Akhirnya acara ospek selesai, anak-anak mulai masuk ke kelas dan mengikuti kegiatan belajar mengajar. Kelas XG merupakan kelas yang berisi anak lelaki lebih banyak dari anak perempuan sehingga cenderung lebih ramai dari kelas yang lain. Momo tengah membaca pesan masuk dari Bunda yang menyuruhnya mampir ke rumah tante Sandra, teman arisan, sepulang sekolah untuk mengambil kue pesanan Bunda.
"Mo, ini ngisinya gimana sih dari tadi gue gagal masuk terus?" Ima tengah sibuk mengisi formulir online untuk bergabung di dalam grup penulis yang baru beberapa hari ini ia gemari.
"Mana?" Momo meminta ponsel Ima, dilayar terpampang kode rumit yang harus dimasukkan untuk menunjukkan bahwa si pengakses bukan robot. Entah kenapa untuk aplikasi yang menurut Momo tidak terlalu penting ini membutuhkan proses pendaftaran yang cukup rumit.
"Ini sih salah masukin kodenya, kriting gini tulisannya mana bisa kebaca. Heran deh orang yang kerjanya bikin kode rumit kayak gini sempet istirahat nggak ya? apalagi kan yang akses ini bisa dimana aja dan kapan aja?"
"Emang dibuat rumit gitu juga soalnya banyak web mirror gitu sama orang yang sukanya plagiat cerita author yang lain. Mau gimana lagi, biar kata cuma kumpulan tulisan, tapikan itu ide seseorang, hasil karya." Ima meletakkan dagunya di bahu kiri Momo karena ingin memastikan apakah gadis itu berhasil atau tidak.
"Iya ya..gue sih suka baca tapi nggak terlalu suka bikin cerita, buat gue gambar bergerak lebih menarik." Momo masih mencoba memasukkan beberapa huruf, "nah udah. Nih." Setelah selesai segera dikembalikan ponsel tersebut.
"Mo, temenin gue ke kantin bentar yuk!" Citra berdiri di depan meja dengan wajah merah padam.
"Kenapa lo?"
"Sialan tuh si Adam, gue dikasih tahu isinya cabe ulek mak Nur."
"Bego di elo dong, udah tahu kalau Adam nggak pernah bener otaknya." Memang cabe ulek mak Nur sudah terkenal mampu mencuci mata karena penikmatnya akan meneteskan air mata saat memakannya dan akan semakin kepedasan apabila berhenti memakannya sebelum habis.
"Mana gue ngerti, orang tadi dia bilang mau ganti tahu gue yang dia jatohin ya gue makan." Kini Citra mengipas-ipas wajahnya, "ayo dah buruan. Udah mau mati nih gue kepedesan."
Merasa iba akhirnya Momo mengekori Citra, karena ditinggal lari, ke kantin Pak Dan untuk membeli susu putih.
Kantin pak Dan cukup ramai, biasanya anak laki-laki yang sering nongkrong disini karena makanan yang diberikan porsi besar memuaskan perut karet para pelajar yang kelaparan setelah menerima materi pembelajaran. Momo mengambil duduk di dekat lemari pendingin karena Citra langsung minum di depan mesin itu. Mendapat pelototan karena tidak bisa menahan tawa melihat tingkah temannya yang seperti baru menemukan oase di padang gurun.
"Kenapa dia?" seseorang duduk di depan Momo
Keduanya menolehkan kepala mendapati Raka duduk sambil memakan gorengan, "abis dikerjain sama Adam." Momo menjawab karena sepertinya Citra tidak akan menjawab dan pertanyaan itu seperti ditujukan kepadanya.
"Bego lo, udah tahu tuh anak sama gilanya masih juga dipercaya." Raka mencibir sembari meraih gelas es teh yang baru diletakkan di depan Momo karena gadis itu memesan sebelum duduk.
"Nggak usah banyak cuap deh Ka. Kelakuan lo juga nggak bisa dibilang bener. Main comot minuman temen gue lagi."
Raka dan Citra memang sudah lama saling kenal, mereka satu sekolah sejak sekolah dasar. Momo diam saja ketika pemuda di depannya minum beberapa teguk cairan kecoklatan dari dalam gelasnya. Niat untuk minum sudah hilang, memilih untuk mengamati saja.
"Bawel lo. Tuh Momo ikhlas aja tehnya gue minum."
"Udah minum aja, abisin sekalian, gue ngerti lo butuh basahin tenggorokan karena kebanyakan ngoceh?" Momo berujar santai dengan tangan kanan menyangga kepala.
Raka memperhatikan gadis di depannya, hari ini mereka mulai mengenakan seragam putih abu-abu, hari ini rambutnya berwarna hitam tidak seperti sebelumnya yang dia beri warna coklat, rambut itu dikucir ekor kuda, menyebabkan kepala itu semakin tampak bundar dan mungil, tak lupa kedua pipinya yang merona merah terutama ketika tertawa.
Tersenyum sebelum akhirnya bangkit berdiri tidak membalas perkataan Momo, Raka memilih berlalu dari hadapan para gadis.
"Kenapa tuh bocah. Senyum-senyum nggak jelas." Citra menggerutu.
"Udah biarin aja, ayobalik kelas, bentar lagi bel." Momo berdiri membenarkan ikatan rambutnya laluberanjak dari sana diikuti Citra di belakang.
ж ж ж ж ж
hai, maaf baru update.
sebenernya ceritanya udah aku ketik cuma belum ada mood buat publish.
maafkan kelakuan saya>,<
selamat membaca,
ichigo
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST LOVE
Teen FictionFirst love (Ketika Cinta Mengajarkan Banyak Hal) Cinta pertama tidak pernah berhasil. Hanitya Morina Kurnia, gadis biasa yang belum pernah jatuh cinta. Harus bertemu dengan dua lelaki yang mengajarkan apa itu sakit dan bahagia dalam cinta. "..kala...