8. JAKET MERAH JAMBU

15 3 0
                                    

Jika hujan bisa membuat Momo tidak harus berangkat ke sekolah mungkin dia akan dengan senang hati mendoakan agar setiap hari Senin bisa turun hujan. Senin dan hujan adalah kombinasi yang mematikan untuk orang-orang seperti dirinya ditambah lagi berada di dalam mobil dengan Raka sebagai pengemudinya. Semesta sedang menggodanya.

ж ж ж ж ж

Setelah semua makanan yang disiapkan sudah hampir matang, bunda menginstruksikan kepada Momo untuk mandi dan bersiap-siap menyambut kedatangan tamu mereka. Menurut Momo pamit kembali ke kamar, bunda sudah menyiapkan dress sederhana selutut dengan warna hijau tosca.

Ketika sampai di tangga bawah Momo bisa mendengar suara orang saling berbicara diselingi tawa, sepertinya para tamu baru saja datang, melangkah perlahan Momo menyusul ke ruang tamu. Tampak seorang wanita yang usianya tidak terlalu jauh dari bunda sedang tertawa sambil bergandengan tangan dengan bunda. Keduanya berdiri, posisi bunda membelakangi sehingga Momo dapat melihat betapa cantik wanita itu walau sudah tidak lagi muda namun jejak kecantikannya tidak pernah hilang dari wajah dengan senyum keibuan yang sedari tadi tidak pernah pudar dari wajahnya.

"Loh, itu anak kamu Nad?" bahkan suaranya sangat merdu.

Bunda menoleh menatap putri bungsunya, "Iya, putriku satu-satunya. Sini sayang kenalan dulu sama tante Damara."

"Selamat malam tante, saya Morina." Ucapnya sopan dengan mencium punggung tangan tante Damara.

"Halo sayang, bunda kamu udah cerita tentang tante belum? Nama tante Damara. Kamu bisa panggil tante Ara, dulu tante temen kuliah ayah sama bunda kamu, oh iya, ini kenalin juga suami tante."

"Halo om, saya Morina." Kali ini Momo mencium punggung tangan suami tante Damara.

"Halo Morina, saya David, kamu bisa panggil om Dave." Om Dave adalah seorang pria yang tinggi, sedikit lebih tinggi dari ayah dan lebih tampan. walaupun bagi Momo ayahnya tetap ayah nomer satu.

Kedua tamu ini memiliki penampilan yang sangat menawan, tampak sekali bahwa mereka adalah pasangan yang sangat romantis. Momo memperhatikan sekeliling, kemana kedua kakaknya?

"Bun, abang-abang kemana?" memilih berbisik karena tidak mau menarik perhatian.

"Bang Dimas bentar lagi sampai, kalau Bang Saidan lagi keluar sama anaknya tante Ara, ada yang harus di beli di minimarket depan." Bunda berbisik juga.

"Dih, keluar guenya nggak diajak." Gerutu Momo pelan.

ж ж ж ж ж

"Mau sampe kapan lo duduk bengong di mobil gue?" suara bernada datar itu mengembalikan kesadaran Momo bahwa kini ia sedang berada di dalam satu mobil dengan Raka.

"Kenapa lo bawa mobil padahal anak baru dilarang bawa kendaraan ke sekolah?" kali ini Momo memiringkan tubuhnya agar bisa menghadap pemuda di sebelahnya.

"Gue nggak bawa kendaraan ke sekolah, gue jalan kaki ke sekolah. Tuh sekolahan ada di depan. Turun atau lo mau gue tinggal?"

Perkataan Raka membuat Momo sadar bahwa saat ini ia berada di lapangan yang jaraknya kurang lebih dua ratus meter dari sekolah. Hujan juga sudah berhenti. Kendaraan lain juga terparkir disana, beberapa anak yang keluar dari kendaraan itu ia kenali dari kelas lain, sebagian besar anak yang berada di sini adalah anak laki-laki.

"Raka!" panggilan itu tidak diindahkan, pemuda itu tetap berjalan santai dengan tas ransel di bahu kiri dan tangan kanan sibuk dengan ponselnya.

"Ahelah, jalan lo cepet banget kayak setan yang mau berangkat nakutin orang." Disebelahnya Momo tampak terengah karena berlari untuk menyamakan langkah.

FIRST LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang