Angel sudah berada di kelas dengan buku kimia di tangannya. Ya, hari ini memang ada ulangan kimia. Berhubung Angel lupa belajar tadi malam, ia belajar dengan sangat serius hingga tidak menyadari sepasang mata yang memperhatikan dirinya dari tadi.
"An," panggil orang itu.
Angel tidak menjawab.
Orang itu memanggilnya lagi, "An!"
Kali ini Angel menyadarinya. Ia menoleh ke arah orang itu, "Kenapa manggil-manggil sih, Chris?"
Chris menunjuk ke arah buku kimia yang berada di tangan Angel. "Lo ngapain sih baca buku kimia? Emangnya mau ada ulangan?"
Angel menaikkan satu alisnya. "Bukannya kita hari ini ulangan kimia?"
Chris tertawa. "Ulangan kimia kan besok, An. Liat aja yang lain, kagak ada yang belajar kan?"
Angel menundukkan kepalanya malu. "Malu banget gue salah baca jadwal."
Chris tertawa lagi. "Eh, pulang sekolah lo ada acara ga?"
Angel menoleh ke arah Chris. "Ga ada kok. Emang kenapa?" ucapnya.
"Em.. Lo mau ke toko buku ga bareng gue?" ajak Chris.
Angel menaikan satu alisnya meminta penjelasan Chris. "Sejujurnya gue ga gitu ngerti kimia. Jadi gue mau beli buku-buku gitu buat belajar. Gilbert ga bisa temenin soalnya pulang sekolah dia ada rapat osis. Kalo sendiri gue ogah. Jadi temenin ya," jelas Chris.
Angel mengangguk. "Ok, gue temenin. Hitung-hitung mungkin kita bisa belajar bareng kan?"
Chris yang mendengar jawaban Angel tiba-tiba lompat. "Yeah!" teriaknya. Angel hanya geleng kepala melihatnya.
"Angel!" panggil Gilbert yang tiba-tiba berada di samping Angel.
"Kenapa?" balas Angel.
"Kemaren cincin lo ketinggalan di rumah gue," ujarnya seraya menyerahkan sebuah cincin polos berwarna silver.
Angel menatap cincin ditelapak tangan Gilbert itu. "Gue kira ilang," batinnya.
Ia mengambil cincin itu, "Thanks ya, Gil. Gue kira ilang."
"Kemaren lo ke rumah Gilbert?" tanya Chris kepada Angel.
"Iya. Gue minta diajarin gitar sama dia," jawab Angel.
Angel memakai cincin tersebut di jari manisnya. Kemarin ia melepaskannya saat ingin bermain gitar. Ia merasa lega sekaligus heran bisa-bisa nya dia lupa tentang cincinnya. Padahal cincin itu kan cincin paling penting baginya.
Pintu kelas terbuka dan tampak Bu Evelyn memasuki ruangan dengan buku kimia di tangannya. Angel menatap guru itu sekilas dan kembali menatap cincinnya. Ia mengingat kenangan yang tersimpan dalam cincin itu.
*Flashback-Angel's POV*
"You, sucker! You are useless! Learn from your brother! He always makes me proud. But look at you, you can't even do anything!" teriak ayahku kemudian menamparku. Belum puas, ia menamparku bergantian berkali-kali.
Aku terlempar dan terjatuh di samping meja kerjanya. Aku dapat merasakan kedua pipiku yang panas. Punggungku juga terasa nyeri akibat benturan dengan pinggiran meja kerja ayah tadi. Aku mencoba untuk berdiri tapi tidak bisa.
"Dad!! Please forgive me! I'll... I'll do my best. I won't fail you this time. Please forgive me, Dad!!" balasku dengan napas tersenggal dan suara gemetar. Aku mengepalkan jari-jari ku agar tetap kuat.
Aku mengangkat wajahku dan mendapati kedua mata ayahku yang seperti menatap sampah di hadapannya. Bagi ayah aku hanya seorang anak yang tidak berguna. Menyadari hal itu pandanganku mulai kabur.

KAMU SEDANG MEMBACA
Freedom
Novela JuvenilPada awalnya, Angel selalu merasa terkekang. Ia tahu dirinya memiliki rasa benci untuk orang tua nya yang selalu keras padanya, dan rasa aman serta terlindungi oleh kakaknya, Jay. Jay yang sangat mendominasi pikiran Angel, memberikan semua kasih sa...