An Assassin
Ansatsu Kyoushitsu's character ©Yusei Matsui
Story ©Narahashi Akemi
Chapter 13: A Revenge
Sekarang waktu untuk [Name] bersenang senang sudah berada di ujung waktu, tidak ada waktu lagi untuk bersenang senang dan memuaskan nafsu semata. Dia sudah menjadi kuat, dia juga sudah merencakan rencana pembunuhannya dengan matang matang. [Name] tidak mau acara pembalasan dendamnya malah akan berbalik mengambil nyawanya, tentu [Name] sudah meminimalisir kemungkinan itu terjadi berkat Itona.
Walaupun kadang bersifat dingin dan kasar, Itona juga bisa menjadi seorang yang perhatian. Perasaannya ternyata juga sangat sensitive, terbukti dari kejadian di kala Maehara datang ke rumahnya dan membuatnya jealous. Namun kali ini di chapter ini akan membahas tentang sebuah rencana yang dibuat [Name] dengan berbagai data yang berhasil Itona kumpulkan mengenai orang yang menjadi target balas dendamnya.
"kau akan melakukannya?" televisi yang menayangkan kejadian pembunuhan nampak lebih menarik bagi Itona sehingga ia sangat enggan untuk menoleh bahkan sekedar melirik ke arah [Name] yang sibuk dengan peralatan mekaniknya di meja makan. Ya, terkadang meja makan bisa diubah menjadi meja kerja oleh [Name], dan Itona nampak tidak masalah jika [Name] melakukannya.
"hm, Itona-kun juga tak perlu membantuku. Karena ini pembalasan dendamku" tidak jauh berbeda dengan Itona, [Name] juga nampaknya masih sangat nyaman dengan pekerjaannya kala itu. Belakangan ini [Name] memang sedikit sibuk membuat sebuah alat yang entah hasilnya akan seperti apa nanti, tapi [Name] bilang alat itu akan sangat membantu ketika ia sedang dalam masa kejar kejaran dengan si target.
"pembalasan dendam itu urusanmu, jadi aku tidak berhak membantumu" yang bersurai perak membalas ucapan gadis yang masih enggan melepas konsentrasinya dari alat canggih buatannya itu yang masih berupa prototype, si surai perak pun masih memfokuskan pandangannya ke arah depan lebih tepatnya televisi yang masih menayangkan kejadian pembunuhan semalam yang kali ini bukan karena perbuatannya. Sudah lama Itona tidak membunuh lagi semenjak permintaan pembuatan alat canggih dari banyak orang mulai menghujaninya.
Keadaan tenang dan damai itu terus saja membelenggu kedua insan dalam rumah itu sampai sang mentari menampakkan sinarnya di pagi buta ini. Dengan ransel kecil yang sudah penuh dengan semua alat canggih, [Name] bersiap untuk melaksanakan balas dendamnya hari ini.
"bukankah ini terlalu pagi untuk seorang pembalas dendam?" Itona pun sudah bersandar nyaman di ambang pintu kamar [Name] ketika [Name] tengah asik mengemas barang yang akan ia bawa.
"tidak ada kata terlalu cepat atau terlalu lambat bagi seorang pembunuh bayaran" senyum penuh semangat dipersembahkan [Name] khusus diperuntukkan bagi si surai perak yang ada di ambang pintu dengan bandana yang masih setia melingkari kepala peraknya.
"tapi pembunuh bayaran harus tau kapan waktu yang tepat untuk melakukan pembunuhan" balasan pun dilempar Itona tanpa penghias seulas senyuman atau apapun untuk memperindah tampangnya kala itu, ia hanya berekspresi seperti biasanya.
[Name] menghentikan pekerjaannya sebentar dan menatap Itona seakan meminta penjelasan dari apa yang baru saja diucapkannya. [Name] yakin kalau ada sesuatu yang disembunyikan Itona di balik wajah tanpa ekspresi yang ia miliki.
"pembunuh itu hanya akan melakukan pembunuhan di malam hari, sekitar pukul 07:00 biasanya dia sudah akan menampakkan dirinya" Itona seakan akan menutupi kebohongannya di balik wajah tak berekspresi itu, entah apa yang dipikirkannya sampai ia rela membiarkan seorang gadis yang dulunya memanggilnya dengan sebutan 'sensei' disertai suara cempreng yang ia benci membunuhnya. Tapi entah dengan alasan apa, Itona tidak akan [Name] 'menang' begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
An Assassin
Teen Fiction[Complete] Membunuh dan dibunuh mungkin sudah biasa bagi Itona, namun tidak bagimu. Tidak terpikir olehmu sebelumnya, hanya karena sebuah tragedi mengerikan hari itu, kamu seketika memutuskan untuk menjadi pembunuh. Dan tujuan hidupmu sekarang adala...