Four

238 6 0
                                    

Teng tong
Rien menekan bel rumahnya, sama seperti aku, rumahnya yang lebih layak dikatakan istana itu hanya ditinggali oleh Rien, dan dua pembantunya. Ayah ibunya tinggal di Bandung sementara dia adalah anak tunggal.
"Sabar ye sen, biasa lah bi nem jam segini pasti lagi nonton sinetron"
"Iya rien, santai"

Ceklek
Akhirnya, dibuka juga rumah Rien.
"Haaaaahhhh, yuk ke kamar gue aja, ntar habis ini gue suruh bi nem masakin buat lo"
"Okey"

Jangan heran, aku memang tipikal orang yang jarang memperpanjang omongan. Mungkin aku sudah terbiasa dirumah sendiri tak ada yang mengajak bicara.
Mungkin juga, seperti namaku, aku juga ingin menjadi senja. Tak banyak basa basi, kehadirannya ditunggu banyak insan.
Aku bersyukur bahkan, memiliki sahabat seperti Rien. Dia tak pernah memaksa aku untuk menjadi dirinya yang cerewet dan pemberani. Dia selalu menuntunku untuk tetap menjadi aku, sementara dia, menjagaku dengan kemampuan pemberaninya itu.

"Eh , ngomong-ngomong nih sen, lo kan gak pernah kenalan nih sama Kay, waktu itu aja gua ajak ke kelasnya , lo minta balik. Kenapa sih bisa sampe se kenal itu?"
Tiba-tiba Rien membahas hal tersebut, sembari menaruh tas, aku menghela nafas, lalu kujawab
"Lo kan tau gue Rien, bahkan ada artis papan atas di depan mata gue aja gue bodo amat. Selagi orang itu ga pengaruh buat gue, gue gaakan nyentuh. Jadi, gue gatau jawaban atas pertanyaan lo barusan apaan ye. Males juga gue bahas dia, crazy tu orang"
Aku berusaha untuk menutupi apa yang telah terjadi padaku. Mungkin pedih, aku tak pernah menutup diri dari Rien, baru kali ini aku menutupnya. Aku ingin tau soal dia tanpa bantuan Rien.

"Yah, yaudah deh, lo kalo ada apa apa langsung cerita ke gue!!"
"Iya"
Iya, sorry Rien, kali ini ngga

Malamnya...
Tiba tiba ada pesan line masuk.
Ting
Kubuka handphone ku,
Hah??!
Aku terperangah melihat pesan masuk itu, dari Kay....
"Siapa sen, tumben amat malem malem chat lo"
"Ngg ini sii ngg"
"Siapa ?"
Cerita nggakya, yasudahlah.
"Ini si Kay , rien"
"Whaaaattt??! Seriusan lo? Gila! Ini gila sumpah, lo tau gaksih siapa Kay ? "
"Emang siapa?"
Aduh! Bodohnya aku malah ingin tau tentang dia
"Ya gue sih gatau pasti ya, gue denger2 doang nih dari temen2. Dia itu dulu anak sini juga, kelas 10. Kalo ga salah rumahnya dulu deket rumah lo deh, tapi kita masih smp kan, mana ngerti soal doi. Terus dia pindah ke Jogja, only for a years sih. Alesannya bokapnya kesana, padahal doi kayanya ada masalah di bina bangsa, soal absen kayanya mah. Nyokapnya ama bokapnya cerai , terus dia ikut sama bokapnya anywhere everywhere. Terus balik deh sekarang kelas 12 ke sini, dia tuh banyak yang ngefans sen, tapi gaada satupun yang dilirik. Ada dulu anak cheers cantik banget, dia gamau, alesannya susah kasih makan orang cantik. Freak emang"

Lalu alasannya dia selalu ada di dekatku?
Aku tak berani mengungkapkannya didepan Rien, takut dia berfikiran aneh-aneh.

Belum sempat aku menjawab segala pernyataannya, dia sudah mau nyerocos lagi.

"Nah! Ini nih gue jadi bingung, dia malah ngechat lo. Kenapa ya?"
"Gatau Rien, males gue lah bales"
"Ya serah lo deh, ati ati nyesel"
Ati-ati nyesel?

Itulah kalimat yang selalu terngiang hingga membuat aku tak bisa tidur.

Esok pagi harinya.

"Sen! Jogging yuk, siapa tau ketemu cogan"
"Cogan mulu, bentar"
"Yee gapapa lah, oke"

Aku dan Rien langsung bergegas keluar dan lari mengitari komplek rumah Rien.
Kulihat dari kejauhan ada segerombol anak SMA Bina Bangsa tapi aku tak begitu mengenalnya.
Tiba-tiba,
"Lah senn?? Bukannya itu si Kay?? Sama gengnya?"
Mati aku!
Aku cuma bisa menelan ludah.
Bagaimana ini? Kenapa aku mendadak deg-degan ya.

"Heyyy, selamat pagi, senja!"
"Ee iya"
"Kok lo ga tanya kenapa gue disini"
"Ga penting sih hehe, lagian ini tempat umum juga"
"Judes amat buk, jogging barengan yuk?"
Duh!
Jantungku serasa mau copot, aku bahkan gak tau harus jawab ya atau nggak. Seriously , gapernah ngadepin cowo se-agresif ini.
Dengan keberanianku,
Aku menjawab "iya,oke"

Pagi itu betul-betul pagi aneh kesekian kalinya, semenjak aku diajak ke kelas anak baru itu dan semuanya terasa berubah. Aneh, hariku seperti terisi kembali, aku bahagia, sungguh, bahagia, tapi tak tau bagaimana mengungkapkannya.

Aku,Senja di Kala ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang