BAB 19

103K 10.3K 182
                                    

#perayaan5000👀

Rachael menggelengkan kepalanya melihat kebun bunga Jonathan yang indah sudah berubah menjadi kebun kaktus. Ia bingung dengan pemikiran pria itu, kemarin Jonathan mendiaminya sepanjang malam. Tidak ada godaan. Tidak ada ciuman. Bahkan tidak mengantarkannya sampai ke mobil seperti biasanya.

Kemana Jonathan yang jahil?

Rachael berjalan mendekati Jonathan yang tengah menyeduh kopi, hari ini hari Sabtu sehingga Rachael memilih untuk datang ke rumah Jonathan untuk menemaninya menjaga anak-anak.

"Ada apa?" tanya Rachael sambil bersandar di meja dapur.

"Gak." jawab Jonathan dengan ketus, lalu berjalan menuju ruang keluarga. Ia meletakkan cangkir kopinya di atas meja, lalu meraih remote untuk menyalakan televisi. Jonathan mengganti saluran beberapa kali, sampai menemukan siaran berita pagi.

"Kenapa kebunmu jadi kebun kaktus? Kasihan Marvel, nantu dia bisa terluka saat bermain." ucap Rachael setelah menemukan posisi duduk yang pas di samping Jonathan. Anak-anak belum bangun saat ini.

Jonathan menghembuskan nafasnya frustasi, Marvel lagi, Marvel lagi!

"Kenapa kok cemberut? Cerita dong. Kan aku gak tahu salah apa. Mau cium?" tanya Rachael sambil menarik piyama Jonathan.

Rachael terkikik geli ketika melihat Jonathan menelan ludah. "Mau gak? Kalau masih mau marah, aku pulang ya?" Rachael mulai menggertak dengan berdiri dari sofa.

"Cium dulu." Jonathan menahan lengan Rachael, "nanti aku baru cerita."

"O-ok." Rachael menjawab dengan terbata-bata, tiba-tiba ia menjadi gugup. Rachael mengarahkan wajahnya mendekati Jonathan. Lalu dengan mengecup bibir Jonathan sekilas.

Jonathan dengan cepat menarik pinggang Rachael, membuat Rachael terjatuh di atasnya. Lalu menekan wajah mereka lebih dekat.

"Tadi itu cuman kecupan, kalau ciuman itu seperti ini..." Jonathan mencium Rachael dengan lembut.

"Udah ngerti kan bedanya?" tanya Jonathan sambil mengelus rambut Rachael. Ia mengulas senyum jahil.

Rachael berdeham lalu duduk di samping Jonathan, "ya. Jadi, sekarang tolong pak Jonathan jelaskan pada ibu Rachael. Kenapa diamin bu Rachael?"

"Bu Rachael selingkuh, jadi pak Jonathan cemburu." Jonathan mengikuti permainan Rachael. "Sukanya sama anak kecil ya?"

Rachael tergelak, oh cemburu sama anak sendiri. Rachael menahan tawanya,  "Kenapa bisa cemburu, memangnya bu Rachael salah apa? Suka dong, suka sama anak kecil makanya mau sama duda."

"Udah ah main-mainnya. Mau serius nih." Jonathan menjawil tulang hidung Rachael dengan gemas. Ia bingung pada dirinya sendiri, mengapa ia bisa cemburu dengan anaknya sendiri? Ini semua hanya masalah sepele, tapi hatinya selalu panas jika mengingat sikap Marvel terhadap Rachael.

"Ok. Jadi ceritanya gimana bisa cemburu? Cemburu sama siapa coba?" Rachael menatap Jonathan sambil melipat kedua kakinya ke atas sofa.

"Marvel! Marvel tuh genit banget sama kamu pakai kasih mawar segala. Terus kamu juga, dikasih mawar malah senyum-senyum, peluk-peluk pakai cium lagi. Udah lupa punya pacar?" tanyanya pada Rachael.

"Kamu benaran papanya Marvel,kan? Kok cemburu sama anak sendiri? Kan Marvel kasihin aku bunga karena dia habis nonton Beauty and The Beast. Anak kecil kan memang begitu. Lalu emangnya kapan aku cium-cium dia?" Rachael tertawa geli melihat tampang Jonathan yang cemberut.

"Kemarin! Aku pulang bawain buket, eh malah kamu senang cuman dapat satu tangkai mawar, dari kebunku lagi! Kalau cari pacar, yang bermodal dong? Lain kali kalau digodain, tanya dulu dapat dari mana, dari siapa."

"Hahaha! Oh, jadi gara-gara ini kebun bunga kamu jadi kaktus semua?"

"Ya! Kamu juga, malah takut Marvel luka!"

"Kan Marvel masih kecil, bahaya... Otomatis aku pikirin dia,dong. Udah ya kita baikan. Kan Marvel udah gak bisa kasih bunga lagi. Bunga mawarnya udah jadi kaktus." Rachael mengelus lengan Jonathan yang tertutup piyama.

"Iya, cium dulu di pipi... baru aku ganti" tunjuk Jonathan pada pipinya.

"Ok. Tapi nanti kaktusnya diganti sama mawar lagi,ya?"

"Ngga." tolak Jonathan dengan tegas.

"Ya? Kan aku suka mawar, gak suka kaktus." tawar Rachael lagi sambil menggoyang-goyangkan lengan Jonathan.

"Iya deh, cepat cium pipiku. Satu, dua, ti-" Jonathan memutar wajahnya menghadap wajah Rachael saat Rachael hendak mencium pipinya.

Rachael dengan cepat melepas ciuman mereka,"Kamu curang!"

"Nanti siang aku bakalan ganti kaktusnya dengan mawar, janji!" Jonathan tertawa dengan keras lalu mengambil cangkir kopinya yang sudah dingin, dan menyesapnya. "Haah~ kopi hitam pun jadi kopi susu."

---

Kevin berjalan menuruni tangga, ia merasa haus saat bangun tidur. Kevin menuruni tangga dengan pelan ketika mendengar suara Jonathan dan Rachael.

'Kenapa bu Rachael sudah datang sepagi ini? Apalagi hari ini hari Sabtu?' batinnya.

Saat ia sudah semakin dekat dengan dapur, ia melihat Jonathan sedang mencium Rachael, guru lesnya. Kevin kecewa, Jonathan sudah melupakan mamanya.

Kevin berjalan dengan cepat menaiki tangga tanpa bersuara, ia memasuki kamarnya lalu memasukkan beberapa pakaian, seragam hari senin dan pakaian olahraganya ke dalam tas sekolah yang sudah tersusun buku untuk hari Senin.

Ia meninggalkan tasnya di dalam kamar, lalu berjalan menuju telepon rumah yang terletak di luar, di samping pintu kamar Jonathan. Ia menekan nomor ponsel mamanya yang sudah ia hafal.

"Mama, boleh tolong jemput Kevin? Kevin kangen mama." ucapnya saat panggilannya di terima. "Iya, Kevin tunggu di rumah papa."

Kevin menghapus air matanya, lalu kembali ke dalam kamarnya untuk mandi dan bersiap-siap.

Setelah selesai bersiap-siap, Kevin berjalan keluar dari kamar sambil memikul tas ranselnya yang berat. Ia yakin, Jonathan masih ada di ruang keluarga bersama Rachael.

Kevin berjalan mendekati Jonathan. "Pa, Kevin ke rumah mama ya. Kevin kangen mama."

Jonathan mengganggukkan kepalanya tanpa berkata apa-apa, sudah sewajarnya kan Kevin kangen pada mamanya?

"Kamu di tempat mama berapa lama?" tanya Jonathan sambil melepas tas ransel Kevin dari pundak Kevin. "Nanti papa yang bawain tas kamu."

"Kevin belum tahu berapa lama. Nanti kalau Kevin mau pulang, Kevin akan minta tolong mama."

"Ok. Kevin ingat nomor ponsel papa,kan? Kalau ada apa-apa, telepon papa,ya? Kalau papa gak angkat, kamu telepon ibu Rachael. Ok?" Jonathan meraih kertas dari bawah meja, lalu mencatat nomor ponsel dan alamat rumahnya serta Rachael. Ia melipat kertas itu menjadi dua lalu memasukkan kertas itu pada kantung tas paling depan.

"Iya. Kevin berangkat dulu ya papa." Kevin berpamitan kepada Jonathan saat ia mendengar klakson mobil mamanya.

Kevin masuk ke dalam mobil mamanya dengan perasaan sedih. Jonathan tidak sayang padanya. Hanya mamanya yang sayang kepadanya.

"Papa saja tidak tanya kenapa Kevin pergi..." gumamnya sambil mengarahkan pandangan ke arah jalan, ia mengusap air matanya yang perlahan turun.

SWEETEST KARMA[ADA DI TOKO BUKU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang