CHAPTER FIFTEEN

1.3K 42 0
                                    

Sampai di Bandung, gue langsung check in. Pantega family mau istirahat hahai..

"Zimo, kamu kamar nomor 502 ya. Mama sama papa nomor 500", mama memberikan kunci kamar.

"Loh kok jauh ma?!", teriak gue.

"Cuma selisih 1 kamar kok, kalo mau ke kamar mama, telepon dulu", mama mengusap kepalaku, "Yuk kita ke lantai atas"

Sesampainya di kamar, gue membuka koper dan menyusun barang-barang. Untung aja masih jam 4, jadi masih ada waktu buat mandi.

Tok.. Grek.tok tok..

Seseorang ingin membuka pintu? Mama?

"Ngapain lo disini?!", teriak orang itu.

"Ini kamar gue! 502.. Oke?!", gue memamerkan kunci kamar di depan wajahnya.

"Oh berarti gue 501", orang itu membalikkan badan. Tapi gue tahan orang itu.

"Jadi lo ya yang jadi pemisah gue dan mama papa!", gue memukul-mukul badannya yang tegap.

"Sshh, udah ah. Lo mandi gih, nanti kita jalan-jalan", dia mendorong gue masuk ke dalam kamar dan menutup pintu.

"Lo ngapain disini lagi? Keluar!", gue mendorong balik punggungnya.

-----

Titan kok bisa disini ya? Apa dia beneran buntutin gue?

Gue menyisir rambut dan mengikat satu, ponytail everyday.

Tok tok tok.. Gue mengetuk pintu kamar Titan, 501.

"Apaan? Lo mau kemana?", Titan melihatku dari ujung kaki sampai ujung rambut.

"Eh pe'a lo! Katanya mau jalan??"

"Cie ngarep mau di ajak jalan..."

"Ah bodo! Yaudah gue sendiri aja", gue meninggalkan Titan sendirian dan berjalan cepat ke arah lift.

Gue berjalan menyelusuri taman di belakang hotel. Membeli camilan dan duduk-duduk di kursi taman.

"Ngapain lo sendirian disini?", Titan duduk di sebelahku.

"Oh, emang ada gitu peraturan, kalo di taman gaboleh sendiri?"

"Ada dong, yang boleh itu berdua"

Deg.

"Ih, mendingan kita main sepeda", gue menarik tangan Titan berkeliling taman.

"Emang disini ada sewa sepeda?", Titan memberhentikan langkahnya.

"Setahu gue sih ada. Lah lo ngapa berenti? Ayo!", gue menarik-narik tangan Titan, "Ah alay lo mah!"

Gue membalikkan badan dan kembali berjalan tak tentu arah.

"Bantuin gue dong, berat nih!", gue membalikkan badan, dan melihat Titan sedang menenteng sepeda depan belakang (you know..)

"Weh? Cepet amet? Dapet darimana lo?", gue menaikkan sebelah alis.

"Sewa dong, naik buruan"

Titan menaiki sepeda di bagian depan, yang mengontrol arah jalan sepeda, gue? Ya gowes gowes ajah..

"Lo yang gowes yah, gue capek nih!", Titan menghentikan sepedanya.

"Ih enak aja! Lo kan cowo.."

"Emang kalo cowo kenapa?"

"Cowo itu seterong!"

"Seterong?"

"Strong ah kudet lo!", gue menjitak kepala Titan, "Yaudah, gue gowes, lo gowes. Adil kan?!"

Titan tidak menjawab, tapi dia melakukan apa yang kulakukan.

Suasana menjadi hening. Hening banget.

"Zee?", Titan menghentikan sepeda. Tumben banget Titan seserius ini.

"Apaan?"

"Gue mau bilang sesuatu sama lo", Titan menarik tanganku dan duduk di kursi taman.

"Bilang apaan sih?"

"Sebenarnya, dari dulu.. Gue suka..", Titan memotong pembicaraannya. Dia suka? Suka?, "Gue suka banget sama Kayla"

Deg. Deg. Nyes.

Oh, sakit woi sakiitt..

Lah kok sakit?

Tak terasa, air mata gue akhirnya menetes.

"Zee? Are you okay?", Titan mulai panik.

"Oh, gue gapapa kok", gue mengusap air mata yang terus mengalir, "Gue cuman... Takjub karena.. Ya ternyata anak ingusan bisa suka sama orang juga ya.. Haha"

Bohong abis! Hahaha..

"Oh Zee, lo gak perlu khawatir. Gue bisa jaga diri kok"

"Lo pikir gue emak lo?! Lo pikir lo cewek. Ah lawak lo..", disaat seperti ini? Gue masih bisa bercanda? Oh Zee..

"Hmm.. Eh udah malem nih, yuk balik lagi ke hotel. Besok kita udah mau tour", Titan menarik tanganku.

"Tunggu, gue mau nanya..", gue menghentikan langkah, "Kok lo bisa... Kok bisa.. Disini?"

"Oh, bukannya orangtua kita janjian ya? Keluarga Utomo sama Pantega?", janjian? Gue cuma bisa ber-oh dan kami pun kembali ke hotel.

-----

Gue terus memikirkan kata-kata itu.

Sebenarnya, dari dulu.. Gue suka. Gue suka banget sama Kayla

Oh my god.. Titan? Kalau Titan jadian sama Kayla gimana nanti?

Apakah gue terjebak dalam friendzone? Bukan friendzone.. Tapi BESTFRIENDzone.

Tanpa disadari, gue meneteskan air mata. Menangis penuh kesedihan.

-----

Hola readers!! :D
thanks ya masih setia membaca cerita ini.
jangan lupa, vote + comment
jangan lupa juga di-share ya!! :D

OPERA LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang