T

257 52 0
                                    

Setelah satu minggu gue tau semuanya tentang Calum, semuanya tentang penyakitnya, itu membuat gue ngerasa gak semangat buat jadi orang yang periang, bisa dikatakan mungkin 'frustasi'?

Tapi Luke selalu bilang, jangan pernah menunjukkan kalo gue ini sedih gara-gara kejadian ini. Dan gue berusaha buat jadi 'Rasel' yang dulu. 'Rasel' yang periang dan selalu salah tingkah kalo ketemu sama Calum. Dan gue harus tetep ada buat dia.

Sekarang Calum udah bisa kembali masuk sekolah, seperti biasanya. Sebenarnya banyak resiko kalau Calum masih terus bersekolah, tapi Calum sangat ingin bersekolah dan menjalani hari-hari yang biasa ia jalani. Menjadi anak normal seperti umumnya.

Dia sekarat. Gue dan dia tau itu. Tapi kita menganggap sekarat itu dan kanker sialan itu tak pernah ada diantara kami. Calum hampir menyerah saat itu, tapi untung saja ia percaya dengan yang namanya 'mujizat'. Dan ya, Calum kembali menjalani kehidupan sehari-harinya seperti biasa.

Pagi ini, Calum menjemput gue untuk pergi ke sekolah bareng. Waktu itu gue lagi bergegas menghabiskan sarapan dan gue keluar untuk menghampiri Calum. Gue ngeliat dia, gue tersenyum walaupun sebenarnya gue sedang menahan tangis. Gue merapihkan rambut yang jatuh dari telinga, dan berjalan menghampiri Calum, dan naik ke atas motornya.

Gue memeluknya erat dan menyandarkan kepala di punggung Calum. Kali ini lebih erat. Kali ini gue ngerasa gak mau ngelepasin pelukan gue dari Calum. Gue pengen mengingat hal ini untuk nanti.

Sesampainya di sekolah, gue turun dari motor Calum. Gue menatapnya sambil tersenyum. Calum pun juga tersenyum ke gue.

"Happy Monday, honey." kata Calum.

Daerah pipi gue mulai merasa pegal karena harus tetap tersenyum sambal menahan tangis. Mata gue udah berkaca-kaca, gue berusaha gak nangis sedikitpun di depan Calum.

"I love you." ucap gue.

Dan gue memasuki sekolah, meninggalkan Calum, tapi masih melihatnya dari jauh. Dan akhirnya Calum pergi menuju sekolahnya.

Michael masih tetap saja sama. Masih sering jailin anak cewek yang sedang memakan bekalnya. Gue melewati Michael dan menatapnya sambal tersenyum.

"Lo jail banget sih jadi orang, kasian kan dia makanannya lo abisin." ucap gue.

"Iya iya deh, tar gue traktir lo di kantin. Okei?" kata Michael sambil menatap cewek yang habis dimakan bekalnya.

Michael menarik tangan gue keluar, dan Michael ngajak gue bicara, tapi kali ini seperti berbicara empat mata.

"Sel, lo udah ga sedih lagi?" Tanya Michael. Gue menggeleng, "gak, gue gak sedih lagi kok."

Michael memegang kedua bahu gue, sambil menatap gue serius, "pokoknya gue siap jadi boneka lo saat sedih." dan Michael tersenyum kecil. Gue masih berusaha tersenyum menahan tangis, tapi itu semua tak tertahankan. Air mata gue jatuh dan gue masih saja tersenyum. Dan gue memeluk Michael dengan cepat.

Michael membalas pelukan gue, sambil menepuk punggung gue dengan pelan. Gue hanya bisa menangis, bisa dikatakan mengeluarkan semuanya yang terpendam. Gue gak berkata apapun. Gue hanya bisa memeluk Michael dengan erat sambil menangis, dan Michael berkata, "gapapa."

Malamnya, gue sedang menge-check email, dari kemaren gue ngebantuin Nadia buat dapettin beasiswa ke London. Dia pengen banget kuliah disana, walaupun Nadia masih kelas sebelas, tapi lebih cepat lebih baik bukan? Ya, walaupun sebenernya gue gak rela Nadia pindah ke London. Tapi gue tau kok, dia di London cuma sementara.

Sadar waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam, gue langsung mematikan macbook gue, tapi tak lama Calum menelfon. Dan gue segera mengangkat telfon dari Calum.

"Hai."

"Hai." balas Calum.

"Kenapa cal?"

"Happy Birthday my girl."

Gue terdiam dan tersenyum, sambil mengangkat handphone gue dari telinga gue dan melihat tanggal berapa sekarang.

"Oh my God, cal?"

"Sorry, if I disturbing you. You probably must go to sleep."

"No no no, give me a few time to hear your voice okay?"

Calum terdiam sebentar, "okay."

"I can not sleep." keluh Calum.

"Me too."

"And I want to hear your voice. Can you singing for me now?"

"Cal, tapi ini kan di telfon, suaranya gabakalan kedengeran jelas."

"Biarin aja."

"Tapi maaf cal, aku sekarang ngantuk banget nih, gue tidur ya?"

Gue gak mendengar suara Calum setelah beberapa lama.

"Cal, kamu udah tidur ya? Oke. Goodnight cal."

Dan gue memutuskan telfonnya, dan kembali tidur.

Precious||HoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang