Matahari mulai meninggi, konsentrasi berkurang dan perut keroncongan mulai mengambil alih walaupun belum waktunya makan siang. Aktifitas hari ini walaupun di dominasi dengan duduk namun cukup membuat beberapa anak kelelahan terutama kumpulan anak-anak di barisan belakang.
Momo, Ima dan Dita setengah mendengarkan penjelasan dari Kak Juna tentang tata cara anak baru meminta tanda tangan senior, kakak kelas dan guru serta staf. Dari belakang, tepukan ringan mengalihkan perhatian Momo dan beberapa anak yang ada di sebelahnya.
"Ayo dek." Kak Siska mengingatkan tentang audisi dan dilihatnya anak-anak yang lain juga mulai beranjak dari ruangan.
"Iya kak." Momo berdiri lantas mengekor Kak Siska yang sudah berjalan di depannya.
"Semangat Mo!" Ucapan Dita ia balas dengan senyuman.
Mereka sampai di depan ruang kelas XI IPA 1, setelah di persilahkan masuk, mereka mengambil duduk sendiri-sendiri di tiap bangku, Momo memilih bangku kedua lalu setelah semua anak duduk Kak Agra mulai membagikan kertas yang berisi beberapa pertanyaan beserta alat tulisnya.
"Di depan kalian adalah soal tentang pengetahuan umum, waktu yang diberikan 30 menit, kalian bisa mengerjakan dimulai dari sekarang."
Setiap anak mulai mengerjakan soal begitu pula Momo yang langsung memberikan atensi pada soal di depannya. Membaca beberapa soal tanpa sadar sudah membuatnya fokus.
Dua puluh menit berlalu ketika dia mengangkat kepala, beradu pandang dengan Raka yang sepertinya juga sudah selesai mengerjakan soal. Saling menganggukkan kepala, keduanya lekas bangkit dari duduk dan menyerahkan lembar jawaban ke depan kelas dimana Kak Bagas sedang duduk mengawasi. Setelah mendapat ijin keduanya melangkah keluar untuk kembali ke kelas mereka karena acara sebelumnya telah selesai.
Berjalan berdampingan tidak banyak percakapan diantara kedunya. Sesekali Momo memperhatikan laki-laki di sebelahnya, Raka tergolong memiliki wajah yang tampan namun tubuhnya tidak lebih tinggi, mungkin lebih rendah karena dalam jarak dekat saja Momo tidak perlu mendongakkan kepala untuk menatap matanya.
"Kenapa?"
"Eh," pertanyaan itu menyadarkan bahwa Momo terlalu lama memandangi orang di sebelahnya.
"Lo liatin gue dari tadi. Bingung lo liat cowok cakep?"
"Merhatiin aja lo kalo gue liatin, bingung diliatin sama cewek cakep?" Momo berujar untuk menghilangkan rasa malu.
"Cewek rata macem lo cakep?" laki-laki di sebelahnya memandang dari atas kebawah dengan tatapan meremehkan.
Refleks Momo menyilangkan tangannya di depan dada, "dih otaknya ya."
"Otak gue kenapa? Lo kali yang pikirannya kotor." Raka cengengesan
Momo hanya menganga di tempatnya, dilihatnya Raka sudah di depan pintu kelas sambil menahan tawa.
"Rese." Menghentakkan kaki sekali lalu buru-buru mengejar langkah Raka masuk kelas.
ж ж ж ж ж
Momo tengah menonton tv sembari menyuap sepotong kentang goreng ke mulut ketika pintu depan terbuka, atensinya teralih ketika mendengar suara yang sudah dia hafal di luar kepala.
"Ayah.." menarik selembar tisu di atas meja, Momo segera bangkit berdiri dan bergegas ke pintu depan.
Seorang pria setengah baya dengan setelan kerja berjalan masuk ke dalam rumah, tangan kanan menarik koper sedang tangan kiriya tergantung jas kerja. Dibelakangnya seorang lagi yang lebih muda menyusul masuk dengan senyum lebar.
"Abang!"
Momo adalah anak terakhir dari tiga bersaudara, kedua kakaknya adalah laki-laki. Anak pertama bernama Adimas Prasetya Kurniawan, saat ini sedang bekerja di perusahaan keluarga membantu ayah mereka,
Bisma Saidan Kurniawan anak kedua dalam keluarga saat ini sedang melanjutkan kuliahnya di luar kota dan jarang pulang. Orang yang dipanggil abang adalah Saidan, Momo sering memanggilnya Abang Sai. Walaupun berkali-kali dilarang karena Saidan merasa namanya seperti panggilan para wanita yang sedang merumpi namun adiknya itu tetap memanggil dengan nama 'Sai' karena diancam akan dipanggil dengan nama 'Bis' yang terdengar seperti nama angkutan umum.
"Awas ya cuma ayah yang disambut, ngga abang bagi oleh-oleh." Saidan merajuk sambil berlalu ke ruang tengah.
"Yaelah Bang Sai ngambek kaya anak cewek nanti cantiknya ilang loh. Aku kira tadi yang pulang cuma ayah."
Momo mengekor dibelakang. Memang Saidan sebagai anak kedua memiliki fisik yang bisa dikatakan cantik alih-alih tampan. Mungkin gen bunda mereka terlalu banyak ditubuhnya, jari tangannya saja sangat lentik, bila diambil gambar orang akan salah mengira bahwa itu adalah jari wanita. Banyak wanita iri bila memperhatikan jari tangannya dan anak laki-laki akan mencemooh bila melihatnya.
"Abang kok bisa pulang bareng ayah?"
"Tadi ketemu di teras depan." Jawabnya cuek
"Loh, abang udah sampai juga? Tadi naik apa dari bandara?"
Bunda yang baru melepas celemeknya keluar dari dapur menyambut suaminya, mengambil alih jas dan mendekat ke sofa ruang keluarga beriringan.
"Naik taxi bunda. Saidan laper, kangen sama masakan bunda." Ucapnya dengan manja.
"Idih manja banget, nggak malu sama umur." Cibir Momo
"Biarin, bocah mana ngerti." Balas Saidan sambil berusaha berdiri membebaskan diri dari tubuh Momo yang duduk setengah menindihnya.
"Bang Sai tungguuu...." Momo setengah berlari mengikuti ke ruang makan menghiraukan teriakan ayah yang memperingatkan untuk tidak berlari di dalam rumah.
Saidan tengah menuang sup ayam ke dalam mangkuk ketika Momo mengambil duduk di sebelahnya. "Apaan? Abang mau makan dulu laper dek."
"Emang aku mau ngapain? Aku sekolah di tempat abang dulu loohh." Momo mulai bercerita ketika suapan pertama berhasil masuk ke dalam mulut Saidan yang hanya dibalas deheman.
"Kok 'hmm' doang sih bang? Komentar apa gitu.."
"Selamat ya. Walaupun abang yakin posisi masuknya ngga diatas kayak abang dulu."
Bukannya menjawab Momo mencebikkan bibirnya dan itu menyebabkan senyum tersungging diwajah Saidan, diacaknya surai coklat itu.
"Selamat deh selamat, adek abang satu-satunya."
"Dasar, percaya deh yang pinter."
Gelak tawa terlepas begitu saja, "Terus gimana ospeknya?"
"Oiya, dulu waktu abang sekolah disana ada acara dimas diajeng juga?"
"Iya, kenapa?"
"Aku dipilih jadi calon diajeng dari kelasku loh bang."
"Nggak usah ikut. Kamu cuma buat bercandaan itu. Abang nggak mau kamu ikut begituan, jadi ketawaan orang."
"Loh masa iya?" pertanyaan itu dijawab anggukan mantap Saidan.
'Tapi itu audisi pertama gue.' Batin Momo.
ж ж ж ж ж
hai..
aku mau kasih info kalau cerita ini, update setiap Jumat dan Sabtu.
diusahakan selalu konsisten.
dan semoga ada yang suka dengan cerita ini, silahkan tinggalkan jejaks
masukan lebih baik.
mungkin nanti ada beberapa part yang bakal aku private.
happy reading.
salam sayang,
ichigo
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST LOVE
Teen FictionFirst love (Ketika Cinta Mengajarkan Banyak Hal) Cinta pertama tidak pernah berhasil. Hanitya Morina Kurnia, gadis biasa yang belum pernah jatuh cinta. Harus bertemu dengan dua lelaki yang mengajarkan apa itu sakit dan bahagia dalam cinta. "..kala...