Mahira Azalea. Gadis cantik keturunan Jawa yang kini menginjak usia 24 tahun. Dia adalah anak dari pasangan Wijaya Atmojo dan Lina Marliana. Gadis yang biasa di sapa Hira, adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Kakak kandung Hira bernama Hermansyah Wijaya. Hira tumbuh menjadi gadis cantik, sopan dan manja, tapi Hira sangat takut dengan ayahnya sejak kecil. Baik ayahnya, ibunya dan kakaknya sangat menyayangi Hira. Bagi Hira, Man adalah Kakak yang paling ia sayangi. Tak heran, jika Hira sangat manja dengan kakaknya --Man-- ketimbang dengan ibu atau ayahnya. Usia Hira terpaut hanya 3 tahun dari Man. Kini Hira tengah sibuk dengan niatnya yang ingin membuka sebuah butik."Mahira Azaleaaaa ...." sembur Mona sedari tadi memanggil Hira, tapi tak di gubris oleh Hira karena sibuk melamun.
Hira terkejut, segera menoleh ke arah Mona sambil menutup kedua telinganya. "Bisa enggak sih, manggilnya pelan-pelan Mo?" dengus Hira kesal karena Mona berteriak, bahkan beberapa pengunjung kafe menatap mereka.
"Lagian lo kenapa sih Ra, dari tadi ngelamun?" Mona kini duduk di samping Hira.
Mereka tengah di dalam kafe tempat mereka janjian. Hira datang lebih dulu dan sambil menunggu Mona, ia memikirkan masalah pribadinya yang rumit.
"Aku lagi mikirin David," ketus Hira.
Mendengar jawaban ketus Hira, Mona pun penasaran apa yang tengah terjadi pada sahabatnya itu. Mona tahu, tak biasanya Hira seperti ini. "Lo lagi bertengkar sama David?" tanya Mona santai
Hira hanya mengangguk.
"Why?" Mona menatap Hira dengan dahi berkerut. Mona selalu siap mendengarkan keluh kesah Hira. Hanya Mona sahabat yang dipercaya Hira. Berbeda dengan sahabat lainnya yang datang jika hanya perlu saja dengan Hira atau pun Mona.
"David mau nerusin kuliah ke London." Hira menghela napas dan menyandar pada bahu kursi.
"Bagus dong!" Mona menyeruput minuman pesanannya.
"Bagus apanya?! Dua bulan yang lalu dia janji mau datang ke rumah untuk melamarku, kenapa tiba-tiba dia memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya ke London? Dan ketika aku tanya bagaimana janjinya yang akan melamar aku bulan depan, katanya diundur sampai dia lulus. Aku jadi kesal dan enggak tau harus bagaimana ngadepin dia." Hira merasa frustasi.
"Lalu rencana lo apa?" Mona masih sibuk mengaduk-aduk minumannya.
"Enggak tau lah Mo, aku aja masih bingung."
Mona mengelus pundak Hira lembut, berusaha memahami hati Hira "Yang sabar. Semua pasti ada jalan keluarnya." Mona menyemangati Hira
Hira hanya diam karena perkataan Mona masih belum bisa menenangkan pikirannya.
"Kapan David berangkat?" tanya Mona.
"Katanya minggu ini."
"Lebih baik lo bicarakan baik-baik dengan David, biar enggak jadi beban juga buat lo yang di sini. Dan lo nanya, bagaimana jalan keluar hubungan kalian." Mona kembali menatap Hira. Mona baru menyadari jika Hira sudah menangis. Mona segera memeluk tubuh sahabatnya itu dengan erat.
"Aku bingung, Mo. Aku takut kehilangan David. Kamu tau, aku sangat mencintai David. Kamu juga tau kalo aku enggak mau kehilangan dia." Tangis Hira pun pecah. Ia tak bisa menyembunyikan masalahnya pada Mona. Mona tahu, Hira memang sangat mencintai David sejak mereka dibangku kuliah, tapi Mona juga tak tahu apa David juga mencintai Hira sebesar rasa cinta Hira pada David. Karena menurut Mona, David tak ada upaya untuk memperjuangkan Hira.
"Gue ngerti kok, makanya gue bilang tadi. Lo coba omongin baik-baik sama David mumpung dia belum berangkat." Jelas Mona.
Hira hanya mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mujahadah (Sudah Terbit)
Spiritual(Tersedia versi cetak dan ebook di Playstore) Aku tidak pernah terpaksa untuk menikahinya, karena aku yakin, Allah sudah mengatur setiap jodoh hamba-Nya. Jika Asifa bukan jodohku, maka Allah akan jauhkan dia dariku seperti saat ini. Jika Hira adalah...