❤ Chapter 20

2.4K 483 55
                                    

Kami menunggu lama sampai akhirnya ada orang yang membukakan pintu. Tapi beberapa detik kemudian gue langsung mengernyit ketika cowok jangkung dengan proporsi badan hampir menyerupai binaragawan muncul dari balik pintu.


Pikiran gue langsung disambangi ribuan tanya. Siapa cowok itu? Firasat gue sih mengatakan dia bukan kakaknya, karena mukanya agak Cina. Terus, kenapa harus dia yang bukain pintu? Emang mamanya Jiwoo atau Jiwoonya sendiri ke mana? 


Dan... kenapa bagian samping bibirnya kayak orang habis bangun tidur yang masih nyisain iler, tapi matanya enggak sayu?


"Kak Jiwoonya ada?" celetuk Siyeon dan membuat acara saling pandang kami berhenti.

"Oh, ada kok... silakan masuk." 


Jiwoo pun akhirnya menampakkan batang hidungnya. Umumnya, orang yang didatangi tamu akan langsung mendekat untuk menyambut. Tapi Jiwoo enggak, dengan wajah yang basah karena sepertinya dia abis cuci muka, dia nampak menutupi sesuatu.


Mungkin Siyeon enggak menyadari hal itu. Dia langsung lari menghampiri Jiwoo dengan raut semringah.

"Kak Jiwoo ulang tahun ya? Wish you all the best ya, Kak..." Siyeon menyerahkan kado yang sebenernya dari gue. Tapi karena malu, akhirnya gue nyuruh dia aja yang ngasih.

"Wah, apa nih... repot-repot. Makasih banyak ya." Jiwoo nampak tersentuh kemudian memamerkan senyum tipis. Seperti luka memar di bawah bibirnya membuat dia enggak bisa leluasa tersenyum lebar seperti biasanya.


Gue mulai bisa menarik kesimpulan dari tanda-tanda kecil yang gue lihat. Bunga-bunga di hati gue layu dan kupu-kupu di perut gue langsung mati semua.


"Kak Daniel, Mas Jonghyun... aku ke kamar dulu ya nganterin Siyeon. Kalian silakan duduk bentar lagi aku anterin minumnya." Jiwoo tersenyum ke kami berdua yang kebetulan bersebelahan.

"Oke..." balas cowok itu santai dan langsung mendudukkan dirinya di sofa.

"Duduk juga bro, biar enggak pegel." ujarnya ramah, gue pun enggak ada pilihan selain nurut.


"Oh, jadi lo yang namanya Jonghyun?" celetuknya masih dengan nada bersahabat. Meskipun jenis pertanyaannya seakan ngajak berantem.

"Iya, lo Daniel ya?" balas gue yang baru denger namanya barusan. Cowok berbadan kekar itu mengangguk.

"Jiwoo cerita kalo lo yang selama ini antar jemput dia. Sempet nonton bareng juga kan?"


Gue enggak tahu tujuan Daniel bertanya demikian. Pada akhirnya gue pun mengangguk, "Tapi kemarin nontonnya bertiga kok sama adek gue."

"Oh, bagus deh kalo gitu." 


Dari awal gue tahu atmosfir obrolan kami enggak akan berjalan bagus. Meskipun enggak ada salah satu dari gue dan Daniel yang mengisyaratkan untuk berkelahi. Tapi gue sadar sedari tadi ada luapan amarah yang Daniel tahan.


"Adek lo ada perlu apa ya sama Jiwoo kalo boleh tau?" tanya Daniel lagi.

"Mau liat album korea katanya."

"Oh..." Daniel mengangguk paham. 


"Lagi libur bro?" gue akhirnya memulai sebuah topik pembahasan.

"Cuti sih, bela-belain gue pulang buat ngasih dia surprise." jawabnya disertai seringai, matanya tajam menyoroti gue. Seperti ada hal lain yang ingin dia sampaikan melalui matanya. Tapi gue memilih untuk pura-pura enggak tahu.


Dan setelah itu gue enggak nanya lagi. Dia juga enggak berceloteh apa-apa.


TBC

Sisa sebulan sebelum dipadatkan dengan jadwal kuliah tapi akhir-akhir ini malah lebih semangat baca novel daripada nulis. Aku baru aja namatin "Tentang Kamu" dari Tere Liye. Bagus banget gais hahaha.

Jangan lupa voment ^^

Struggle 2.0 • Daniel & JR [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang