[9] Hujan

868 79 12
                                    

"Div,lo gak kasian apa sama (namakamu)" Sierra menatap (namakamu) yang sedang melamun dengan iba.

Diva yang sedang asik main handphone pun menoleh "Kasian?" Ucap Diva lalu tersenyum miring "Ngapain kasianin orang yang gak pernah mikirin orang lain"

"Div, (namakamu) itu sahabat kita dan kita harusnya ngehibur dia" Sierra berusaha menjelaskannya dengan sabar

"Sahabat? Sahabat tapi cuma mikirin egonya sendiri? Yang gak pernah mikirin orang orang yang selalu ada disampingnya di dalam suka dan duka? Itu yang namanya sahabat?"

"Diva!" Sentak Sierra menggebrak meja

Diva lalu menghela napas berat "Please Ra,gue lagi gak mood buat berantem." Diva lalu berdiri dari kursinya membuat derit kursinya terdengar "Apalagi dengan masalah yang sama" Ucapnya lagi sebelum keluar kelas.

***

Diva lalu pergi menuju taman belakang sekolah. Taman ini jarang dikunjungi siswa,tak heran jika hanya dirinya yang berada di taman ini.

Ia lalu duduk di bangku taman dan menatap lurus kedepan.

"Maaf" Lirihnya,

"Maaf gue belum bisa jadi sahabat yang baik buat lo (nam)"

"Gue janji bakal kembaliin ceria lo gimanapun caranya"

Diva lalu mengepalkan tangannya dengan kuat,wajahnya memerah "Brengsek lo Reza,"

***

Bel pulang telah berbunyi 5 menit yang lalu tetapi (namakamu) dan beberapa temannya masih berada di dalam kelas. Dikarenakan hari ini adalah jadwal piketnya.

Saat ia ingin menghapus papan tulis,ponsel milik Sierra bergetar membuatnya menoleh sebentar kemudian melanjutkan pekerjaannya.

"(Nam) gue udah dijemput nih,lo mau bareng gak?" Tawar Sierra,

"Duluan aja,"

"Yakin?Gapapa kan?"

"Hm"

"Yaudah gue duluan ya maaf gue gak bisa nemenin lo sampe selesai" Pamit Sierra diangguki (namakamu).

Sierra lalu berpamitan dengan teman-temannya yang lain.

Satu persatu pekerjaan mereka mulai selesai. Begitu juga dengan (namakamu). Ia lalu mengambil tas dan pergi menuju gerbang.

10 menit berlalu transportasi umum tak kunjung datang. Perlahan langit yang tadinya cerah menjadi mendung.

Tak lama kemudian hujan turun mengguyur kota Jakarta. (Namakamu) berlari dengan cepat menuju halte yang tidak jauh dari sekolahnya.

Seorang pria memakai jaket berwarna navy yang nasibnya sama seperti (namakamu),pria itu juga kehujanan. Pria itu duduk di halte sambil menunggu hujan reda.

Ia menoleh saat (namakamu) berlari ke arahnya. Sesaat tatapan mereka bertemu kemudian pria itu mengalihkan wajahnya.

(Namakamu) lalu duduk bersama pria itu, "kehujanan juga ya,Yat?" Tanya (namakamu) pada Diat.

Diat lalu membahas dengan sebuah deheman yang berarti iya

Keheningan mengalir bersama rintik hujan yang turun,keduanya tenggelam dengan pikirannya masing masing.

Mine ; STOPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang