Eight

174 7 0
                                    

***
Esok hari, aku mendadak menjadi riweuh dengan segala penampilanku. Biasanya aku yang selalu cuek, selalu memakai sneakers waktu sekolah, sekarang jadi memilih flatshoes. Aku yang terbiasa mengikat satu rambutku, sekarang kubiarkan rambutku terurai. Sedikit ku tambahkan perona pada bibirku.
Hei? What happen with me? Kenapa jadi peduli penampilan gini ya?

Aku seperti merasakan kebahagiaan tiada duanya saat ini.
Setelah selesai berdandan, aku turun untuk sarapan.

"Pagi , senja. Kamu cantik banget kaya gini." Ibuku tiba-tiba memujiku didepan kakakku yang jauh lebih feminim dan cantik dari aku.
"Ah ibu bisa aja, ini mau ada presentasi di depan guru, biar bagus nilainya." Aku mencoba ngeles agar ibu percaya.
"Wow! Iya loh tumben kamu dek cantik gini, suka deh kalo gini terus." Timpal kakakku sambil memberikan roti kepadaku.
"Makasih."

Sebelum berangkat, seperti biasa, aku mengecek keadaan mobilku dulu. Setelah kemarin seharian aku tinggal, aku takut terjadi apa-apa.

Bremmmm
Mesin mobil kunyalakan. Syukurlah, tidak terjadi apa-apa pada mobilku. Bagaimanapun, mobil adalah teman kesayanganku.
Seluruh penghuni rumahku sangat dilarang menaiki motor.
Bukan takut panas dan hujan, bukan sombong, melainkan trauma akan apa yang terjadi pada ayahku. Semua berlangsung begitu cepat, sehingga aku dan kakakku selalu dilarang mengendarai motor.

Tiba-tiba kakakku datang

"Dek tunggu! Jangan berangkat dulu! Mba ai bawa mobilmu ya, nanti kamu minta jemput Mba Ai aja dimanapun kamu, mobil Mba Ai dirumah Mas Dimas."
Kakakku selalu begitu, kalau pulang terlalu larut, mobilnya dititipkan dirumah pacarnya, Mas Dimas. Dan aku, jadi korbannya.
"Ya Mba, nanti jemput loh"
"Okeyy"

Hari itu aku berangkat bersama kakakku. Pada saat bersamaan pula aku ingat,
Oh iya! Kay kan ngajak jalan! Pas kalo gitu

"Mba ai nanti gausah jemput deh, aku bareng Kay aja"
"Kay? Oooh yang kemaren ya? Aduhh adeknya Mba Ai udah gede niii"
"Ya memang udah gede, masa kecil mulu?"
"Cerita kalo gitu dong!"
"Nanti aja Mba, kalo sudah waktunya hahahaha. Udah mau sampe nih, turun sini aja Mba, disana macet murid2 pada mau masuk. Makasih ya mba. Ati ati"
"Oke dek"

Aku langsung bergegas turun dari mobil. Mang Asep yang biasanya gak nyapa aku, kini jadi mendadak ramah.
"Pagi neng, kok gak sama Den Kay?" Sapa Mang Asep dengan ramah
"Eh ? Iya nih mang , sama kakak tadi, duluan mang"
"Iya neng"
Aku memang tak suka basa basi. Bicara jika perlu saja. Jika tidak, lebih baik simpan energi untuk hal yang lebih penting lagi.

Setiap hari, pagi ku selalu sendu. Tak biasa biasanya aku se cerah ini.
Dan benar saja, alasan dibalik semua itu tiba tiba menghampiri aku.
"Good morning,princess " selalu saja dia menggodaku dengan sapaan itu.
"Halah, sok inggris"
"Cantik banget sih, tumben nih makin cantik aja"
"Lebay, padahal sama aja! Udah ah , mau masuk kelas dulu aku, dahh"

Kutinggalkan dia sendiri di koridor depan kelas 11 ips.
Dia dan gengnya selalu nongkrong di depan kelas itu.
Alasannya karna Dony naksir sama anak 11 ips 1 , namanya Nadine. Dan alasan kedua yang seluruh warga Bina Bangsa tau adalah.
Anak 11 ips 1 yang cewe rata-rata hits dan banyak yang jadi model.
Maklum, laki-laki, mau ada pasangan pun kalo ada yang lebih? Lirik terus.
***
Bel pelajaran tak terasa sudah usai.
Wah, berarti Kay kesini dong, aduh gimana nih kalo anak-anak lihat.

Aku terlihat panik, sangat panik bahkan.
Rien mencoba menenangkanku.
"Hei Senja, jangan grogi gitu, gausah takut dicibir anak-anak, biar gue yang urus dia, ga ada urusan mereka kan sama lo"
"Iya sih Rien, tapi gue takut. Gue bingung, apalagi lo tau Dea , ketua geng sebelah, naksir katanya sama si Kay. Liat aja deh sekarang dia pasti nunggu di depan kelas demi nyamperin Kay"
"Hey! Ini justru bagus lah, makin diatas angin lo setelah Anin ngrebut Amran dari lo"
"Actually, ga ngrebut sih... cuma ya gitu deh"
"Udahlah lo sante aja. Take it easy, Sen"
Rien berkali-kali meyakinkanku, dan akhirnya aku benar-benar yakin.
Aku memberanikan diri menghampiri Kay.

Tapi, ternyata Dea benar-benar menunggu Kay.
Dia bahkan mengajak ngobrol Kay.

Tuhan! Gimana caranya gue ngehampirin Kay???

Saat aku bingung, saat itu juga tiba tiba Kay menghampiri aku.
Dia memanggilku didepan Dea, kulihat raut wajah Dea mulai merengut.

Ada perasaan diatas angin, tapi juga ada perasaan takut akan terjadi sesuatu padaku nantinya. Ah sudahlah, biarkan saja dia marah padaku.

"Haloo puteriku!" Selalu dan selalu sapaannya membuatku grogi.
"Hah? Apasih Kay, jangan lebay gitu ah, malu"
"Yaudah yuk langsung jalan"
"Okey"

Seperti biasa, dia membukakan pintu mobil untuk aku. Aku bingung, kali ini aku benar-benar merasa spesial, bukan malah perasaan takut dan was was seperti kemarin.

Mungkin benar kata orang, jatuh cinta itu indah, seperti lupa bahwa di dunia ada orang lain pula.

Aku tersenyum pada Kay. Baru kali ini aku melakukan hal tersebut. Biasanya aku yang cuek, dingin bahkan mengucapkan terimakasih saja gengsi.

Kay masuk ke dalam mobil, aku langsung bertanya pada nya
"Mau kemana sih kita ?"
"Makan aja ke cafe gitu layaknya orang pacaran pada umumnya. Ya walaupun kita belum pacaran hahahaha."
"Belum pacaran? Ngarep deh hahaha"
"Berawal dari ngarep atuh neng"

Suasana kali ini mendadak lebih hangat. Aku mencair seperti es di bawah sinar matahari. Dia sungguh menyenangkan, benar kata orang orang. Dia memang berbeda, dibalik kecuekannya terhadap wanita, dia memiliki kebaikan hati yang bahkan melebihi laki laki romantis diluar sana.

"Sampai deh kita tuan puteri." Kata Kay, dengan senyum manis di bibirnya.
"Yuk masuk aja, aku udah reserve kemaren."

Tanpa kujawab, aku langsung mengikuti kemana dia melangkah.

Sungguh! Ini restoran yang romantis, ada ruang outdoor yang menyajikan pemandangan luar biasa.

"Silahkan mas, ini tempatnya, makan dan minum akan segera disiapkan." Kata si pelayan.

"Yuk, Sen. Masuk aja, udah aku booking ini outdoor. Just for us"
"Beneran? Wah thanks ya Kay! Bener-bener bagus pemandangannya"

Melihatku senang, Kay juga ikut senang. Dan saat itu juga aku duduk di depan Kay. Aku langsung membuka obrolan.
"Kay, tell me who u are, dong."

Dia tersenyum, belum mengatakan apa apa.

Kenapa dia? Semoga dia mau menjawabku.

Penasaran? Baca next ya!

Aku,Senja di Kala ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang