09. A Bandana

334 46 12
                                    

An Assassin

Ansatsu Kyoushitsu's character ©Yusei Matsui

Story ©Narahashi Akemi

Chapter 09: A Bandana

Sinar mentari mulai menyapa kedua makhluk yang tengah mengistirahatkan dirinya di kasur masing masing di bawah atap yang sama. Namun sayangya sinar mentari tidak cukup untuk menarik Itona keluar dari istirahatnya pagi itu. [Name] yang melihat raut lelah yang terukir sempurna di wajah Itona pun menjadi tidak tega membangunkan Itona pagi itu. Akhirnya [Name] memutuskan untuk membuatkan sarapan pagi sebagai penyemangatnya untuk menjalani hari ini.

Dengan apron merah yang melapisi piyamanya, [Name] dengan lihainya memainkan beberapa alat masak di dapur. Menuangkan berbagai bumbu dan bahan masakan kemudian mencampurnya jadi satu di dalam sebuah wajan yang cukup besar. Aroma harumnya bumbu bumbu masakan pun mulai tercium oleh hidung [Name] kala itu.

Aroma harum itu pun senantiasa mengganggu waktu tidur Itona yang kala itu nampak sangat nyenyak. Terpaksa Itona terbangun karena terganggu oleh aroma harum yang berasal dari sarapan paginya pagi ini yang dibuat oleh [Name]. Itona pun berjalan keluar kamar untuk melihat kegiatan yang tengah [Name] lakukan di dapur dengan semua alat masak, bumbu serta bahan makanan lainnya yang ia miliki. Ketika melihat [Name] yang tengah serius memasak, Itona tidak bisa menahan dirinya untuk berjalan menghampiri [Name].

"apa sarapan pagi ini?" Itona menaruh dagunya di pundak [Name] dengan santainya sambil melihat masakan [Name] yang masih setengah jadi.

"ohayo Itona-kun" [Name] pun menyapa Itona tanpa menjawab pertanyaannya.

"kau belum menjawab pertanyaanku" Itona membalas sambil mengangkat dagunya dari pundak [Name].

"kau juga belum membalas sapaanku" [Name] juga ikut membalas sambil meneruskan pekerjaannya.

"aku yang bertanya lebih dulu" Itona membalas dan kini [Name] sudah terkena skakmat dari sosok lelaki surai perak di belakangnya itu.

"baiklah, hari ini sarapannya nasi goreng" [Name] pun tidak punya pilihan lain selain menjawab pertanyaan Itona tadi.

"ohayou mo" Itona pun membalas sapaan [Name] yang jelas jelas sangat terlambat. Itona pun menjauhkan diri dari [Name] dan melangkahkan kakinya ke sofa ruang tengah dan mengaktifkan televisi yang ada di depannya dengan remote yang ada di dekatnya.

Tak lama [Name] pun datang menghampiri si surai perak sambil membawa dua buah piring dengan nasi dengan warna kecoklatan di tangannya. Aroma dari sarapan pagi yang dibuat [Name] kembali menghampiri penciuma Itona.

"silahkan" [Name] menyodorkan piring yang ia bawa dengan tangan kanannya itu pada Itona.

Itona pun menyambut baik sarapan paginya. "arigato" ucapnya.

Mereka pun menghabiskan sarapan pagi mereka di depan televisi yang asik berbicara(?) sesuka hatinya. Perut mereka pun nampaknya sudah puas, begitu pula lidah serta hidung mereka ikut puas menikmati santapan lezat tersebut. Sungguh pemandangan indah bagi mereka yang nampak layaknya suami-istri, namun sayangnya hubungan mereka kini hanya sebatas guru dan murid. Agak ironis mungkin.

Tidak ada topik pembicaraan menarik yang muncul di otak [Name] pagi itu. Jadi dia langsung membereskan alat makan serta alat masak kotor yang ada di dapur sambil memikirkan topik pembicaraan yang bagus untuk diperbincangkan.

Dan akhirnya sebuah bohlam lampu 5 watt muncul di atas kepala [Name] sambil berbunyi Cling! /abaikan/

"nee Itona-kun" sepertinya [Name] kini sudah mulai terbiasa memanggil Itona dengan namanya, bukan dengan sebutan 'sensei'.

An AssassinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang