Satu kata yang bisa menggambarkan perasaan Momo saat ini adalah: BINGUNG. Setelah insiden tabrakan dan permintaan aneh yang disebutkan Raka, disinilah ia sekarang berada. Di daerah pinggiran kota terdapat tempat yang ramai digunakan untuk tempat usaha. Mulai dari mainan anak-anak sampai alat-alat rumah tangga semua ada di daerah ini.
Ada satu tempat bernama "Rumah Bu Lan", sebenarnya itu adalah rumah makan yang terkenal di dalam dan luar kawasan ini. Daerah ini juga terdapat taman yang tiap malam semakin ramai seperti pasar malam. Ada banyak sepeda dengan lampu-lampu yang dipasang di rangkanya. Juga ada delman-delman yang mengantar pengunjung berkeliling.
"Jadi lo mau ngajak gue ke rumah makan?"
Saat ini keduanya tengah mengendarai delman untuk berkeliling. Sekilas pandang Momo melihat tempat ini sangat menarik, mereka memiliki konsep yang unik untuk menarik minat terutama para muda-mudi agar mau berkunjung sekedar menghabiskan malam dengan duduk-duduk lesehan sembari makan jangung bakar atau jalan-jalan seperti Momo dan Raka saat ini.
"Udah nikmati aja pemandangannya, jarang-jarang di kota masih ada pemandangan ijo-ijo gini."
"Gue baru tahu, seorang Raka bisa bawel juga ya?"
Mendengar itu Raka hanya mendengus ditempat, menimbulkan tawa disebelahnya. Sebenarnya dia juga tidak tahu kenapa meminta datang ke tempat ini bersama Momo. Ketika mendengar bahwa Raka boleh meminta satu hal pada Momo, yang terlintas di pikirannya adalah tempat ini. Diliriknya gadis disebelah, senyum tidak luntur dari wajahnya.
Kedua mata dengan bulu mata lentik itu tengah melihat pemandangan yang tersaji di sekitar mereka. Raka tidak bisa menahan senyumnya, bukan kesalahan dia membawa gadis ini datang bersamanya.
ж ж ж ж ж
"Emang lo yang salah."
"Mana bisa?"
Raka dan Momo kini tengah berada di dalam mobil di depan rumah Momo. Mereka masih bertengkar tentang siapa yang patut disalahkan. Kondisi keduanya kini tampak mengenaskan dengan rambut berantakan dan kerah baju yang melonggar. Bahkan lengan kemeja Raka robek walaupun tidak besar.
Beberapa jam yang lalu..
Setelah berkeliling dengan delman, keduanya memutuskan untuk langsung makan. Saat tengah makan, keduanya mendengar keributan di meja yang tidak jauh dari mereka duduk.
Dua orang perempuan tampak saling tarik menarik rambut dengan gaun keduanya yang sudah lusuh dan ada bercak warna yang di duga berasal dari minuman yang dijual di tempat ini. Beberapa pria tengah sibuk memisahkan mereka karena mengganggu keamanan dan kenyamanan rumah makan. Momo menyipitkan mata, menilai apa yang terjadi sehingga kedua perempuan itu bisa berkelahi.
"Mengerikan."
Kerutan di dahi Momo menunjukkan kebingungan pada kalimat yang dilontarkan Raka barusan.
"Wanita sangat mengerikan."
"Kenapa?"
"Kalian terlihat lemah dan rapuh disaat bersamaan, namun pada detik berikutnya bisa menjadi lebih menakutkan dari monster."
"Lo udah pernah ketemu monster?"
Gelengan kepala itu membuat Momo mendengus setengah meremehkan.
"Jangan pernah menilai dari sesuatu yang bahkan lo nggak tahu bentuknya macem apa. Perempuan atau laki-laki ada untuk saling melengkapi satu sama lain, ketika pria telahir dengan sangat kuat, wanita ada dengan kelemahan dan kerapuhannya untuk mengimbangi, tapi coba lo pikir." Jeda sejenak,
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST LOVE
Teen FictionFirst love (Ketika Cinta Mengajarkan Banyak Hal) Cinta pertama tidak pernah berhasil. Hanitya Morina Kurnia, gadis biasa yang belum pernah jatuh cinta. Harus bertemu dengan dua lelaki yang mengajarkan apa itu sakit dan bahagia dalam cinta. "..kala...