Fourteen

161 7 0
                                    

"Rien tungguin gue!" Aku berteriak sembari menenteng sepatuku yang belum sempat aku pakai. Aku dan Rien hampir terlambat. Waktu menunjukkan pukul 07.15 sedangkan pelajaran dimulai pukul 07.30. Tak ada yang bisa menebak macetnya Jakarta, walaupun jarak antara rumah Rien dan sekolah cukup dekat.

"Cepet ah sen, lo tau hari ini Pak Sam yang ngajar jam pertama? Lo mau dihukum?"
"Iyeeee!! Bawel!"

Kami langsung bergegas menuju ke sekolah. Dan untung saja perjalanan kami cukup 15 menit dan tepat saat bel berbunyi, kami berdua masuk ke dalam sekolah. Tapi sayangnya...

"Lo inget ga sen aturan Pak Sam?" Tanya Rien padaku.
"MAKSIMAL MASUK KELAS PUKUL 07.20!" Aku dan Rien kompak berteriak lalu berlari menuju kelas. Benar saja, Pak Sam sudah memulai pelajarannya, iya benar, kimia. Aku, yang hampir tidak pernah dihukum akan merasakan perihnya hukuman guru paling killer di Bina Bangsa.

"Tuh kan Rien bener udah masuk, aduh dihukum nih kitaa." Aku menepuk jidatku dan membuat Pak Sam sadar akan keberadaanku, dan Rien.

"Kalian! Sedang apa kalian didepan situ? Terlambat? Kalian berdiri sampai pelajaran saya selesai di depan kelas! Mengerti?!" Pak Sam membentak bentak kami. Benar benar kali pertama aku diperlakukan seperti ini oleh Pak Sam.
"Mengerti pak." Jawab kami berdua.

***

Terik matahari begitu tidak bersahabat kali ini, meski kami berdua hanya berdiri di depan kelas yang tentunya tidak langsung terpapar sinar matahari, tapi panasnya begitu terasa hingga membuat kepalaku pusing.

Tiba-tiba..

Brak!

Aku mendadak tidak sadarkan diri. Kepalaku pusing dan mataku berkunang-kunang. Tapi yang aku rasakan, ada yang menopangku. Entah dia siapa , mungkin saja Rien atau Pak Sam?

"Ehmm Rien kepala gue pusing banget nih." Aku melirih kesakitan kepada orang yang berada disampingku, aku fikir itu Rien, tapi ketika aku memperjelas pandanganku, ternyata dia Kay! Sontak aku terperangah dan hendak memukulnya. Tapi aku sangat lemas sehingga untuk mengangkat tangan saja belum sanggup.

"Senja , dengerin penjelasan ku ya pliss!!" Dia memohon kepadaku lagi.
"Enggak Kay, gue bilang nggak! Lo pergi apa gue panggil Pak Sam buat narik lo ke guru BK, mau lo?"
"I i ii iya deh Senja.. aku ngerti, tapi aku harap kamu mau dengerin aku untuk hal ini. Aku bakal kuliah di Amsterdam, aku udah daftar dan ayah bilang aku bakal diterima disana karna persyaratan sudah lengkap semua. Aku udah fix kesana, aku harap kamu jangan lupain aku ya."

Apa? Dia kuliah di Amsterdam? Dia bener bener ninggalin aku?

"Gue gapeduli. Lo mending pergi Kay, gue lagi sakit. Makasih udah mau nungguin gue." Aku mendorong dia untuk keluar dan akhirnya dia membiarkan ku sendiri dan menangisi kepergiannya.

***

Teet teet

Bel pulang sekolah terdengar nyaring dari UKS. Banyak siswa yang sudah berhamburan pulang, termasuk Rien yang membawakan tasku ke UKS sekalian menjemputku pulang.

"Yuk Sen, balik. Lo mau balik ke Ibu apa rumah gue?"
"Hmm gue rasa gue nginep rumah lo sampe ujian selesai ya Rien. Gue kesepian kalo dirumah, Ibu dinas di Bandung 1 bulan lagi, dan Mba Ai? Luar kota terus."
"Gitu? Yaudah habis ini kerumah lo buat ambil barang barang dulu ya, terus gue anter lo ke dokter. Biar dapet obat."
"Oke Rien, makasih banyak ya. Gue bener bener ngerasa makasih banget sama lo, yang udah setia sama gue dalam keadaan kaya gini."
"Okaayy, sama-sama Senjaaa."

Kami langsung pergi ke rumahku untuk mengambil barang barang yang aku butuhkan. Bi Yah, seperti biasa, selalu sendiri dirumah dan yaa biasanya dia kembali ke kampung kalau dirumah benar benar tidak ada pekerjaan.

"Bi Yah, tolong packing baju aku yang di lemari kecil itu ya. Terus semua buku yang ada di rak itu. Aku mau siapin obat obat aku dulu."
"Iya neng, siap."

***

Selesai berkemas, aku pamit pada Bi Yah, urusan Ibu dan Mba Ai sudah aku kontak pastinya. Tanpa tunggu lama aku pergi ke dokter dekat rumah bersama Rien untuk periksa.
Tak lama, dokter segera memeriksaku dan benar katanya, aku kelelahan dan terlalu banyak pikiran. Aku disarankan istirahat untuk 3 hari kedepan.

"Yaah gue tidur mulu nih 3 hari dirumah lo hahaha." Candaku kepada Rien sambil mencubit pipinya.
"Enak banget deh! Ohya lo ajarin gue bio yah plis. Gue parah nih mau ujian masa iya gue gabisa apa apa."
"Santai bos gue ahahhaha, yuk cabut, obat udah semua nih."
"Okay sistahh cuss"

***

Aku,Senja di Kala ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang