04. A Lesson

401 52 16
                                    

An Assassin

Ansatsu Kyoushitsu's character ©Yusei Matsui

Story ©Narahashi Akemi

Chapter 04: A Lesson

Udara malam terasa semakin dingin bagi [Name]. Kini ia dan guru barunya tengah berjalan di jalan sepi yang tentunya sangat asing bagi [Name]. Perasaan tidak nyaman pun mulai menjalar di sekitar tubuh [Name], tidak diragukan lagi kalau disini adalah tempat berkumpulnya orang orang kriminal.

"se-sensei.." [Name] mencoba memanggil pemuda bersurai perak yang ada di depannya ini. Sejujurnya, [Name] masih belum mengetahui nama dari sensei barunya. Ya, sebaiknya [Name] menanyakannya sekarang.

"jangan panggil aku seperti itu, panggil saja aku Itona" sang sensei yang nampaknya sedikit risih dengan panggilan dari [Name] langsung to the point mengutarakan pendapatnya dan menyebutkan namanya. Sepertinya [Name] sedikit beruntung karena senseinya seperti sudah mengetahui apa yang ada di pikirannya.

"ha'i, Itona-sensei!" di saat saat seperti ini [Name] berhasil kembali menampakkan sifat aslinya yang periang. Berbeda dengan sebelum ia bertemu dengan Itona, [Name] nampak pemurung dan pendiam, tapi sekarang [Name] nampak sering memamerkan senyum sumringahnya.

"sudah kubilang jangan panggil aku seperti itu, aku tidak suka dipanggil dengan sebutan sensei" Itona kembali mengutarakan pendapatnya tentang panggilan 'sensei' yang diberikan pengikut(?) barunya ini.

"tapi kau adalah guruku sekarang" [Name] juga ikut melemparkan pendapatnya kepada Itona.

"aku rasa aku akan menyesal jika aku membiarkanmu mengkutiku" memang sejak kecil Itona memiliki lidah tajam yang tak jarang melontarkan kalimat kalimat pedas pada lawan bicaranya.

"a-aku tidak akan mengecewakanmu, sungguh! Aku akan menjadi pembunuh seperti yang kau inginkan" [Name] berusaha meyakinkan Itona yang kini berstatus sebagai guru barunya sambil mengepalkan kedua tangannya.

"sudahlah jangan berisik"

Kini Itona membawa [Name] ke dalam sebuah bar tempat para pembunuh ataupun kriminal berkumpul bersama. Sniper, shotgun, pisau, dan senjata lainnya mudah sekali [Name] lihat disini. Wajah wajah kriminal pun terlukis sempurna dan menghiasi setiap sudut dari bar tersebut, bahkan sang bartender ikut memiliki wajah menyeramkan. Namun bukan hanya itu, semua orang yang ada di bar itu nampak melihat [Name] yang berjalan di belakang Itona dengan tatapan tak biasa. Dari cara mereka memandang [Name] seakan akan mereka bertanya tanya siapa [Name] itu, dan kenapa dia bisa bersama Itona.

Mungkin bila orang lain yang melihat [Name] dan Itona bersama, mungkin orang orang mengira bahwa mereka berpacaran. Namun di sini berbeda, mana mungkin Itona yang dikenal dengan pribadi yang introvert bisa memiliki seorang pacar yang bahkan bukan seorang pembunuh. Dan lagi, Itona juga dikenal dengan cara membunuhnya yang sangat kejam.

"siapa perempuan itu ya?"

"apa mungkin dia wanita bayaran?"

"dia masih remaja kelihatannya"

"hoy, tidak perlu mempedulikan mereka ayo cepat" di sini [Name] seperti mendapat sebuah diskriminasi hanya karena dia bukan seorang pembunuh. Namun Itona menyadarkan [Name] dari pikiran negatifnya karena tatapan dan kegiatan bisik bisik dari semua orang di bar itu.

[Name] pun mengangguk.

Itona dan [Name] pun memasuki sebuah ruangan yang di pintunya tertulis 'Silver Assasin'. Ruangan itu nampak kecil hanya ada sebuah sofa, dua buah kursi dan sebuah meja, namun di pojok ruangan terlihat sebuah pintu kayu yang nampaknya akan menghantar siapapun ke dalam sebuah kamar rahasia milik si Pembunuh Perak. Itona pun menyuruh [Name] masuk ke ruangan itu dan juga menyuruh [Name] untuk tidak keluar dari ruangan itu sampai Itona memperbolehkannya.

An AssassinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang