Kematian Raja Dalam Cinta

111 6 3
                                    

Langit-langit berkilauan itu akan selalu kuingat dalam benak. Sekarang semuanya jadi gelap, hening, dan hilang. Istanaku telah runtuh.

Sebelum kejadian itu, keindahan dan pesona dari sang ratu amat kupuji dan kucinta. Malam ini adalah miliknya, penumbuh dahan berbakal cinta. Aku harap ini bukan terakhir kali melihatnya. Setiap hari lebih baik daripada menahan rindu terlalu lama.

Biarkan aku terhanyut dan terbawa olehnya. Harum tubuhnya yang semerbak telah meracuni pikiranku untuk mengusir semua rakyat, penghuni istanaku. Tersisa raja dan ratu, bersama kisah cinta terindah yang pernah ada.

Namun saat kukecup pelan bibir kecilnya, isi kepalaku terasa membesar ingin meledak. Tubuhku bergemetar, merasakan racun paling mematikan di dunia. Kenapa malaikat tidak langsung mencabut nyawaku? Bawalah jiwaku pergi, sebelum ragaku semakin menyesal.

Dia menusuk pedang panjang, tepat di hatiku. Bukan darah yang menyakitkanku, tetapi airmata yang tak ingin berhenti dalam rintih. Betapa lemahnya aku, betapa bodohnya aku di hadapannya.

Jubah emas ini jadi tak berarti, jika aku sendiri merenggang nyawa di atas lantai istana. Mahkotaku hancur. Kekuasaanku telah sirna. Sebelum waktuku habis di dunia ini, nafasku berpesan...

"Kau mengubahku menjadi raja yang sebenarnya, lalu memusnakanku dengan caramu merayu. Seandainya kamu rasakan pedang menusuk di hatimu, jangan sampai tersangkut sepertiku. Kamu jahat, dan aku tak bisa membalasnya. Kau tinggalkan sesal, sementara aku sedang sibuk menikmatinya."

Puisi SpesialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang