12. An Emotion

353 48 5
                                    

An Assassin

Ansatsu Kyoushitsu's character ©Yusei Matsui

Story ©Narahashi Akemi

Chapter 12: An Emotion

"Itona-kunnn!!" suara teriakan [Name] terdengar di seluruh ruangan dari rumah itu. [Name] berjalan pelan ke arah Itona yang tengah merakit sebuah mesin canggih barunya di kamarnya.

Itona yang enggan meninggalkan pekerjaannya hanya berdehem menanggapi panggilan dari [Name]. Nampaknya mesin canggih barunya lebih berharga dibanding dengan [Name].

"bahan makanan hampir habis, temani aku belanja ya?" [Name] tengah bersandar di ambang pintu kamar Itona sambil memasang wajah imutnya.

"tidak mau" balasan dingin keluar dari mulut Itona. Sifatnya tetap tidak berubah walaupun ia sudah menyatakan perasaannya. Seperti tidak pernah terjadi sesuatu hal yang penting antara ia dan [Name].

"kau ini jahat sekali" [Name] mengerucutkan bibirnya karena kesal melihat tanggapan Itona yang dingin bagaikan es di kutub utara bumi.

Namun Itona terlalu sibuk untuk sekedar memberikan beberapa patah kata untuk menanggapi ucapan [Name]. Entah sejak kapan, tapi beberapa hari belakangan ini Itona sering mendapat pesanan untuk membuat beberapa mesin canggih. Dan nampaknya Itona lebih menyukai pekerjaannya untuk membuat mesin canggih dibanding membunuh orang lain.

"kau ini kejam, tega kau mengacuhkan aku!"

"apa pekerjaanmu itu jauh lebih penting dari aku?"

"tak bisakah kau setidaknya menjawabku?"

"ME-NYE-BAL-KAN!"

[Name] nampaknya hanya mengoceh panjang lebar di ambang pintu kamar Itona. Dan sayangnya ocehan [Name] itu tidak berpengaruh sama sekali terhadap Itona yang masih nyaman dengan mesin canggih yang tengah ia rakit itu. Perempatan imajiner pun kembali bertengger di kepala [Name].

"lebih baik kau pergi belanja daripada mengoceh di depan kamarku" baru saja [Name] ingin kembali mengoceh, Itona sudah lebih dulu membuka suara. Nampaknya Itona benar benar merasa terganggu dengan keberadaan [Name] di ambang pintu kamarnya dengan suara ocehannya yang berisik.

"hufft- baiklah!" [Name] dengan kesal akhirnya terpaksa pergi berbelanja sendiri ke supermarket terdekat untuk membeli persediaan makanan untuknya dan Itona.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, akhirnya [Name] berdiri di depan pintu supermarket. Ia pun masuk ke dalam supermarket dan troli belanja kemudian berjalan untuk mencari bahan makanan yang hendak ia beli. Buah buahan, sayur mayur, telur serta bahan makanan lain tak ada yang lupa ia beli. Beberapa ramen instan pun sempat ia masukan ke troli untuk persediaan.

Sesudah membayar semua barang belanjaannya, [Name] pun berjalan kembali pulang dengan kantung plastik berwarna putih yang ada di kedua tangannya. Karena keperluan bulanan yang cukup banyak, barang belanjaannya pun terasa berat. Inilah sebabnya [Name] memaksa Itona untuk ikut berbelanja bersamanya, dan dengan teganya Itona menolak karena urusan pekerjaannya.

"anoo.. sumimasen.." sebuah tepukan pelan menyadarkan [Name] dari lamunannya. [Name] pun menoleh ke arah belakang dengan tujuan melihat orang yang menepuk pundaknya.

***

"tadaima"

"jadi disini rumahmu? Cukup jauh ya" suara asing kala itu menyapa kediaman Itona dan [Name].

"begitulah, makanya aku sangat bersyukur saat kau menawarkan bantuan" suara [Name] juga nampaknya tengah berbicara dengan orang asing yang baru saja memasuki kediaman Itona dan [Name]. Pendengaran Itona yang cukup tajam tentu merasa terganggu dengan suara itu, Itona kurang suka dengan orang asing yang memasuki daerah privasinya.

An AssassinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang