(2) Sepasang Kalung

1.9K 214 8
                                    





Dia berjalan mondar-mandir untuk yang kesekian kalinya di sebuah ruangan besar yang hanya terisi oleh tempat tidur besar dan di kelilingi oleh rak penuh buku. Ia sekali lagi melihat arlojinya untuk menemukan sudah dua jam ia menunggu tapi yang ditunggunya tidak kunjung datang. Ia berhenti untuk menatap pintu Kamar Kebutuhan yang tidak kunjung terbuka dan perlahan kesabarannya habis hingga ia memilih untuk keluar dan menuju tempat di mana ia seharusnya berada di lantai yang sama dengannya.

Ia berjalan hampir tergesa, beruntung lantai tujuh adalah lantai yang jarang dilewati siswa lainnya, kecuali jika mereka membutuhkan tempat pribadi. Ia mencapai tempat yang ditujunya, dan dari terakhir kali ia ke sana, ia mengucapkan kata sandi yang diingatnya itu. Ia hampir bersorak saat ternyata kata sandinya benar, dan ia langsung melompat menaiki tangga menuju kantor Kepala Sekolah.

Tanpa mengetuk pintunya, ia langsung mendobrak masuk, mendapati Dumbledore yang duduk di kursi di balik mejanya dengan wajah tenang seolah sudah tahu bahwa ia akan datang ke kantornya.

Dengan napas tersengal karena perjalanan yang hampir berlari tadi, dia menahan pekikannya, "Di mana dia?" Dia melihat saat Dumbledore terlihat terkejut dengan pertanyaannya, tapi ia mengabaikannya dan bertanya lagi, "Maafkan saya, Profesor, karena telah bersikap tidak sopan. Tapi sebelum dia pergi dia bilang kalau dia akan menemui Anda dan akan menemui saya lagi setelah itu."

"Duduklah dulu, Mr Black," suara Dumbledore terdengar sedang kebingungan di telinganya.

"Tidak, tidak, saya tidak bisa. Apa Anda tahu di mana dia? Apakah dia kembali ke asramanya? Seharusnya aku langsung ke asramanya saja tadi," tambah Sirius kepada dirinya sendiri.

Tapi saat sebelum ia sempat berbalik untuk keluar, suara Dumbledore kembali menahannya, "Apa kau mengingatnya, Mr Black?"

Menaikkan alisnya skeptis, ia balik bertanya sopan, "Maaf, Profesor, tapi siapa maksud Anda?"

"Hermione Granger."

Mengeluarkan suara nyata yang kegelian, dia menjawab jujur, "Tentu saja saya mengingatnya, Profesor. Gadis dengan rambut semak, masuk asrama Ravenclaw dan murid paling pintar yang mampu mengalahkan Lily Evans si Ketua Murid, dan dia merupakan siswa pindahan dari..." Sirius berhenti, menatap sang profesor dengan pandangan kosong saat melanjutkan, "Beauxbatons, Prancis."

Sirius berusaha menghapus pikiran itu dari kepalanya. Tidak mungkin ia kembali ke Prancis, kan? Tidak, setelah ia berjanji akan menemuinya, tidak mungkin ia tiba-tiba kembali ke Prancis. Setelah susah payah dia mendapatkannya, tidak mungkin ia meninggalkannya tanpa pamit.

Sirius meninggalkan Dumbledore yang masih menatapnya dengan tenang, seolah apapun yang ia pikirkan ia sembunyikan dengan baik. Sirius berlari menuju Menara Ravenclaw untuk mencari Hermione, ia yakin dia tidak akan meninggalkannya tanpa pamit, tanpa mengucapkan apapun padanya. Apa katanya tadi? Bahwa dia kana menemuinya di Kamar Kebutuhan seperti biasa, dan sekarang apa?

Beruntung saat ia hamlir mencapai pintu masuk ruang rekreasi Ravenclaw, dia bertemu dengan Maya, gadis yang adalan mantan kekasihnya yang hampir selalu mengejarnya bahkan setelah ia menolaknya dengan kasar.

"Maya," panggilnya cepat.

"Sirius?"

"Di mana Hermione?"

Alis gadis berambut hitam panjang itu bertaut yang menandakan bahwa ia kebingungan. "Siapa Hermione?" tanyanya balik.

"Siapa Hermione, katamu?" pekiknya frustasi, "Hermione Granger, Maya, gadis pindahan Beauxbatons!"

Gadis itu menyentuh dahinya dengan punggung tangannya seolah sedang memeriksanya, dan terkikik. "Kau tidak sakit, tapi tidak ada yang bernama Hermione di sini, bahkan tidak ada gadis pindahan selama beberapa bulan ini, Sirius."

Remember Me? ⚠️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang