05. A Friend

341 44 1
                                    

An Assassin

Ansatsu Kyoushitsu's character ©Yusei Matsui

Story ©Narahashi Akemi

Chapter 05: A Friend

Partner. Sudah lama Itona tidak memiliki patner, atau setidaknya teman dekat lagi. Kini setiap harinya selalu ditemani seorang perempuan deredere yang sangat ingin melampiaskan dendamnya. Perempuan itu terlihat penuh semangat dan pantang menyerah meski cobaan yang ia hadapi sangatlah sulit.

Dibandingkan dengan hubungan guru dan murid, Itona dan [Name] lebih terlihat seperti sepasang kekasih yang berprofesi sebagai pembunuh bayaran. Itona terkadang meminta [Name] membantunya dalam misi membunuhnya, sekaligus melihat sejauh apa perkembangan [Name] setelah Itonamengajarkan berbagai macam tips. Dan hasilnya memang tidak bisa dianggap remeh. [Name] memang cepat sekali belajar, entah itu dorongan dari balas dendamnya atau semangatnya.

Sudah sekitar 4 bulan ini [Name] belajar menjadi seorang pembunuh bersama Itona. Namun selama 4 bulan itu Itona masih saja memikirka satu hal yang membuatnya sedikit bingung dengan dirinya sendiri. Kala malam dimana Itona dan [Name] bertemu, kenapa Itona bisa bisanya menerima [Name] dengan semudah itu? kenapa Itona memperlakukan [Name] secara spesial? Tidak biasanya ia seperti ini pada orang lain. Biasanya ia selalu bersikap dingin dengan orang yang baru ia kenal, bahkan dengan orang yang sudah lama ia kenal ia masih sering bersikap cuek dan dingin.

Apa yang spesial dari [Name] di mata Itona?

"ohayo sensei!" sapaan pagi yang memang selalu [Name] teriakan pada Itona sambil melempar senyum hangat setiap paginya.

"sudah kubilang untuk berhenti memanggilku dengan sebutan itu" dan balasan yang biasanya selalu sama kembali terlontar dari mulut Itona.

"kenapa kau tidak mau kupanggil sensei sih?" [Name] dan Itona kini tengah berada di markas baru mereka yang baru bulan lalu Itona dan [Name] beli dengan tabungan mereka bersama ini.

"aku hanya tidak suka sebutan itu" Itona bangkit dari posisinya dan berjalan menuju dapur, sepertinya perutnya tidak bisa menunggu lagi.

"nee, Itona" [Name] kini nampaknya sudah bisa akrab dengan si surai perak berlidah tajam itu.

"hm?" namun Itona nampaknya tak banyak berubah, ia masih sering bersikap dingin.

"aku ingin menanyakan banyak hal padamu" [Name] langsung bicara to the point pada Itona. Tentu karena Itona tidak suka pembicaraan yang hanya berisi tentang omong kosong.

"asalkan bukan pertanyaan bodoh" Itona yang masih sibuk di dapur hanya membalas degan sebuah kalimat yang tidak mengenakan hati. Tentu saja ini sudah biasa bagi [Name] yang sudah sekitar 4 bulan tinggal bersama Itona si lidah tajam itu.

"apa kau punya dendam terhadap seorang patner?"

"......"

Hening.

Antara [Name] dan Itona sama sama tidak ada yang berbicara kala itu. Suasana awkward mulai menyelimuti markas mereka atau bisa disebut rumah. Itona tidak ingin kembali mengingat tentang orang yang telah mengkhianatinya dulu, kebenciannya terhadap sosok Shiro masih belum sepenuhnya hilang. Tentu masih ada bekas luka yang ditinggalkan sosok Shiro di hatinya, dan sekarang [Name] mencoba membuka luka itu kembali. Tidak, Itona tidak mau itu terjadi.

"maaf..." dan akhirnya [Name] mengakhiri suasana awkward ini dengan sebuah kata yang terlontar dari mulutnya.

"...." Namun Itona masih enggan untuk berbicara atau bahkan membalas ucapan [Name] sebagai tanda kalau ia memaafkan [Name].

An AssassinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang