"Truth or Dare?!"
"Hmm truth..", jawabku sambil menidurkan kepala di atas meja.
"Yaah.. Gue mah udah tau semua tentang lo Zee!", Gita menepuk pipiku, "Yaudah, apa bedanya cinta dengan sahabat?"
Gue mendongak, menatap bingung.
"Guee.. Gak ngerti.."
"Yaudah, lo minta pendapat cinta sama sahabat lo gih", usir Gita.
"Siapaa??", tanyaku melihat ke belakang. Kulihat Gita sedang tidur.
Pasti yang dimaksud Gita adalah Titan. Omg. Dia lagi main bola lagi. Gimana gue mau tanya?
"Hai", seseorang menepuk pundakku.
"WHAT?!..", gue melihat Titan, "Kok lo horror banget sih?! Bukannya lo lagi dii-"
"Gue main? Yaelah, lo sih.. Gue habis dari kantin tau", jawab Titan sambil makan bakwan.
"Oh ya, gue... Gueee.. Gggguuuuueeeeeeee-"
"Apaan sih Zee?"
"Gue mau nanya"
"Nanya sih nanya aja kali, buruan"
"Menurut lo...apa bedanya...ci...nta dengan sahabat?", Titan mengernyitkan dahinya sambil melihat ke atas. Apakah dia berpikir?
"Sama aja deh kayaknya. Cinta itu adalah sahabat, sahabat itu adalah cinta. Tanpa cinta, sahabat gak akan jadi sahabat...", kurasakan jantungku berhenti berdetak, "...lagian ngapain sih nanya begituan?"
Aku menggeleng lalu kembali ke kelas, berlarian pontang panting.
"Lama banget sih lo, bete tau gue disini. Mana sendiri lagi"
"Iya iya maaf, gue udah dapet nih jawabannya", gue menjelaskan apa yang dikatakan Titan tadi. Gita yang mendengarkan hanya ber-cie ria, "Lo kenapa sih cie cie? Titan itu sahabat gue dan GAK lebih. Oke?"
"Tapi kenapa lo selalu cemburu kalo Titan bareng sama cewe lain? Itu kan artinyaaaaa-"
"STOP!! Udahlahh! Dia itu sahabat gue, wajar ajakan kalo gue cemburu?"
"Oh jadi lo cemburu??? Ehemm..", gue gaktau lagi mau ngelayan Gita dengan cara apa. Yang jelas, gue GAK suka sama Titan, bukan benci. Maksudku, aku gaada perasaan dengannya.
-----
Hari ini adalah hari diving gue, bareng papa. Uyeay! Gue ngarep banget diving bareng papa.
"Zimo, udah lengkap belum barang-barangnya?", tanya papa sambil memasukkan barang-barangnya.
Baju ganti? Check.
Handuk? Check.
Ikat rambut? Udah pasti check.
Kayaknya cuma segini deh barangnya, nanti kan di tempat diving ada lagi. Hmm..
"Bawa kotak p3k nggak?", tanya papa. Oh iya!
-----
Sesampainya di tempat diving, gue ganti baju, begitu juga dengan papa. Kami memakai baju karet dan sepatu diving.
Gue dan papa dari dulu suka diving, di tempat ini. Dulunya, tempat ini milik teman papa, tapi sudah diganti pemiliknya, karena teman papa sudah meninggal.
Oh iya, gue juga punya pemandu langganan, namanya Boston.
"Tumben banget diving?", Boston menepuk bahuku.
"Yah, gue gak diving dibilang sombong, pas diving dibilang tumben. Lo maunya apasih?"
"Yah yah, ngambek deh. Jangan gitu dongg.."
" Udah ah, gue mau diving duluan. Panggilin papa dong"
"Masa gue manggilin bokap lo papa sih? Nunggu nanti kalo udah-"
"APALO?! Buruan hussh hush!!", gue mendorong-dorong punggung Boston. Tanpa gue sadari, gue senyum-senyum sendiri.
Setibanya di bawah laut, gue kembali menikmati masa kejayaan. Iya iya, gue gak akan pamer jempol gue di depan kamera. Gue cuma...menikmati indahnya pemandangan bawah laut. Walaupun gue phobia sama ombak, tapi kalo masalah diving? Sikaatt
-----
Haii!! :D makasih yang masih setia baca cerita inii.. jangan lupa yaa vote dan comment. Ditunggu yahh:3
sekalian kasih saran ya.. makasiih!:D
KAMU SEDANG MEMBACA
OPERA LOVE
Teen FictionSiapa yang percaya dengan mitos ... first love? Copyright © 2014 by yulfiashela