❤ Chapter 24

2K 490 83
                                    

jangan lupa vote + comment ya teman2 :)


*


Jiwoo beranjak dari hadapan wastafel dan mengambil langkah seribu menuju bagian depan restoran. Ia mengenali betul ciri-ciri lelaki yang disebutkan Seokmin tadi. Tapi apa mungkin kalau perkiraannya benar?


"Kak Daniel?" ucap Jiwoo setelah ia sudah dekat dengan lelaki di ambang pintu. Si empunya nama menoleh dan menyambut kedatangan Jiwoo dengan wajah gusar.

"Kamu tuh ke mana aja enggak ada kabar dari semalem?!" Daniel memekik, terdengar nada khawatir di ujung kalimatnya.


Merasa ucapan Daniel barusan terlalu keras, Jiwoo pun langsung mengedarkan pandang ke penjuru restoran. Untung saja meja di bagian depan banyak yang kosong, jadi suara Daniel tak akan sampai ke telinga para pelanggan. Namun ada seseorang yang sedari tadi curi-curi pandang ke arah mereka. Lelaki yang tengah berdiri di balik meja kasir.


Jiwoo tak sengaja bertemu mata dengan Jonghyun, lelaki itu memberi isyarat pada Jiwoo untuk mencari tempat bicara yang lebih kondusif.

"Kita ngomong di tempat lain aja kak," ajak Jiwoo kemudian melangkah keluar dari restoran.


Jadilah sekarang kini berada di dalam mobil Daniel. Mereka berdua diselimuti suasana tegang. Jiwoo tak sama sekali buka mulut. Hingga akhirnya Daniel yang lagi-lagi harus memulai pembicaraan.

"Jadi kamu kenapa tiba-tiba nyuekin aku kaya gini?" tanya Daniel.

"Ya aku bisa sampe kaya gini enggak mungkin tanpa alasan kan? Kakak introspeksi diri aja lah yang bener." 


Demi apa pun, selama enam bulan mereka menjalin hubungan, baru kali ini Daniel mendengar Jiwoo bicara sarkatis seperti itu. Serasa kesalahannya benar-benar tak patut untuk ditoleransi. Padahal merasa berbuat salah saja dirinya tidak.

"Emangnya aku salah apa? Kalau kamu enggak bilang, mana mungkin aku bisa ngerti?" ujar Daniel seraya menjamah lengan Jiwoo. Membujuk pacarnya itu untuk segera memberi tahu.


Jiwoo mendengus. Lelah dengan Daniel yang terus saja berpura-pura bodoh.

"Siapa itu Chaeyeon?!" tanya Jiwoo lirih dan sialnya setetes likuid bening lolos begitu saja dari pelupuk matanya. Jiwoo segera menyekanya dengan punggung tangan. Ia tidak mau terlihat lemah di depan Daniel.


Daniel terbeliak mendengar nama itu disebut oleh Jiwoo. Dari mana dia bisa tahu?

"Dia cuma temen kantor Kakak." ucap Daniel penuh penekanan.

"Cuma temen ya Kak? Sampe perlu sering-sering dianter pulang dan masakin kakak bekal makan siang?" ucap Jiwoo datar diiringi dengan seringai. Daniel pun sukses dibuat membungkam.


"Dek, kakak bisa jelasin..." Daniel meraih tangan pacarnya itu untuk ia genggam. Jiwoo yang emosinya sudah sampai di pangkal ubun-ubun pun sedikit menyerongkan tubuhnya ke arah Daniel.

"Aku kecewa sama kakak." tandas Jiwoo yang tak ditanggapi apa-apa oleh Daniel selain wajah penuh sesal. 


Sikap Daniel yang tak sama sekali berusaha mengelak membuat dada Jiwoo serasa teriris sembiri. Itu artinya tuduhan Jiwoo tidak salah. Daniel benar-benar ada sesuatu dengan Chaeyeon di belakangnya.


"Maafin Kakak dek..." Daniel menciumi punggung tangan Jiwoo dengan wajah tertunduk. Meluapkan seluruh sesalnya di sana dan berharap Jiwoo mau memaafkannya.


Jiwoo yang dikuasai emosi pun tak bisa berpikir jernih. Buru-buru ia menarik tangannya di genggaman Daniel. Membuat lelaki itu terkejut dan menatap pergerakan tangan Jiwoo dengan nanar.

"Aku enggak tau lagi harus gimana, Kakak tolong kasih aku waktu buat sendiri. Aku juga ngasih kakak waktu tanpa aku. Karena pada akhirnya waktu itu sendirilah yang akan ngasih jawaban tentang kelanjutan hubungan kita." ucap Jiwoo dengan tenggorokan yang sudah tercekat akibat susah payah menahan tangis.


"Dek, tolong pikirin lagi keputusan kamu. Kakak enggak mau jarak kita yang udah jauh ini nambah jauh lagi." Daniel memohon. "Kakak cuma sayang sama kamu."

"Aku enggak mau mengubah apa pun, gimana pun hasilnya nanti juga sebisa mungkin enggak akan aku sesali."

"Kamu kenapa ngomong gitu sih... tolong percaya sama Kakak."


"Percaya Kakak bilang? Oke, nganter pulang dan nerima bekal makan siang mungkin cuma hal sepele. Tapi jadi beda urusannya kalau cewek itu ada rasa sama Kakak. Kak Daniel juga pasti tau itu kan?" titah Jiwoo. 

"Enggak ada satu pun hal yang aku sembunyiin dari Kakak, bahkan meskipun itu berisiko menyakiti hati Kakak sekali pun. Apa susahnya sih melakukan hal yang sama? Emangnya pernah aku enggak ngertiin Kakak?" lanjutnya.


Belum sempat Daniel menimpali ujaran pilu dari Jiwoo, gadis itu sudah membuka pintu mobil dan bergegas keluar. Daniel mematung melihat punggung Jiwoo yang lambat laun lenyap dari pupil kelamnya.

"Argh!" erangnya frustasi seraya menendang pedal gas.


*


⚠ RIGHT FROM HERE I'LL PRIVATE THE NEXT CHAPTER ⚠

Follow me first to continue your reading, enjoy!


Struggle 2.0 • Daniel & JR [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang