Hahahaha-
Hahahaha-
Hahahaha-
Cih- cibir Ara dalam hati ketika mendengar tawa yang sangat keras dari lantai bawah, siapa saja yang mendengar pasti tau itu adalah tawa bahagia.
Setelah berkenalan dengan Farah yang ternyata teman masa kecil Ken yang pindah ke jepang ikut dengan ayahnya yang aa bisnis disana.
Tatapan tajam Farah saat berkenalan dan seringai tanda tak sukanya. Ketika itu pula ia mulai berkerut kening dan menimbulkan rasa tak sukanya ditambah lagi dengan tingkah manjanya saat bersama ken dan itu ia lakukan didepan mata Ara sendiri.
Seperti sengaja membuat Ara panas dan merasakan cemburu.
Dan si Ken tanpa merasa bersalah atau tak melihat bahwa bendera perang sedang berkobar namun ia malah nampak biasa saja seperti tak merasakan hawa panas disekelilingnya.Disinilah ia sendiri, seperti biasa ia berada di tempat faforitnya sejak kepindahan ia dirumah ini. Balkon depan kamarnya yang selalu menjadi tempat tujuannya untuk melepas penat.
Menenggelamkan kepalanya diantara kedua tangannya yang ia lipat di depan dada sambil memejamkan matanya, sesak ia rasakan seakan kenyataan pahit datang menghantuinya bertubi tubi.
Tanpa sadar air matanya mulai menetes menambah kesan melas pada dirinya yang sedang terpuruk.Hatinya hancur dan sedih.
Bagaimana tidak saat ia sedang bahagia dan membutuhkan dirinya. Malah yang dibutuhkan seperti melupakan dan tidak menganggap keberadaannya dan malah tertawa sangat lepas di depan dirinya bersama orang lain."Ekhem"suara deheman yang sepertinya dibuat buat. Sontak Ara langsung menengok dengan raut wajah yang masih cemberut dan masam.
Keningnya berkerut seakan berpikir tentang orang yang ada dihadapannya.
Kenapa ia bisa ada disini? Berani sekali ia masuk ke kamar orang tanpa permisi?-batin Ara berkecamuk.
"Aku mau mandi" nadanya meninggi dan tak ada sopan santunnya.
"Bukankah ada kamar mandi lain. Kenapa harus disini?" Tanyanya menyipitkan mata.
"Ken yang menyuruhku mandi disini"
"Kenapa?"
"Karna aku yang menginginkannya" langsung saja ia melincir ke kamar mandi sebelum mendapat persetujuan dari Ara.
"Mana sopan santunnya!" Guman Ara kesal sambil keluar dari kamar dengan keadaan marah.
Ara pov
Bagaimana bisa dia melakukan ini padaku. Apa harus seorang teman kecilnya mandi di kamar kami. Walaupun aku tau mereka sangat dekan. Tapi tak seharusnya ia melakukan ini. Aku seperti tak dianggap saja di rumah ini. Aku mulai muak dengannya baru beberapa hari tinggal disi saja sudah seenaknya. Dan ken? Ah dia semakin membuatku bosan dan marah.
Ia selalu saja cerita masa kecilnya dengan Farah. Bukan kah itu sangat membosankan.'Aku mencintainya'
'Pergilah sebelum ia meninggalkanmu'Kata kata yang Farah lontarkan waktu itu terus saja berbenah di kepalaku. Bagaimana bisa ia mencintai seorang pria yang sudah jelas sudah mempunyai istri terlebih lagi aku sedang mengandung anaknya.
"Aaarrrggghh" teriak Ara di dalam kamar. Membuat seisi rumah kaget dengan teriakannya yang sangat keras.
Tes....
Tes....
Tes....
Air matanya perlahan menetes. Semakin lama semakin deras saja air mata yang keluar dan ia biarkan air matanya meluncur bebas diatas pipinya.
"Aarrgghh" teriaknya frustasi sambil mengacak ngacak rambutnya.
"Ara kamu kenapa?"
"....."
"Ra?"
"....." Ara masih tak bergeming dan masih setia dengan tangisnya.
Ken menghampiri dirunya dan memeluknya dari belakang.
"Kenapa Ra? Ada apa?"suaranya parau.
"Hiks....hiks..." Ara masih tak mau membalas pertanyaan ken.
Dasar tak peka-gumamnya dalam hati
Ara melepaskan pelukan Ken dengan kasar dan keluar dari kamar begitu saja tanpa mempedulikan orang yang memanggilnya.
Cih- kesalnya.
》》》》》》》
Hiks....hiks....hiks....
"Tenanglah aku disini" ucap lembut seseorang pada Ara.
Kediaman rumah Rendy menjadi tempat tujuan yang ia pilih karna tak ada lagi, tak mungkin ia pulang kerumah mamahnya bisa bisa Ara di ceramahin berjam jam membuat telinga memar dan bosan mendengarnya.
Rendy pov
Aku melihatnya luntang lantung dijalanan, dari raut wajahnya terlihat sekali orang yang sedang kebingungan dan banyak masalah. Aku kasihan melihstnya terluntang lantung sendirian. Jadi aku memutuskan untuk mengajaknya kerumah untuk menenangkan dirinya.
Tadinya aku berniat ingin mengantarnya pulang namun dia dengan sendu menolaknya."Makanlah, habis ini aku antar kau pulang" ucap Rendi dengan lembut.
"....." Ara masih menundukan kepalanya tanpa ada niatan menatap makanan lezat yang berada di depannya.
"Jangan menangis, makanlah. Aku tak mau kau sakit"
"Apa aku pantas mencintainya?" Tanyanya sambil berusaha air mata yang akan berdesakan untuk berebut menjatuhkan dirinya.
"Dia tidak pantas mendapatkanmu, kau tidak seharusnya tersakitu seperti ini, ada orang yang nyatanya lebih peduli denganmu"
"...." Ara tak bergeming, tangganya mulai menyeka air mata yang mulai bercucuran.
Kedua tangan Rendi menangkup kedua pipi Ara, agar tidak menunduk terus menerus. Ditatapnya intens kedua manik tersebut yang menatapnya balik dengan sendu.
"Aku mencintaimu"
》》》》》》
"Aaarrgh" ken berteriak frustasi
Disisi lain Ken mencari Ara kemana mana, pikirannya tidak karuan ia khawatir akan Ara dan anak yang dikandungnya.
Menyesal selalu saja datang belakangan, ia menyesali apa yang ia perbuat, tidak seharusnya ia memperlakukan farah dengan spesial disaat ada Ara didepannya. Situasinya sudah berubah tidak seperti dulu sekarang hanya ada Ara dihatinya. Ia tidak memiliki perasaan apapun untuk Farah hanya sebatas sahabat."Farah!!" Teriak ken sambil berlari menuju mobil yang bagian depannya sudah tak terbentuk lagi karna menabrak pembatas jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
my bad boyfriend [COMPELETED]
Novela JuvenilAku memilihmu, karna kamulah yang pantas aku perjuangkan. "Karena...saya mencintai kamu tanpa karena." (Follow sebelum membaca)