada dering hape Calum. Ternyata dia ada di balik rak buku.
"Luke?"
Luke langsung menoleh ke arah gue dengan raut wajah terkejut. Luke sedang memegang hape Calum. Iya itu hape Calum. Gue yakin.
Gue mengirim beberapa pesan lagi, dan ya memang benar, suara notif hape Calum berdering.
Gue berjalan mendekati Luke. Gue sadar Nadia ngikutin gue di belakang, cuma gue lebih fokus tentang Luke dan hape Calum itu.
"Jadi tadi lo yang ngechat gue? Bukan Calum?"
Luke terdiam. Bibirnya sangat ingin mengucapkan kata, namun ia tahan. Luke memegang bahu gue, dan gue langsung menghempiskan tangan Luke dari bahu gue.
"Maksudnya apa?"
"Gue bisa jelasin. Gue harap lo mau ngedengerin penjelasan dari gue."
Gue, Nadia, sama Luke sekarang sedang berada di tempat makan. Setelah makan, Luke mulai menceritakan semuanya.
"Gue ngechat lo pake hape Calum itu emang Calumnya yang nyuruh. Karena dia lagi gabisa chat sama lo."
"Kenapa?"
"Dia gamau buat lo khawatir karena tadi kondisi dia lagi kritis."
Gue masih terdiam beku di tempat. Air mata gue perlahan mulai jatuh, dan gue emang sadar kalo gue sedang nangis, tapi masih saja berusaha agar tetap tersenyum.
"Bawa gue sekarang."
Akhirnya gue sama Nadia pergi ke rumah sakit dengan mobil Luke. Gue menatapi jalan raya dari kaca jendela mobil. Gue mikirin Calum sekarang.
Perasaan kemaren lo sehat-sehat aja.
Lo masih bisa temenin gue ke festival kemaren.
Tadi lo masih bisa ngomong 'i love you' ke gue.
Pasti gamungkin kan?
Sesampainya di rumah sakit, gue langsung berlari mengikuti Luke. Dan akhirnya gue tiba di ruang ICU. Gue melambatkan jalan gue. Dan gue kepal tangan Calum yang dingin itu.
"Kanker darah stadium tiga." ucap Luke. "Dan sekarang sudah stadium empat."
Gue sadar, wajah gue udah dipenuhi air mata, tapi gue masih memaksakan diri untuk tetap tersenyum.
Gue menghelai rambut Calum pelan dan berbisik "i love you" lalu mencium keningnya.
Gue langsung segera menghapus air mata yang ada di pipi gue, dan tersenyum kepada Luke. "Gapapa, gue bisa pulang kok."
•••
(a/n)
ada yang suka tmr, tfios, ato divergent ga?
KAMU SEDANG MEMBACA
Precious||Hood
Fanfiction[COMPELETED! SEBELUM MEMBACA, HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU KARENA ADA BEBERAPA CHAPTER YANG DI PRIVATE] Berawal dari tawuran antara pelajar, membuat mereka saling mengenal dan lebih dari kata mengenal, dan membuat mereka semakin mengerti apa yang se...
