An Assassin
Ansatsu Kyoushitsu's character ©Yusei Matsui
Story ©Narahashi Akemi
Chapter 03: A Teacher
"tadaima" langkah kaki pun terdengar di rumah sederhana milik keluarga Sugino.
"okaeri, [Name]-chan. Kau pulang telat lagi hari ini" sesosok perempuan yang tengah asik melakukan bebagai kegiatan di dapur menyapa anggota keluargaya yang baru pulang. Namun perempuan yang memiliki nama kecil [Name] itu tidak bergeming sama sekali soal bibinya yang mencoba untuk lebih dekat dengan [Name].
Semenjak kejadian itu [Name] sering mengunci dirinya di kamar dan hanya keluar untuk beberapa hal penting saja. Tatapannya menjadi dingin, tidak seperti dulu. Perasaan kebencian telah menyelimuti dirinya sejak malam itu, kemudian perasaan dendam mulai tertanam di dalam hatinya dan semakin lama tumbuh semakin besar.
Hari ini salju mulai turun lagi setelah beberapa hari lalu sempat terjadi hujan salju yang cukup lebat. Suhu udara pun mulai turun, dan membuat tubuh [Name] kedinginan.
Namun rasa dingin hari ini tidak menghalangi [Name] untuk pergi ke luar rumah. Dia tidak pergi untuk bersosialisasi, bukan untuk mencari teman atau sejenisnya. Dia ingin menemukan seorang pembunuh, ia ingin belajar menjadi seorang pembunuh untuk melampiaskan dendamnya. Dan setelah itu [Name] akan hidup tenang tanpa ada lagi rasa dendam dalam hatinya, begitu menurut pikiran [Name].
Sayangnya sampai sekarang pun [Name] belum berhasil menemukan orang yang cocok. Walaupun sering terdengar pembunuhan di sekitar tempat ia tinggal, [Name] tetap belum menemukan sang pembunuh.
Secangkir kopi hangat menemani hari [Name] di sebuah kafe kecil di pinggir jalan. Kejadian malam itu sering terputar kembali secara tiba tiba di dalam kepalanya, membuat niat membunuhnya semakin menjadi jadi. Walaupun [Name] sudah berusaha melupakannya, tapi bayang bayang akan kejadian itu terus menghantuinya setiap hari. Ia harus membalaskan dendamnya agar bayang bayang itu pergi dari kehidupannya.
Srak.. Srak.. Srak..
Langkah kaki di salju terdengar sedikit mengganggu pendegaran, namun laki laki ini tetap berjalan menuju tempat yang ia tuju. Salju masih saja menemani setiap langkah kaki laki laki ini berjalan. Di tengah udara dingin ini, seorang lelaki bermantel tebal baru saja memasuki sebuah bar tempat para pembunuh biasanya berkumpul.
Semua orang di bar lagsung memfokuskan pandangannya pada laki laki bermantel tebal itu. Ia langsung mengambil kursi di meja bar, kemudian seorang bartender pun menghampirinya. Dengan pandangan heran, sang bartender menanyakan apa yang lelaki itu ingin pesan. Namun lelaki itu sama sekali tidak menjawabnya dengan sebuah pernyataan, namun ia menjawab dengan pertanyaan.
"dimana pembunuh bayaran ini?" lelaki itu menyodorkan selembar foto pada sang bartender. Dalam foto itu menampakkan adegan pembunuhan seseorang oleh seorang anak remaja dengan surai perak. Tidak lain dan tidak bukan adalah Horibe Itona.
"kau mencari orang yang tepat, tuan" sang bartender pun menunjuk ke sebuah pintu yang di depannya tertulis nama 'Silver Assassin'. Ya, itu mungkin bisa dibilang sebagai kode nama? Entahlah Author pun bingung /tabok ege ntar kebiasaan/
Rezeki emang gak kemana ya, baru saja selesai melakukan pembunuhan sekarang Itona akan mendapat pelanggan baru lagi. Itulah kalau sudah jadi pembunuh yang terkenal, sering mendapat tawaran uang untuk membunuh orang lain.
"sepertinya ada banyak orang yang memiliki dendam pada keluarga ini" ucap Itona yang tengah membaca data tentang calon korbannya.
"jadi kau yang sudah membunuh mereka juga ya?" lelaki yang memakai mantel tebal itu pun melempar smirk pada Itona yang masih asik membaca kertas kertas yang ia berikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
An Assassin
Teen Fiction[Complete] Membunuh dan dibunuh mungkin sudah biasa bagi Itona, namun tidak bagimu. Tidak terpikir olehmu sebelumnya, hanya karena sebuah tragedi mengerikan hari itu, kamu seketika memutuskan untuk menjadi pembunuh. Dan tujuan hidupmu sekarang adala...