PS: Kemarin malam <baca: tengah malam> saya ada update dua chapter, chapter 12 dan 13A sekaligus. Kalau ada yang kelewat, bisa dibaca ulang. Thanks! 💞🙌
#789 in Romance
----
Sudah tiga hari berlalu, masih seperti hari pertama tanpa ada perubahan berarti. Kevin masih tidak mau berkomunikasi dengan Rachael. Kevin hanya mengerjakan PRnya, tanpa ingin bertanya sama sekali. Untungnya, Kevin duduk diam dan mendengarkan ketika Rachael menjelaskan kesalahan Kevin.
Hari ini Jonathan dapat pulang lebih awal, ia sudah duduk di sofa rumahnya pukul lima sore. Sebenarnya dari hari pertama Rachael mulai bekerja, Jonathan sudah mengusahakan supaya ia dapat pulang lebih awal dan melihat anak-anaknya belajar. Namun, ia selalu pulang tepat pukul delapan ketika kegiatan les sudah selesai. Ia bahkan tidak dapat berbicara banyak dengan Rachael, bagaimana bisa ada kemajuan dalam proses pendekatannya? Ia iri dengan ketiga putranya. Huh!
Jonathan mengedarkan pandangannya untuk mengamati ketiga putranya dan Rachael. Ia mengikuti gerak-gerik Rachael yang sedang menceritakan awal kemerdekaan Indonesia kepada Alexander sambil memangku Marvel yang sedang tidur. Meskipun Alexander sesekali menguap, tapi ia tahu bahwa Alexander cukup tertarik.
Ia menyukai setiap gerakan tangan Rachael ketika bercerita, dan matanya yang membesar dan mengecil sesuai dengan alur cerita. Semua gerakan Rachael terlihat lambat di matanya.
Sesudah bercerita, Rachael menanyakan beberapa pertanyaan sederhana kepada Alexander sambil menanggapi dan memperbaiki jawaban Alexander.
Setelah Alexander, kini giliran si bungsu Marvel. Rachael membangunkannya dengan pelan. Rachael menepuk-nepuk pelan pipi gembil Marvel. Lalu menggendongnya menuju kamar mandi untuk mencuci muka.
----
Jonathan mengurai tawanya ketika ia melihat Marvel kembali dari kamar mandi masih berada di dalam gendongan Rachael, dengan wajah dan rambutnya yang basah.
Jonathan menarik beberapa lembar tissue lalu berjalan mendekati Rachael dan mengambil alih Marvel dari gendongan Rachael.
"Anak papa... Dibangunin sama bu Rachael?" Jonathan menjawil pipi gembil Marvel.
"Iya. Mami bangunin Marpel. Marpelkan macih ngantuk ,papa!" Marvel merebahkan badannya pada dada bidang Jonathan yang terbalut kaus hitam polos.
"Kan sekarang udah waktunya Marvel les, jadi Marvel harus dibangunin." jelas Jonathan sambil mengeringkan wajah dan rambut Marvel.
"Huuuuh... Mami, Marpel ngantuk." Marvel mendayu-dayukan ucapannya, lalu membalikkan badannya kembali menghadap dada Alexander. Kedua tangannya memeluk erat leher Jonathan.
"Kalau gitu bu Rachael pulang,ya. Kan Marvel tidak mau les. Daah~" Rachael mengedipkan matanya, memberikan kode kepada Jonathan yang sedang menatapnya bingung.
Setelah mengerti akan kode yang dilemparkan oleh Rachael, Jonathan dengan cepat berucap "Iya nih, bu Rachael boleh pulang. Padahal tadi papa pengen ngajak kita semua makan ayam goreng di restoran kesukaan Marvel. Tapi, Marvel mau tidur aja kan?"
"Marpel mau mami... Huaaa! Mami... Marpel nggak ngantuk lagi papa."
Isakan terdengar dari bibir mungil Marvel, Marvel membalikkan badannya ke arah Rachael, meminta supaya Rachael menggendongnya.
"Ok! Kita belajar. Nanti ibu kasih hadiah untuk Marvel, kalau Marvel berhenti nangis." Rachael menggendong Marvel, lalu mengajaknya kembali duduk di atas karpet.
"Mami... Kenapa masih panggil ibu.. Kan Marpel mau panggil mami..."protes Marvel yang masih tergugu.
Rachael menatap Jonathan sebentar. Setelah melihat anggukan Jonathan, Rachael menjawab, "Iya... Sekarang belajar sama ma-mami ya"
Rachael merasa sulit untuk mengucapkan kata 'mami'. Ia tahu meskipun kedua orangtua Marvel sudah bercerai, tetapi memanggil dirinya sendiri sebagai mami cukup sulit apalagi ia tidak memiliki hubungan khusus dengan Jonathan yang dapat membuat ia layak dipanggil mami.
Itu hanyalah sebuah alasan karena tidak ada kemajuan pada hubungannya dengan Jonathan. Hubungan mereka masihlah orangtua dan guru les.
Ia mengharapkan hubungan yang lebih.
Rachael dengan cepat menghilangkan pemikiran itu.
----
Mereka berlima berakhir di salah satu restoran cepat saji yang menyediakan menu ayam goreng. Rachael tengah sibuk menemani Marvel yang sedang memilih hadiahnya, Marvel menginginkan semua mainan yang ada, tapi ia hanya dapat memilih tiga. Sedangkan menurut Rachael semua mainan berbentuk pil kuning dengan jeansnya itu sama saja, ia tidak begitu tahu tentang karakter yang ada.
"Mami... bagusan yang matanya satu atau yang pendek?" tanya Marvel sambil menunjuk mainan yang masih ada di dalam etalase.
"Marvel ambil Kevin, Stuart dan Bob saja ya!" ucap Jonathan sambil menunjuk pil kuning tinggi, sedang dan pendek. Marvel terlihat setuju.
"Yang ini tiga ya,mbak. Berapa?"
Kasir mulai membacakan ulang pesanan mereka sambil menekan beberapa tombol. Setelah itu mengambil mainan dari bawah etalase, dan mulai menyiapkan pesanan mereka.
Jonathan membayar semua makanan mereka, lalu membawa satu nampan terlebih dahulu. Rachael menurunkan Marvel dari gendongannya, dan mengambil nampan yang tersisa. Namun, nampan itu diambil dari tangannya. "Kamu bawa anak-anak saja,ya!"
Rachael menganggukkan kepalanya secara otomatis, lalu menggiring Kevin, Alexander dan Marvel mengikuti Jonathan yang sudah berada beberapa langkah di depan.
----
"Marvel, makan sendiri dong. Jangan repotin ibu Rachael." tegur Jonathan ketika ia melihat Rachael belum menyentuh makanannya sama sekali, malah sibuk menyuirkan daging ayam untuk Marvel sambil sesekali menyuapinya.
Meskipun ia menyukai pemandangan di depannya, tetapi ia rasa sekarang masih belum saatnya. Ia tidak ingin Rachael merasa tidak nyaman dengan keinginan Marvel. Apalagi ia tahu bahwa Rachael masih lajang, tidak akan mudah baginya menyukai seorang duda dengan tiga orang anak. Itu berarti kebebasan Rachael akan berakhir jika mereka bersama.
"Gak apa-apa, nanti saya bisa makan."
"Kenapa papa masih panggil mami dengan nama ibu gulu? Mami!" Marvel sudah kembali merajuk, ia menolak untuk makan. Mulutnya terkatup dengan rapat, ia terlihat sedang menahan air mata.
"Iya. Ma-mi." Jonathan mengucapkannya dengan terbata-bata, ia merasa tidak enak terhadap Rachael.
"Kalau gitu, mami juga panggil papa ya! Hihihi! Mami coba panggil papa.."
Suasana menjadi hening. Jonathan, Kevin, Alexander dan Marvel sedang menunggu Rachael dengan perasaan yang berbeda-beda.
Rachael menatap Jonathan, lalu mengucapkan satu kata dengan susah payah. Ia malu. "Papa."
Marvel memamerkan gigi susunya. Ia sangat senang. Sedangkan Jonathan sedang menenangkan hatinya yang berdebar tidak karuan, apakah ia harus berterima kasih dengan Marvel atau merutuki keinginan Marvel?
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEETEST KARMA[ADA DI TOKO BUKU]
Romance!! WARNING -- EDISI BELUM REVISI !! [ADA DI TOKO BUKU @Penerbit Coconut Books] Highest #2 in Romance Jonathan Tanjaya , duda tampan beranak tiga serta mapan, pergi untuk menerima rapor ketiga putranya untuk pertama kali. Sejak saat itu juga...