bagian 8

468 29 0
                                    

Sesampainya dirumah Anna langsung berganti baju dan duduk didepan perapian dengan mengenakan selimut yang sangat tebal berwarna pastel, ditambah coklat panas yang membantunya menghangatkan tubuh dari suhu yang sangat dingin ini. Tv dibiarkan menyala tanpa ditontonnya, pandangannya kosong kedepan tapi pikirannya bercabang, memikirkan bagaimana bisa Rafael begitu dengan lapangnya memaafkan tindakan sang ayah yang sangat keterlaluan ? mengabaikan orang yang mencintainya demi orang yang ia cintai bukankah itu suatu hal yang bodoh ? dan benarkah jika cinta itu tak pernah salah ? Anna tak tahu untuk jawaban yang satu itu.

Mendadak dirinya merindukan Khairul, merindukan masa-masa kecilnya disaat benih-benih cinta itu belum tumbuh. Hidupnya terasa menyenangkan meski hanya Khairul yang dimilikinya, pernah beberapa waktu Anna menangis ketika merindukan Audy, tapi Khairul selalu bisa menghiburnya. Ia juga ingat ketika setiap pengambilan rapor, dirinya selalu menjadi pusat perhatian karena membawa pria tampan ke lingkungan sekolah, alhasil Khairul menjadi sasaran empuk bagi ibu-ibu janda muda beranak satu yang terpukau pada pesonanya.

Ia ingat bagaimana Khairul membantu mengobati rasa traumanya selama hampir dua tahun dengan sabar dan selalu menemai disetiap waktu. Khairul tak pernah merasa keberatan akan sifat manja Anna, tak pernah merasa kesal karena terus menerus disusahkan oleh Anna, selalu menuruti apapun keinginan Anna dengan sekali jentikan langsung terkabulkan.

Khairul adalah pahlawannya, pahlawan yang selalu melindunginya kini justru menyakiti hatinya.

Menyakiti ? Khairul tak pernah menyakiti Anna, dan Anna sadar hal itu. Tapi dirinya merasa kesal karena Khairul tak pernah bercerita tentang kekasih barunya.

Seketika sekelebat bayangan tentang dirinya dan Khairul saat makan nasi goreng didekat rumahnya datang mengingatkan, waktu itu Khairul pernah berkata bahwa hidup akan jauh lebih indah jika kita telah menemukan cinta. Apa itu berarti saat itu Khairul telah menemukan cintanya ? apa sebenarnya Khairul ingin bercerita namun tak terdengar karena Anna terlalu memikirkan tentang pesonanya pada sang bintang ?

Hati Anna kembali terasa nyeri, namun ia enggan untuk menangisinya kembali. Mungkin benar apa yang dikatakan Rafael, cinta tak pernah salah, hanya saja jatuh pada orang yang tidak tepat.

Anna menoleh kearah pintu disaat pintu terbuka. Disana terdapat Annisa tengah melepaskan mantel dan sepatu bootnya yang penuh dengan salju lalu ikut bergabung didepan perapian, tangannya diulurkan kedekat api untuk menghangatkan tubuhnya yang mungkin sudah sedingin es.

"Kenapa nekat menerobos salju yang tengah lebat, Nissa ?"Anna melihat ponselnya "Bahkan suhunya -15 derajat. Kau bisa mati kedinginan diluar sana." ucap Anna seraya menyodorkan coklat panas yang berada digenggamannya pada Annisa,

Annisa menyesap coklat panasnya dan mengeluh nafas saat rasa hangat langsung menjalar keseluruh tubuhnya, "Tak apa... tugas kuliahku sudah selesai dan aku tak ingin berlama-lama berada dirumah temanku yang penuh dengan asap rokok dan bau alkohol yang sangat menyengat,"

Anna hanya mengangguk dan kemudian suasanan menjadi hening. Hanya terdengar bunyi jarum jam yang berputar dengan irmanya, juga suara api yang membakar kayu dengan perlahan.

"Nissa ?"

"Hmm..."

"Apa kamu pernah jatuh cinta ?" tanya Anna membuat Anissa menatapnya dengan kerutan dikening,

"Kenapa bertanya seperti itu ?"

"Tidak, hanya saja tadi Rafael berkata bahwa cinta tak pernah salah. Dan menurutmu, apakah kisahku dan Mas Irul adalah cinta yang tidak salah ?"

Anissa terdiam sejenak, "Anna... menurutku, benar apa yang dikatakan Rafael, bahwa cinta tak pernah salah. Oleh sebab itu, mungkin perasaanmu pada Khairul bukanlah cinta yang sesungguhnya, melaikan perasaan cinta seorang adik terhadap kakaknya, sama seperti sebelumnya."

Anna menggeleng tak setuju, "Tidak. Aku yakin bahwa aku benar-benar mencintai Mas Irul!"

"Tahu apa kamu tentang cinta, Anna ? umurmu, masih delapan belas tahun, masih terlalu kecil untuk mengerti akan cinta yang sesungguhnya."

"Tapi mengapa rasanya menyakitkan mengetahui bahwa Mas Irul telah memiliki cintanya ?"

"Kamu cuma cemburu, cemburu dalam artian kamu takut jika nantinya kamu akan kehilangan Khairul untuk selamanya, padahal kenyataannya tidak seperti itu. Kamu adalah segalanya bagi Khairul, Anna, aku tahu itu. Dia mencintaimu melebihi apapun, karena kamu adiknya, orang yang akan selalu dijaga dan dilindunginya. Setiap saat, setiap waktu tanpa henti."

Anna terdiam, apakah benar tentang semua yang dikatakan Anissa ? bahwa ia tak benar-benar mencintai Khairul dalam artian yang sesungguhnya ? Anna berharap, ia segera menemukan jawaban itu dengan segera. 

Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang