Keesokan harinya, Pagi-pagi sekali Anna sudah berdiri didepan kediaman Alex. Ia ingin segera mengakhiri misi ini dan kembali pulang ke Indonesia secepat mungkin. Anna menarik nafas dalam sebelum menekan bel berkali-kali hingga seorang wanita paruh baya keluar,
"Buongiorno signorina, ada yang bisa kubantu ?" Tanya wanita itu dengan bahasa Italianya, beruntung Anna mulai bisa mengerti bahasa lokal meskipun hanya sedikit,
"Aku ingin bertemu dengan signor Alex, sudah membuat janji kemarin,"
"Ahh ya... kamu pasti signorina Anna, betul?" Anna mengangguk, "Sayang sekali..... signor Alex sudah berangkat pukul empat pagi tadi. Ia pergi ke Indonesia dan mungkin akan kembali dua minggu yang akan datang. Ia menitipkan permintaan maaf untukmu padaku,"
Anna membeliakan matanya, cukup terkejut menyadari bahwa Alex seperti menghindar darinya. Mendadak kakinya terasa lemas, jauh-jauh datang ke Italia untuk menuntaskan misi yang diberikan ibunya, namun orang itu justru malah pulang ke Indonesia untuk menghindarinya. "Baiklah.... kalau begitu aku akan kembali lagi nanti," ucap Anna sambil memaksakan senyumnya, "Terima kasih," Anna membalikan badannya lalu berjalan menjauh dari kediaman Alex. Dan saat ini ia tahu, Misinya telah gagal.
Anna pun memutuskan untuk mengunjungi Rafael di cafe miliknya, mungkin bertemu dan berbincang sebentar dengan Rafael akan membuat mood nya menjadi lebih baik. Dan disinilah Anna berada sekarang, duduk didalam sebuah cafe dengan sang pemilik yang duduk dihadapannya dengan setelan jas formalnya,
"Ada apa, Anna ? kenapa wajahmu masam begitu ?" Rafael menyesap kopi hitamnya perlahan,
"Aku berniat menemui seseorang hari ini, tapi sepertinya orang itu ingin menghindar dariku."
"Bertemu seseorang ?"
"Ya... " Anna menyesap coklat panas yang ia pesan, ia akui....coklat panas disini adalah yang terbaik menurut Anna "Hei... apa kamu ingin pergi meeting ?"
"Ya... tadinya, tapi kubatalkan karena kamu datang kemari."
"Astaga... maaf aku tidak tahu, seharusnya kamu tidak perlu sampai membatalkan meetingmu,"
"Tidak masalah, sudah kukirim asistenku untuk menggantikan aku."
"Maafkan aku, El," Anna merasa tidak enak, ia ingat bahwa Rafael tidak hanya mengurus cafe kecilnya ini, melainkan juga mengurus perusahaan sang ayah yang kini sudah dialihkan pada dirinya,
"Memang kamu ingin bertemu dengan siapa ?"
"Alex,"
"Siapa dia ?" Tanya Rafael lagi,
"Sahabat mendiang Ibuku." jawab Anna lalu kembali menyesap minumannya.
"Lalu kenapa dia menghindar seperti apa yang kamu katakan ?"
"Aku juga tidak tahu, El," jawab Anna sedikit frustasi, "Sekian lama aku mencarinya, tapi ia malah seolah tak ingin bertemu denganku."
"Kamu sangat ingin bertemu dengannya ? apa ada hal yang penting ?"
"Ya." Anna menyesap minuman coklatnya yang kini sudah tak lagi panas, "Wasiat ibuku, beliau menyuruhku untuk menemuinya, dan sekarang aku tak tahu apa yang harus kulakukan."
"Hei.. tenanglah, jangan frustasi seperti itu." Ucap Rafael sambil menggenggam tangan Anna, mereka saling bertatapan untuk sesaat sebelum akhirnya Rafael menarik tangannya kembali, "Maaf,"
Anna berdeham, sedikit merasa gugup karena kejadian beberapa detik yang lalu. Ia mendadak gelisah ditempat, jantungnya berpacu sedikit lebih cepat dari biasanya, "Aku harus pulang," ujar Anna seraya bangkit dan memakai mantelnya, wajahnya kini memerah, padahal genggaman ditangan Rafael hanya sekilas namun tangannya kini terasa panas.
"Mau ku antar ?"
Anna menggeleng "Tak perlu, aku bisa sendiri. Lagi pula ini kan jam kerjamu,"
"Baiklah kalau begitu." Rafael pun mengantar Anna hingga didepan cafe, "Tunggu sebentar, Anna," Ucap Rafael membuat Anna kembali menoleh,
Rafael menggaruk tengkuknya yang tak gatal "Umm....Kamu ada waktu luang besok ? Aku ingin mengajakmu pergi kesuatu tempat,"
"Tentu." jawab Anna tersenyum lalu kembali melanjutkan langkahnya,
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny [END]
RomanceSUDAH TERBIT!!! Dengan judul "KAUSA RENJANA" NOVEL BISA DI BELI DI TOKOPEDIA, BUKALAPAK DAN JUGA WEBSITE RESMI GUEPEDIA. ________________________________________ "Kamu tahu ? kamu adalah satu-satunya kehendak takdir yang tak dapat kubenci." Hal yang...