Sejak saat itu, senja hilang bersama mentari yang tenggelam di ujung palung. Langit-langit jadi menghitam, mempersembahkan malam indah yang siap mewarnai sisa hariku.
Rasanya, aku tidak mampu lagi menahan rindu. Satu per satu daunku mulai layu, dahanku mulai rapuh, pohon yang telah tumbuh besar ini jadi terabaikan. Apa kamu masih mau menahan diri untuk pergi dan menangis dibalik layar elektronik, agar aku terlihat menghilang dan tak peduli?
Setiap malam aku berdoa, berpuisi, dan berdiam; menunggu getaran dari benda gepeng. Betapa senangnya mata ini melihat bintang-bintang benderangan menghiasi langit. Namun ada satu hal yang membolongi kesempurnaannya, yaitu kamu.
Jika aku harus melewati sisa hariku bersama banyaknya bintang, benar-benar tak kuasa batinku. Kembalilah kamu menjadi sinar malam terindah yang menenangkan hati. Bulan yang selalu temaniku dan peluk diriku. Merebahkan tubuh ini di atas cinta yang kita pertahankan bersama.
Hingga terbitnya mentari yang akan menghilangkanmu dari hadapanku. Aku benar-benar rindu. Semoga selamanya kamu jadi wanita yang melebihi bulan malamku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Spesial
Poetry#373 (04 September 2017) Ini adalah puisi karangan saya sendiri, yang dikhususkan untuk temen-temen yang minta dibikinin puisi :'v Jujur, puisi saya nggak bagus seperti novel saya di Wattpad. Hal ini saya lakukan untuk menghargai perjuangan dia dan...