Two

68 5 0
                                    

Hari Selasa. Hari pertama gue benar-benar mencoba mengenal kota Jakarta. Gue baru masuk sekolah lusa, hari Kamis. Sekolah gue baru aja selesai ujian tengah semester nya sehingga hari Senin-Rabu libur. Kemarin gue masih jetlag sehingga hanya stay di apartment dan keluar untuk sekedar makan. Gue juga mempelajari bahasa gaul anak-anak Jakarta sekarang. Jadi nya gini deh, cara ngomong gue berubah. Dan sebenernya gue anaknya ga alim-alim banget cuma di depan bokap aja alim.

Saat ini gue lagi menuju Grand Indonesia, atau biasa disebut GI. Gosip nya GI adalah salah satu mall bergengsi di Jakarta. Dengan hanya berpakaian tank top putih dilapisi sweater warna hitam lalu hot pants dipadukan dengan stocking hitam dan boots converse gue turun dari mobil sport gue. Gue menyuruh supir gue untuk meninggalkan gue dan kembali menjemput gue 4 jam lagi. Ya, walaupun ini di Indonesia, Jay sudah menyiapkan semuanya dengan lengkap.

Gue pun memasuki GI. Pertama-tama tentunya gue ingin nonton. Gue pun segera mencari bioskop yang ada di GI, yaitu blitzmegaplex. Gue melihat rentetan film yang diputar. Gue mulai mengantri dengan sabar.

"Mbak, silahkan disini," ucap pegawai itu dengan ramah.

Gue hanya tersenyum dan berjalan menuju counter tersebut.

"Ingin nonton film apa?" tanya nya.

"Hm... Divergent 3D, jam 13:45" jawab gue.

"Divergent 3D, jam 13:45 ya. Duduknya dimana?" tanya nya lagi.

"Di best view nya aja mbak."

"Cash atau credit?"

"Cash."

"Bayarnya sebanyak 35k ya."

Gue segera mengambil dompet gue dan mengeluarkan selembaran duit rupiah.

"Nih mbak."

"Terima kasih, ini tiketnya," ujarnya seraya memberikan tiket nonton.

-------------------------------

Sekarang jam 13:00. Berarti masih ada waktu 45 menit lagi sebelum film nya di putar. Gue pun memutuskan untuk keliling sebentar. Gue turun melalu eskalator yang ada dan menemukan amazing world disana.

Gue segera masuk dan menemukan PUMP. Sebenarnya gue adalah anak yang tergila-gila akan dance, tapi cuma Jay yang tahu. Dance seperti itu pasti akan dianggap tidak anggun oleh bokap. Di rumah gue dilatih untuk menjadi seorang wanita yang anggun. Gue juga kalau ada bopak nggak akan memakai pakaian seperti ini. Pokoknya yang tau kalo gue sebenernya bukan anak alim itu hanya Jay dan temen-temen deket gue di amrik.

Gue pun segera berlari dan membuat kartu bermain. Disaat gue kembali ternyata udah ada cowok yang main. Cowok itu membelakangi gue sehingga gue ga bisa liat wajahnya.

Ia mulai bermain. Gue nggak nyangka ternyata dia jago banget. Gue tersenyum dan menghampiri dia saat dia udah selesai main.

"Hei," panggil gue.

Ia menoleh ke arah gue. Wajahnya berkeringat, matanya menatap kedua bola mata gue dengan tajam. Gue serasa terkunci sama tatapan miliknya. Dia serasa udah nangkep gue dan kurung gue di matanya. Surai rambut nya senada dengan maniknya. Hidungnya mancung, rahangnya terbentuk dengan tegas, bibirnya berwarna merah muda.

"Kenapa?" tanya nya.

Gue tersadar dari lamunan gue. "Mau duel?"

-------------------------------

Dengan tantangan gue barusan, duel pun dimulai. Gue sama dia milih lagu yang susah, dan bersiap-siap main. Sip lagu nya udah mulai gue harus serius nih kalo pengen ngalahin nih cowo.

FreedomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang