Five

215 7 0
                                    

***
Kembali ke rumah Rien, aku langsung duduk di ruang tamunya, banyak yang aku fikirkan soal hari ini.
"Eh lo mau minum apa sen, gue buatin"
"Serah lo , apaaja"
"Okey"
Begitu Rien pergi ke dapur, aku langsung mengirim pesan line kepada Kay
Kenapa sih kamu selalu ada di depan mataku , setiap hari bahkan. Aku bingung, kamu siapa?
Aku langsung mengirimnya. Aku sudah begah, merasa penasaran atas dirinya. Kuputuskan untuk memberanikan diri bertanya padanya.
Ting
Pesan line , sepertinya itu dari Kay.
Hey senja, kamu akan tau sebenarnya aku siapa nanti. Saat semuanya sudah tepat pada waktunya. Jatuhkan hatimu pada siapapun kamu suka, tapi aku, tak akan pernah lelah membuatmu luluh kepadaku.

Aneh! Sungguh aneh!
Tepat pada waktunya?? Apa maksudnya?

Aku pun kembali dibuat pusing, lalu kuingat-ingat siapa saja teman masa kecilku dulu.

Sepertinya dulu aku hanya memiliki 2 orang teman, aku lupa mereka siapa, satu dari mereka namanya..... Abimana, dan satu lagi..........

Aku mencoba mengingat-ingat terus.

Sepertinya namanya.....
Aku hanya ingat dia adalah pangeranku,
Ya, aku memanggilnya pangeranku.. tapi dia pergi entah kemana.
Jika kay adalah pangeranku itu? Mengapa dia tidak tahu namaku?
Dia siapa?

Pertanyaan itu sungguh terngiang di benakku.
"Hoy!", tiba-tiba Rien datang membawa satu gelas es sirup untukku.
"Eh yah, makasih Rien, kaget gue"
"Lagian lo ngapain sih bengong mulu gue liat dari kemaren"
Akhirnya kuputuskan untuk bercerita pada Rien.
"Gue bener-bener bingung Rien, Kay tau banget soal gue, tapi anehnya, di awal kenalan dia gatau nama gue. Aneh banget, terus kalo gue tanya dia siapa, dia selalu jawab tunggu aja waktunya"
"Hmmm, gitu yah? Mungkin dia ada hubungannya sama masa lalu lo"
"Nah itu Rien, gue inget2 nih ya, kayanya ada 1 temen kecil gue, gue bener2 lupa namanya, tapi gue panggil dia pangeran gue gitu, pusing gue jadinya"
"Hahahhaha! Yaelah lo aja lupa sama nama temen kecil lo, begimana temen lo? Yakan ? Sekarang udah logis kan? Yaudah kalo lo penasaran , lo ikutin maunya Kay. Lupain soal Amran yang lo puja puja itu"
"Apaansi lo, biasa aja kali ah"
"Yeee bilangin juga ngeyel lo"

Benar apa kata Rien waktu itu, aku akan mengikuti bagaimana jalan yang dimaksud oleh kay, baru nanti aku akan tau siapa sebenarnya dia.

***
Aku berjalan di sepanjang koridor kelas 11 , hujan membasahi pinggir-pinggir lantai. Kulihat ke arah mobilku, masih terguyur hujan deras.
Kuputuskan untuk duduk di kursi depan kelasku.
Haaahh , kuhela nafasku. sejenak, terdengar suara yang memanggil namaku dari kejauhan
Kay?
Aku langsung ingin beranjak dari tempat dudukku, kuingat, dia sepertinya waktu itu mengajakku pulang dan berangkat bersama.
Kuurungkan niatku untuk beranjak.

"Hey! Kok belum pulang?"
"Iya belum, males nih ujan"
"Emang kamu gak naik mobil?"
Kamu? Sejak kapan dia panggil kamu
"Naik mobil, tapi males aja jalan kesana ujan , gak bawa payung juga"
"Mau pulang bareng aku?"
Aneh sekali! Dia tibatiba jadi se baik ini, gak tengil.
"Bingung ya? Kenapa aku jadi kaya gini? Haha sante, ya mungkin kamu gak suka cowo tengil, ya jadi aku usahain buat kamu jadi cowok yang ramah"
"Iya bingung sih, ah tapi yaudahlah. Ohya kamu ngajak bareng? Nggg jangan hari ini ya, aku mau jemput ibuku ke bandara, lain waktu aja"
"Ohh gitu, tante Alya dari mana?"
Sampai tau nama ibu? Aneh!!
"Eemm dari dinas di Medan"
"Ohh gitu, salam ya untuk ibu. Ohya mending aku anter ke mobilmu sekarang"

Dia langsung melepas jaketnya dan menggunakannya sebagai payung untukku. Dia sungguh baik.
Kami langsung bergegas jalan ke mobilku.
"Thanks", kataku seraya membuka pintu mobilku.
Dia hanya tersenyum dan melambaikan tangannya kepadaku.
Aku pun langsung pergi menuju bandara.

Lagi-lagi, hujan yang mengguyur Jakarta sore ini membuatku terus melamun. Memikirkan tentang Kay, laki-laki yang bisa menjadi pangeran tapi juga bisa menjadi musuh.
Ah sudahlah senja! Biarkan dia bersandiwara sesukanya, nanti juga tau siapa dia

***
Sampai di bandara, aku langsung mencari dimana ibu. Rindu ini sudah menumpuk selama sebulan lamanya ditinggal ibu.
Dari kejauhan, ada yang melambaikan tangan kepadaku. Ya, dia ibu!

"Ibuu!!!" Aku langsung memeluknya tanpa basa basi.
"Hai anakku senjaaaa, kamu gak sama mba ai?"
"Ngga bu, mba ai lagi sibuk biasa hehe"
"Ohh, yaudah yuk pulang, sebelum ujannya makin deres nih"
"Okey ibuu"

***

Aku,Senja di Kala ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang