Puisi Pesenan Anak Remaja

1.5K 42 16
                                    

Lambat laun perjalanan waktu mengikis rasaku. Tertumpuk kesalahan dalam benak, yang tak sempat kau maafkan. Ku akui kelemahanku yang tak bisa membalas cinta seindah dirimu. Kau buat aku terjebak dalam susunan kata, entah itu salah atau tidak.

Apa kau merasakan hal itu? Melihat perbedaan yang terbentuk dari kebersamaan kita. Ingatkah kamu dengan ketidakpedulianku? Kesel kan nggak diperhatiin?

Iya iya, aku salah. Aku salah dalam segala hal yang membuatmu marah. Bahkan aku tak mengira akan sesulit itu mendapatkan kata maaf darimu. Siang malam selalu terpikirkan olehku tentang kata itu... 'Katanya sayang tapi kenapa kok nyakitin terus?'

Ketahuilah, hatiku terlalu kecil untuk membalas perasaan besar darimu. Bahkan beribu kata manis terucap bagai dusta yang tak berujung. Berulang kali kucoba memahami segala hal tentangmu. Kesedihan, keinginan, kesenangan, dan kepedulianmu. Benar, hatiku tak dapat membacanya.

Satu hal yang harus kamu tahu. Kita adalah remaja konyol yang suka diem-dieman kalo lagi marahan. Tak jarang keegoisan itu membuatmu mampu menjauhiku, meninggalkanku sendiri. Tapi kenyataannya, kamu adalah seseorang yang tak rela aku hilang di telan waktu.

Dan saat ini, terbayang jika kamu benar-benar meninggalkanku. 'Jika kamu ingin aku pergi, maka aku akan benar-benar pergi!' Seluruh tubuhku membeku, bergerak sedikit pun akan menghilangkanmu. Baiknya aku diam atau kembali menegaskan kepadamu.

Karena tak ingin egois, kusimpan kecemburuan ini. Tak tahu berapa jumlahnya, jika aku katakan sejujurnya. Hanya sekedar mengurangi lubang di hatiku, bukan memulihkannya.

Aku sadar, aku bukan boneka monyet yang dapat memelukmu setiap waktu. Tentang semua tangisan itu, sama sekali tak ingin ku lakukan padamu. Tapi terlambat sudah, semakin lama aku malah semakin menyakitimu.

Tak kuragukan kasih sayangmu, namun ku khawatir akan kehilanganmu. Cintai aku seperti rembulan dan kujaga kamu seperti bintang. Setidaknya akan ada satu waktu untuk menaruh kebahagiaan kita, selamanya.


Bekasi, 04 Agustus 2017

Puisi SpesialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang