bagian 3

694 35 0
                                    


Anna mengerjapkan mata ketika sinar matahari menerpa wajah cantiknya, dan termenung sebentar sebelum akhirnya bangkit menuju kamar mandi. Sekarang, Ia butuh mandi untuk menyegarkan otak dan hatinya. Ia bercermin pada kaca yang terdapat didalam kamar mandi, penampilannya terlihat sangat kacau.

"Menyedihkan," gumam Anna sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, Kemudian ia mulai melepas pakaiannya satu persatu lalu berendam dalam bak mandi yang telah diberi aroma mawar favoritnya.

Anna memejamkan mata dengan tubuh yang hampir terendam seluruhnya dan hanya menyisakan bagian kepala yang ia sandarkan pada pinggiran bathtub, berusaha melupakan kejadian kemarin, dimana ia menangis sampai tertidur, untuk kesekian kalinya, lagi. Matanya terbuka saat ada seseorang yang mengetuk pintu kamar mandinya,

"Anna? Kamu didalam?"

Anna berdecih pelan, ia merasa kesal kepada siapapun yang mengganggu waktu mandinya, ia bangkit dan melilitkan handuk ditubuhnya, "Ada apa, Bil?" Tanya Anna malas saat melihat sepupunya itu tengah berdiri didepan pintu kamar mandi, ya Nabila sudah pulang seminggu yang lalu, sejak hari pertama Anna merasakan patah hati terhebatnya.

"Jangan mandi terlalu lama Anna, nanti kamu bisa masuk angin. Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu," Nabila terlihat sangat khawatir, dan itu sangat berlebihan dimata Anna.

"Ayolah.... bahkan aku belum menghabiskan setengah dari waktu mandiku," Anna bergumam pelan sambil memutar bola matanya, sepupunya itu terlalu berlebihan.

"Baiklah....baiklah... tunggu 10 menit, dan aku akan menyusulmu kebawah." Anna mengalah lalu mendorong tubuh Nabila untuk keluar dari kamarnya.

Selepas sarapan Nabila membantu Anna untuk merapihkan kamarnya yang sangat berantakan. Baju kotor berada disembarang tempat, tisu berserakan dimana-mana, ruangannya pun terasa pengap karena jendela dan gordennya tak pernah dibuka selama seminggu itu. Sangat menjijikan untuk ukuran kamar seorang wanita.

"Ini kotak apa?" Tanya Nabila sambil menunjukan kotak yang ia temukan diatas laci pada Anna,

"Oh.. Ya ampun. Itu kotak dari Tante Kinara sebelum aku bertemu Mas Irul. aku bahkan tak mengingatnya," Anna menepuk dahi merutuki penyakit pelupanya.

Anna meletakan barang yang ada ditangannya dilantai, lalu ia duduk diranjang dan membuka kotak tersebut. Anna cukup terkejut melihat isinya, Beberapa foto Anna saat masih kecil bersama sang Ibu, Audy.

Anna tersenyum sambil mengusap-usap foto yang sudah mulai usang termakan usia, Disana ia tengah duduk dipangkuan Audy sambil memegang es krim dengan menampilkan senyum lebarnya. Audy adalah wanita cantik yang sangat baik, begitu lembut dan penyayang. Entah apa yang membuat Papa-nya begitu kejam terhadap sang Ibu. Namun dengan cepat Anna menggelengkan kepalanya untuk mengusir bayang-bayang masa lalu yang mulai menggerayapi ingatannya.

"Ada surat didalamnya," ucap Nabila sambil memberikan sepucuk surat juga amplop berwarna coklat yang masih tersegel. Anna pun membuka lalu membaca isi surat tersebut,

To : Ariana Jasmine, Anakku.

Anna sayang..... Jika kamu membaca surat ini berarti kamu sudah menyelesaikan ujianmu kan ? Bagaimana ? Apakah sulit ? Apa kamu bisa mengerjakannya ? Kamu tidak berbuat curang kan ? Hehehe.... aku yakin kamu pasti bisa. Kamu adalah anak yang pintar, jadi kamu tidak mungkin berbuat curang.

Sayang.... sebelumnya Ibu minta maaf, karena tak bisa menemani kamu tumbuh, Sekarang pasti anakku sudah berubah menjadi gadis yang sangat cantik. Maafkan Ibu ya sayang...

Anna...... Ibu ada satu permintaan, Aku ingin kamu bertemu dengan sahabat terbaikku, dia bernama Alexandria Barack.

Tolong berikan amplop coklat itu kepadanya, itu adalah perjanjianku dengannya dahulu. Dan Ibu harus menepatinya. Kamu mencintaiku kan, sayang ?

Turuti saja apa yang nanti dikatakan oleh Alex, ini untuk kebaikanmu. Aku sangat menyayangimu, dan aku harap kamu mengerti suatu saat nanti.

Ah ya satu lagi..... selamat ulang tahun yang ke-18 Annakku, Ibu selalu mendo'akan yang terbaik untukmu.

Love,
Ibu

Tes

Tes

Air mata Anna mengalir begitu saja, pesan dari Audy membuatnya semakin merindukan sosoknya. Nabila mengusap bahu Anna dan mendekapnya erat.

Anna mengambil amplop coklat yang masih tersegel itu dan menemukan secarik kertas serta foto seorang pria yang tertempel dibelakanya.

'Palermo, Sicilia'

"Sicilia ?" Anna terdiam sejenak dengan dahi yang mengkerut, itu adalah salah satu kota di Italia.

Anna segera mengambil ponsel untuk menelpon Kinara dan menanyakan apa yang dimaksud dengan surat tersebut, namun Kinara tak dapat dihubungi.

"Apa maksudnya ini, Bil ? aku sama sekali tak mengerti."

Nabila menghela nafas, sepupunya ini memang kelewat lemot otaknya. "Itu artinya kamu harus ke Italia untuk mencari pria bernama Alexandria itu, Anna."

Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang