Eleven

145 6 0
                                    

Thank you readers udah ngikutin dari part 1-10, mungkin ada yang bosen tapi i hope kalian ga bosen karna bakal banyak kejutan di part part selanjutnya!! 🙏 happy reading,dears♥️

***

Acara berlangsung sangat meriah, ternyata Kay memang menyewa villa Rien karna ketidaksengajaan. Kay yang mencari tempat untuk acaranya kepada Rien karna sekalian mengajakku, Rien malah menyewakan villa nya untuk Kay.
Kay tiba tiba mengajakku keluar ketika aku sedang minum dan ngobrol dengan Rien.

"Emm senja, ikut aku yuk keluar liat liat pemandangan, kamu suka kan?"
Tanya Kay dengan nada yang sangat lembut.
"Eh? Oke, gue duluan ya Rien, jaga diri gausah berantem ama trio nyinyir"
"Yash ma'am hahahahah"

Aku langsung mengikuti langkah Kay. Dia mengajakku ke luar dan tepat sekali, diluar sangat indah. Wangi rumput setelah terguyur hujan seakan menambah suasana sejuk di tempat ini. Rien sangat sangat beruntung bisa memiliki villa ini.

"Senja, kamu suka pemandangan kan? Kenapa sih?" Tiba tiba Kay membuka pembicaraan
"Ga butuh alesan buat cinta alam, alam hadir memang melengkapi perasaan kita Kay, dia udah kaya bagian dari hidupku. Mungkin ibuku dulu berdoa biar anaknya cinta alam haha"
"Aku suka kamu Senja"
"Hah? Kamu ngomong apa?"
"Aku suka, sayang sama kamu, gak tau kenapa. Hati ini yang memilih Kamu, senja. Dari dulu, aku gak pernah mau pacaran, aku gak peduli sama cewe cewe yang ngechat aku, baik sama aku, aku baikin mereka sekedar temen. Tapi kalo kamu, beda."

Sontak aku kaget, aku bingung ingin menjawab apa. Aku bahkan belum tau perasaan ini arahnya kemana, cinta yang ada dihati belum tau benar atau tidak adanya.

"Ngg ngg , a a aku bingung Kay, aku jawab nanti kalau sudah tepat waktunya aja ya. Aku ke rien duluan ya, dah." Aku pergi meninggalkan Kay, entah apa yang kupikirkan. Jika aku ingat-ingat, mungkin hari itu adalah hari terbodoh sepanjang hidupku.
Aku bergegas mengajak Rien kembali ke rumah.
"Eh rien balik yuk gue ada acara sama emmm nyokap hehe sorry nih yuk cepet"
"Eh eh? Lo kenapa sih? Aneh gini, tiba tiba ngajak balik pula, kenapaa neng?"
"Udah gue ada acara, ribet lo cepet ah"
"Iye iye pamit dulu gue sama kay"
"Oke cepet"

Selang beberapa menit, Rien dan aku langsung menuju ke parkiran mobil.

Maafin aku Kay, aku bodoh. Aku membohongi hatiku sendiri. Aku belum tau apa cinta ini benar benar tulus.

Aku tampak sangat gusar di dalam mobil. Begitu pula Rien, sepertinya ia bingung dan merasakan ada yang janggal dari aku.

"Emm, sorry ya Rien, gue egois banget kali ini." Kataku sambil menitikkan air mata.
"Eh lo kenapa? Loh loh? Nih gue kasih tissue, lo cerita ke gue kenapa emangnya elo. Gue gak kenapa kenapa kok balik dulu, asal lo cerita sama gue apa yang terjadi"
"G g g guuee bodohhh banget rien! Bodoh!!! Gue ditembak Kay dan lo tau gue ga jawab dan langsung pergi. Gue cuma bilang tunggu jawaban dari gue, gue bingung rien, gue takut dia pergi tapi gue masih ga yakin sama perasan gue" aku bercerita dengan berurai air mata. Rien tampak panik dan ingin menenangkanku.
"Senja, yang harus lo tau, tindakan lo itu gak salah, lo bener kok, kalo lo masih bingung kan dia gak mungkin maksa lo buat nerima dia. Gue tau lo itu bukan tipe cewe yang mengartikan sayang atau cinta secepat kita mengartikan naksir. Dan kalo dia pergi ninggalin lo, gue jamin, dia gak sayang lo secara tulus. Trust me deh. Dia kayanya bukan tipe cowo gitu." Rien menenangkanku dengan sabarnya. Sungguh hatiku memang benar benar kacau kala itu. Antara bingung dan bahagia ternyata dia benar benar sayang padaku. Sungguh campur aduk rasanya.

***

"Rien, lo janji ya sama gue, gue bener bener lagi down dan lo jangan tinggalin gue sedikitpun." Kataku sebelum masuk kerumah.
"Tanpa lo suruh, gue udah bakal kaya satpam buat lo Sen. Anytime gue bakal ada buat lo kok. Lo gak perlu khawatir"
"Thanks Rien."

Dia pun segera pamit pulang padaku. Sungguh, aku merasa hari itu adalah hari paling worst yang pernah aku alami.

***
Di sekolah, aku tampak tak seceria biasanya. Ya mungkin biasanya juga biasa saja, tapi kali ini aku merasa lebih buruk. Kacau sekali otak dan perasaan ini. Ditambah lagi, Rien ternyata izin tidak masuk karena dia harus ke Bandung bertemu orang tuanya. Aku hanya murung saja sampai bel pulang dibunyikan.

Teet teet
Haah akhirnya pulang juga. Batinku seraya meraih tas di depanku. Niatnya aku langsung ke tempat bimbel untuk les tapi sayang...

"Eh stop stop." Kay mencoba menahanku, aku kaget bukan main.
Mau apa dia kesini? Apa menagih jawabanku?
"Santai , aku kesini mau nawarin pulang bareng aja. Yuk?" Kay seolah membaca pikiranku , dia seakan menjawab pertanyaan di otakku
"Aku ada les, dan aku bawa mobil, sorry"
"Yaah sayang banget, padahal mau bawa putri cantik pulang kerumahku. Mau kenalin ke papa, boleh?"
"Next time ya Kay, kali ini aku sibuk. Aku duluan ya." Tanpa aba aba, aku pergi meninggalkan Kay sendirian.

Maafin aku Kay, aku mau. Tapi aku belum bisa.

***

Aku,Senja di Kala ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang