bagian 16

428 32 0
                                    

Sinar mentari pagi masuk menerobos kamar Anna melalui celah dari tirai yang sedikit terbuka, mengusap lembut wajah cantik nan tenang yang tengah tertidur pulas.

Anna mengerjapkan matanya ketika merasa sesuatu yang silau telah menusuk indra penglihatannya. Matanya terbuka dan mendapati ruangan yang sudah tak asing baginya, Anna lupa bahwa ia sudah berada di Indonesia, pantas ia bisa tidur dengan sangat nyenyak. Ahh... betapa rindunya ia dengan sang kasur empuk kesayangannya.

Anna menggeliat lalu bangkit dan bersandar pada punggung ranjang untuk sejenak mengumpulkan kesadarannya. Badannya terasa sakit karena kelelahan. Setelah memulihkan kesadarannya, ia bergegas menuju kamar mandi.

"Ah....sudah lama sekali aku tidak mandi dikamar mandi kesayanganku." gumam Anna setelah menyeburkan dirinya kedalam bathup yang telah beri aroma favoritnya.

Matanya terpejam rapat disaat seluruh tubuhnya terendam sempurna dan hanya menyisakan bagian kepala yang menyembul diatas permukaan air dengan bersandar di pinggir bathup, pikirannya kembali menerawang saat perjalanan pulang dari Venesia, Rafael yang bersikap biasa saja, tetap memperlakukan Anna dengan baik dan seramah mungkin tanpa menyinggung soal perasaannya itu semakin memperdalam rasa bersalah Anna atas penolakan pria sempurna seperti Rafael.

Anna tidak bermaksud menolak, ia hanya perlu waktu untuk memastikan bahwa benar apa yang dikatakan Annisa tentang rasa cintanya pada Khairul bukanlah rasa cinta yang sesungguhnya. Tapi ia tak bisa mengatakannya pada Rafael waktu itu, mulutnya terasa kelu dan selalu ingin terkunci rapat.

"Anna ?!"

Anna berdecak merasa kesal pada orang yang sudah mengetuk pintu dan mengacaukan acara mandinya, "Siapa ?!"

"Aku... Nabila! Baru beberapa bulan kita tak bertemu kamu sudah melupakan suaraku ?! Tega sekali." Anna tersenyum membayangkan Nabila yang pasti sedang berdecak pinggang dibalik pintu,

"Ahh.. maaf maaf. Tunggu sebentar, aku akan segera selesai." ucap Anna seraya bangkit dan melilitkan handuk ditubuhnya sebelum membukakan pintu, Nabila langsung berhambur memeluk Anna yang baru saja keluar dari kamar mandi "Aku sangat merindukanmu! Bagaimana liburanmu di Italia ? Apakah menyenangkan ?"

"Baiklah..baiklah... aku akan ceritakan, tapi biarkan aku berpakaian dan sarapan dahulu. Aku sangat lapar."

"Ups... oke! Kutunggu dibawah." ucap Nabila seraya berjalan keluar kamar,

Tak butuh waktu lama bagi Anna untuk berpakaian, ia pun langsung bergegas menuruni tangga dan bergabung dengan Nabila dimeja makan.

"Jadi bagaimana ? Apakah Italia menyenangkan ? Dan apa kamu berhasil menemukan pria bernama Alex itu ?" Tanya Nabila seraya mengoleskan selai kacang pada roti kemudian memberikannya pada Anna,

"Sangat menyenangkan, dan aku memang sempat bertemu Tuan Alex tetapi dia menghilang hingga detik ini, jadi aku putuskan untuk pulang."

"Ohh yaa ? Syukurlah ada Annisa temanmu disana, setidaknya kamu tidak terlihat seperti orang hilang di kota mafia itu." Nabila terkikik geli diakhir kalimatnya,

Anna ikut terkikik sebentar sebelum akhirnya menyadari hal yang ganjil, "Bila kenapa kamu berada disini ? Bukankah seharusnya kamu di Asrama ?"

"Mama menyuruhku untuk pulang, ada hal penting katanya."

"Hal penting apa ?"

Nabila mengangkat bahunya, "Tak tahu, Mama bilang tunggu sampai kamu pulang dulu."

"Tante Kinara juga menelponku tempo lalu, dan mengatakan bahwa ada hal penting yang ingin dibicarakan setelah aku pulang ke Indonesia."

"Sudahlah lupakan... toh nanti juga Mama pasti akan memberitahu kita." Jawab Nabila yang diangguki oleh Anna,

Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang