#438 in Romance
Aku harus update sesering apa supaya bisa jadi #1? T___T
Hari ini aku double update , BAB 17 dan BAB 18. Jangan ke skip,ya!
---
Hari ini Marvel sudah tidak melafalkan huruf r. Rachael bernafas lega.
Sejak kejadian Jonathan yang mengerjainya, Marvel terus melafalkan huruf r tanpa henti. Rachael yang hanya datang dari pukul empat sore sampai pukul delapan malam saja lelah mendengarnya, bagaimana dengan Kevin dan Alexander?
Tapi usaha memang tidak mengkhianati hasil, Marvel sudah lancar berbicara. Tidak ada lagi gaya bicaranya yang cadel dan manja. Rachael cukup senang, meskipun ada sedikit dari hatinya yang kecewa. Marvelnya yang lucu dan manja sudah perlahan menghilang, digantikan dengan Marvel yang pandai merayu.
"Mami~" panggil Marvel dengan mendayu-dayu. Marvel melangkah dengan ringan, menghampiri Rachael yang tengah memeriksa PR Kevin. "Tada~" ucap Marvel sambil mengulurkan sebatang bunga mawar kepada Rachael.
"Thanks, Marvel." ucap Rachael sambil memeluk dan mencium pipi Marvel.
Sudah dua hari, Marvel memberikannya bunga mawar yang dipetiknya dari kebun. Rachael mengamati duri tangkai mawar yang diberikan Marvel saat ini tidak sebesar dan setajam seperti yang kemarin. Rachael mengingat kembali kejadian kemarin sambil menahan tawanya.
Kemarin, setelah menghabiskan sorenya dengan menonton animasi Beauty and The Beast, Marvel berlari dengan cepat menuju kebun di samping ruang keluarga yang dibatasi dengan pintu kaca. Namun, tidak lama kemudian Marvel memanggil Rachael sambil menangis. Rachael berlari dengan cepat, ia takut Marvel tercebur ke dalam kolam renang yang berada tepat di samping kebun.
Rachael mengedarkan pandangannya untuk mencari Marvel, bahkan Kevin dan Alexander juga ikut menyusul Rachael. "Mami~" terdengar lagi suara tangisan Marvel. Rachael melihat Marvel duduk di atas tanah, tangan kiri Marvel memegang tangan kanannya sendiri. Kevin berlari mendahului Rachael, lalu memegang tangan adiknya, "Bu, tangan Marvel berdarah."
Rachael dengan cepat menggendong Marvel kembali ke dalam ruang keluarga, lalu mendudukkannya di atas sofa. Saat ia hendak berdiri untuk mengambil kotak P3K, ia melihat Kevin tengah mengulurkan kotak P3K. "Ini."
Setelah menyerahkan kotak itu kepada Rachael, Kevin duduk di samping Marvel sambil menghapus air mata adiknya. Sedangkan Alexander kembali memainkan playstationnya.
"Mami, sakit..." Marvel menarik tangannya, menghindari alkohol yang sedang dioleskan oleh Rachael.
"Mami tiup ya, biar nggak sakit lagi. Kan katanya Marvel mau jadi orang besar, jadi Marvel harus tahan." Rachael memegang telapak tangan kanan Marvel dengan lembut, lalu membersihkan lukanya sambil mengalihkan perhatian Marvel dengan bertanya,"Kenapa Marvel bisa terluka?"
"Marvel mau petik bunga mawar untuk mami. Marvel gak mau mami seperti putri yang ditangkap monster, nanti Marvel gimana?" Marvel menjawab dengan bergebu-gebu, lupa bahwa dirinya sedang diobati oleh Rachael.
"Mami gak bakal ditangkap monster, kan ada Marvel yang jagain mami. Apalagi sekarang Marvel udah jadi orang besar. Tuh... gak sakit,kan?" Rachael menunjuk luka Marvel yang sudah tertempel plester luka bergambarkan cinderella.
"Yaaah! Kok cinderella sih mami! Kan Marvel anak cowok!" protes Marvel sambil memajukan bibirnya. Rachael dengan gemas mencium pipi Marvel, "Jadi sekarang mawar yang mau dikasih Marvel ke mami ada dimana?"
"Ayo! Mami bantu Marvel petik,ya! Marvel gak mau luka lagi, sakit!" Marvel turun dari sofa, lalu menggandeng tangan Rachael menuju kebun.
"Jadi, kalau mami yang luka, gak apa-apa?" tanya Rachael sambil menggeser pintu kaca menuju kebun.
"Hmm. Gak jadi deh, mami! Mami gak boleh luka." Marvel menghentikan langkahnya, lalu menarik Rachael kembali ke dalam ruang keluarga.
Berselang satu jam, Jonathan pulang. Ia langsung duduk di samping Marvel yang sedang menonton kartun. Rachael, Kevin dan Alexander tidak ada, hanya Marvel. "Kenapa sendirian, anak papa? Kak Kevin , Kak Alex dan mami kemana?" tanya Jonathan sambil menjawil pipi Marvel.
"Mami lagi temanin kak Kevin dan Kak Alex untuk susun buku." jawab Marvel, lalu kembali menonton kartunnya.
"Marvel udah susun buku?"
"Udah." sahut Marvel lagi.
"Ini kenapa?" tanya Jonathan saat matanya menangkap plester luka cinderella di telapak tangan Marvel yang terbuka.
"Marvel luka pas mau petikin mami bunga mawar. Lalu Marvel sedih, mawarnya belum Marvel kasih ke mami. Marvel gak berani petik lagi, sakit..." adu Marvel sambil memegang plesternya.
"Papa bantu, mau?"
"Mau!" Marvel menjawab dengan matanya yang membulat dan bersinar-sinar.
Jonathan membawa Marvel menuju kebun, lalu membantu Marvel memetik mawar yang dia inginkan. "Nanti jangan bilang ke mami ya kalau Marvel dibantu sama papa!" bisik Marvel pada Jonathan yang sedang menggunting tangkai mawar.
"Ok! Besok papa bawain mawar lagi, mau?" Jonathan mengulurkan mawarnya pada Marvel.
"Mau! Thanks papa!" Marvel mengambil mawar itu, lalu berlari masuk ke dalam, meninggalkan Jonathan yang tengah menggeleng-gelengkan kepalanya. Jonathan berdiri, lalu menepuk-nepuk celana kantornya. Ia berjalan masuk, lalu menggeser pintu untuk menutupnya.
"Mami~ Marvel bawain mami mawar, jadi nanti mami gak bakal diculik monster seperti putri." Jonathan tersenyum tipis melihat putranya yang sudah berada di tengah tangga bersama Rachael. Hari ini ia belum melihat Rachael sama sekali dari pagi, ia rindu dengan wanita itu.
Jonathan berjalan mendekati Rachael yang juga sedang berjalan menuruni tangga sambil menggandeng Marvel dan memegang tangkai bunga mawar. "Aku kalah dengan anakku sendiri" bisik Jonathan.
"Ya... Kamu kalah. Sepertinya aku akan menunggu Marvel untuk dewasa. Dua puluh tahun itu tidak lama." Kali ini Rachael yang berbisik pada Jonathan.
***
Jonathan keluar dari toko bunga sambil membawa buket mawar yang indah. Ia menghirup singkat buket itu, lalu berjalan memasuki mobilnya. Ia mengemudikan mobilnya sambil bersiul-siul ringan. Hari ini ia yakin bahwa ia tidak akan kalah dengan Marvel. Marvel bisa menjadi orang pertama yang memberikan Rachael bunga, namun ia yakin buket mawarnya akan membuat satu tangkai mawar Marvel kalah K.O.
Jonathan memarkirkan mobilnya ke dalam garasi, lalu berjalan menuju ruang keluarga untuk mencari Rachael. Ia meletakkan tas kerjanya di meja ruang tamu, lalu melanjutkan langkahnya sambil menyembunyikan buket mawar di belakang tubuhnya.
Langkah kakinya terhenti saat Ia melihat Marvel memberikan Rachael mawar, lagi! Bahkan Rachael mencium pipi putranya, si perayu kecil!
Jonathan memutuskan untuk mengganti semua tanaman mawar maupun tanaman-tanaman bunga lainnya dengan kaktus!
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEETEST KARMA[ADA DI TOKO BUKU]
Romance!! WARNING -- EDISI BELUM REVISI !! [ADA DI TOKO BUKU @Penerbit Coconut Books] Highest #2 in Romance Jonathan Tanjaya , duda tampan beranak tiga serta mapan, pergi untuk menerima rapor ketiga putranya untuk pertama kali. Sejak saat itu juga...