Puisi Pesenan Rifdah

288 17 4
                                    

Terbekas dalam benakku, tiap langkah letih mengejar kepastian. Berhari-hari kucoba pahami lagi, kesalahan yang tak sempat kusadari. Bunga dusta yang menghiasi lorong kesepianku, kini harus pergi meninggalkan halaman yang tak berpenghuni. Serangkaian kata hati tersusun rapi, merapatkan makna henti.

                                 
Lantas kenapa hari ini aku harus mengenalmu? Rasanya tiada hal lain yang ingin kukenal. Semua alasan itu menggetarkan pintu hatiku. Akan kah aku buka lagi untuk kehadiranmu?

                                   
Hati ini bagai pohon kecil yang kehausan di musim kemarau. Takkan kubiarkan hati ini meminta kasih sayangmu. Kurasa semua goresan itu sudah membuat banyak celah. Hingga tiap rintikan airmata menjadi penghilang dahagaku.

                            
Jika aku katakan bertahan, kamu anggap itu serangan. Jika aku nyatakan perasaan itu, keraguanku selalu berputar di atas kenyataan palsu. Tak bisa lagi dan tak ingin lagi. Lebih baik kurelakan kepergianmu untuk mencari hati yang lebih luas. Biarkan hatiku berdiri kokoh, menggenggam pendirianku.

                       
Selalu ada tawa pada bagian akhir. Kalau saja kita kembali bertemu, kuharap hatiku bisa menerimamu. Kuyakin itu hanya sebatas mimpiku. Meski raga ini sampaikan rindu pada insan seindah rupamu, hatiku telah menyudahi jalan cerita tentang cinta. Semoga saja ada bintang terang yang menemukan kunci hatiku.

Puisi SpesialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang