bagian 5

490 27 0
                                    

Badai salju melanda Sicilia, tepatnya di ibu kota, Palermo. Anna sangat menyesal karena tidak menonton berita pagi ini untuk sekedar melihat perkiraan cuaca. Jika ia tahu, ia tak akan kemana-mana hari ini. Lebih baik ia menghabiskan waktunya didepan perapian ditemani coklat panas kesukaannya ditambah selimut yang menambah kehangatannya. Beruntung hari ini Anna memakai mantel yang cukup tebal sehingga ia tak begitu kedinginan.

Ia terjebak bersama beberapa orang yang terlihat ikut berlindung pada bangunan kosong tempat Anna berada, ia menatap sekitar dan menemukan ada sebuah Cafe yang berada disebrang.

Anna terlihat berpikir sejenak, ia tak mau mati konyol hanya karena kedinginan dengan perut yang meraung-raung minta diisi. Jadi ia memutuskan untuk menerobos badai salju. Anna berusaha berlari secepat kilat, namun pandangannya terhalang oleh salju. Membuat ia beberapa kali terjatuh karena terbawa angin. Hingga akhirnya Anna sampai didepan Cafe tersebut.

Rasa hangat langsung menjalar ketubuh Anna ketika memasuki Cafe, ia menatap sekeliling dan terkagum pada pemandangan yang disuguhkan Cafe ini. Klasik namun tetap terlihat mewah.

"Buongiorno, Signorina," ucap seorang pelayan sambil membungkukan badannya lalu tersenyum ramah,

Anna membalas dengan anggukan dan senyum yang tak kalah ramah, lalu berjalan kearah sudut ruangan dan memilih duduk didekat jendela yang mengarah langsung ke jalan raya.

"Do you want to order something, signorina ?" Tanya pelayan itu, mungkin pelayan itu tahu bahwa Anna tak mengerti bahasa lokal, maka dari itu ia menggunakan bahasa Inggris dan Anna sangat besyukur akan hal itu. Jadi ia tak perlu repot-repot membuka kamus kan ?

"Yes, I want a cup hot chocolate and chicken soup....and add fried onions to my soup, please."

Pelayan itu mengangguk seraya mencatat pesanan Anna "Anything else ?"

"No... That's enough, Thank you,"

"Okay... wait a minute, signorina," ucap pelayan tersebut membungkukan badannya lalu berjalan menjauh. Memang benar, warga Italia sangat ramah pada para pelancong, mereka sangat senang menyapa dan disapa. Sayangnya, mereka kurang suka berbahasa selain menggunakan bahasa lokal. Dan cukup memuaskan saat ada cafe yang menyediakan pelayan yang bisa berbahasa inggris.

Anna menatap kearah jalan raya dengan tangan yang menyangga dagu, ia begitu menikmati pemandangan badai salju dihadapannya.

"Boleh aku bergabung ?" Tanya seseorang yang membuat Anna reflek memutar pandangannya kearah sumber suara,

Anna memperhatikan pria dihadapannya dengan mata yang menyipit, ia tak mengenal pria itu, namun karena tak ingin dianggap tak sopan, Anna pun mengangguk dan mengatakan "Sure."

"Apa yang sedang kamu lakukan disini ? Kamu tahu, hanya orang gila yang nekat berkeliaran ditengah badai salju seperti ini." Pria itu berkata seraya menjatuhkan bokongnya dikursi,

Mata Anna membulat sempurna,"Apa kamu baru saja mengataiku gila ? Lantas apa bedanya denganmu ?"

Pria itu terkekeh "Well... aku tak gila karena aku tak berkeliaran kemanapun. Aku pemilik cafe ini, signorina." Anna hanya menganggukan kepalanya dengan mulut yang membentuk huruf O. Dan tak lama pesanan Anna pun datang, pelayanan disini sangat luar biasa dan cepat.

Anna menyesap coklat panasnya sambil memejamkan matanya, membiarkan rasa panas dari coklat ini menjalar keseluruh tubuhnya yang memang sedang kedinginan.

"Kamu belum menjawab pertanyaanku Anna,"

Anna mengernyit, bagaimana bisa pria ini tahu namanya ? "Apa kita saling mengenal ?"

Pria itu tersenyum, "Kamu lupa ? kita bertemu saat dibandara beberapa waktu yang lalu."

"Bandara ?" Kening Anna mengkerut, tanda bahwa ia sedang berfikir keras berusaha untuk mengingat pria dihadapannya ini,

"Aku juga yang mengantarmu kerumah teman lamamu." pria itu mencoba membantu Anna mengingat,

"Baiklah. Maaf aku benar-benar tidak mengingatnya,"

Pria itu menghela nafas, kenapa gadis ini sangat pelupa sekali ? padahal itu baru kemarin, tapi ia sudah melupakan semuanya dengan begitu mudah. "Aku Rafael, apa kamu benar-benar lupa ?"

Anna hanya tersenyum samar, "Maaf, nanti akan aku coba ingat-ingat kembali."

"Yasudah... tapi kamu belum menjawab pertanyaanku."

Dahi Anna kembali mengkerut, "Soal ?"

"Astaga kamu benar-benar pelupa, aku bertanya apa yang kamu lakukan ditengah badai salju seperti ini ?"

Anna terdiam cukup lama, pikirannya menerawang pada kejadian tadi pagi. Dimana ia bangun tidur dan tak mendapati Annisa dimanapun. Annisa pergi dan hanya meninggalkan secarik kertas

'aku ada beberapa urusan, setelah selesai aku akan segera kembali'

Anna kembali menyesap coklat panasnya "Aku hanya sedang ingin berkeliling, dan bodohnya aku tak menonton berita perkiraan cuaca hari ini, jadi aku tak tahu jika akan ada badai salju."

Rafael hanya menggangguk-anggukan kepalanya, "Sampai kapan kamu akan berlibur disini ?"

"Memangnya kenapa ?"

"Aku ingin mengajakmu kesuatu tempat yang pasti akan kamu sukai."

"Tempat apa ?"

Rafael tersenyum misterius, "Jika kamu mau tahu, maka besok pagi aku akan menjemputmu."

Anna tertawa mendengar nada bicara Rafael, ini jelas seperti bukan dirinya. Anna tertutup dan tak mudah menerima kehadiran orang lain terlebih orang itu tidak dikenalnya. Tapi rasanya sangat berbeda dengan pria bernama Rafael ini, terasa hangat dengan obrolan-obrolan ringannya.

Setelah perbincangan cukup panjang, Rafael mengantar Anna pulang setelah badai salju mereda. Annisa begitu panik dan lansung marah ketika mengetahui bahwa Anna tak ada dirumah selama badai berlangsung, namun Anna malah tertawa melihat Annisa yang sedang memarahinya. Anna merasa sudah lama tak ada yang mengkhawatirkan nya sampai seperti ini. Dan itu membuatnya kembali mengingat Khairul, dulu Khairul selalu marah-marah jika Anna pergi tak ada kabar. Khairul selalu beralasannya bahwa banyak orang jahat yang berkeliaran, jadi ia harus ikut kemanapun Anna pergi. Tapi sekarang ? Ahh sudahlah...

"Jadi kamu bertemu lagi dengan pria itu ?" Tanya Annisa sambil mengaduk teh yang sedang ia buat,

"Ya.. secara tidak sengaja. Awalnya aku tak mengingat siapa dia tapi setelah aku dan dia berbincang cukup panjang, aku baru mengingatnya. Aku tak tahu jika ia pemilik Cafe diujung jalan sana."

Annisa hanya bisa menganggukan kepalanya, heran karena Anna selalu dapat melupakan sesuatu dengan mudahnya. "Minumlah.... untuk menghangatkan tubuhmu." Ujarnya seraya menyodorkan secangkir teh hangat,

"Ohh ya... aku ingin pergi bersama Rafael besok. Dan mungkin akan sedikit lama, jadi kamu tak perlu mengkhawatirkan aku," ucap Anna lalu meminum tehnya.

Annisa mengangguk "Maaf jika aku belum bisa membantumu mencari Alex, Anna. Kupikir liburan musim dingin ini aku benar-benar bisa bebas, tapi justru tugasku menumpuk."

"It's okay Nis, kamu sudah terlalu banyak membantuku." dan Anna pun menikmati hari dingin itu didepan perapian dengan selimut tebalnya.

To be continue
.
.
.
.
.
.

Jangan lupa tekan gambar bintangnya!🤗



Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang