[ end ]+promotion✔️

1.4K 296 30
                                    

"ngapain lo!?" mina membentak seseorang didepannya masih sambil memegang mayat eunwoo.

"gue? ga ngapa-ngapain"

jawab yuju santai. "trus ini kenapa temen gue mati!?" bentakku padanya. ia hanya berdecih dan mendekatiku, "lo yang bunuh lo yang nanya?".

aku kaget mendengar perkataan yuju barusan. aku menyadari bahwa aku sedang memegang linggis yang bersimbah darah. tapi bukan aku pembunuhnya. aku hanya ingat bahwa aku baru saja habis pingsan.

"bukan gue!" seruku padanya. aku tersadar beberapa saat sebelum pingsan aku seperti dirasuki sesuatu. aku melihat ke arah yuju namun nihil. yuju menghilang begitu saja.

aku mengusap usap wajah dan rambutku dengan frustasi. perlahan air mata jatuh lagi dari kedua manik hitamku. aku mengusapnya kasar. aku langsung menyahut handphone eunwoo dan linggis yang ada disebelahku dengan kasar. aku mulai berjalan menjauhi rumah dan mayat eunwoo.

masih sesenggukan, aku berjalan ke arah hutan dan mulai memencet nomor yang tertera di handphone eunwoo. sekarang aku hanya peduli pada nyawaku.









belum sempat memencet ikon telepon, aku mendengar langkah orang di belakangku. aku terhenti dan menengok ke belakang. "celaka". aku langsung berlari sekuat tenaga menjauhi orang di belakangku. pembunuh itu muncul lagi.

ia mengejarku dengan membawa sebuah linggis di tangannya. aku terus berlari memasuki hutan. sesekali aku menengok ke belakang dan melihat orang itu.











dia masih mengejarku. aku mulai berteriak meminta tolong. tak lama langkah kakinya mulai tidak terderngar lagi. aku berhenti dan membalikkan badanku. aku mengedarkan pandanganku ke seluruh sudut hutan. aku tidak mendapati siapapun lagi.

setelah dirasa aman, aku segera menelpon polisi. aku mengatakan pada polisi bahwa ada pembunuh membawa linggis yang membunuh semua teman-temanku dan hampir membunuhku. polisi memintaku untuk mencari tempat yang aman. setelah memberi dimana aku berada. polisi segera mencariku.


















aku melihat kepulan asap di arah utara. aku mendatangi kepulan asap itu dan berharap bahwa ada yang bisa menyelamatkanku. saking semangatnya berlari, aku tersandung sebuah batu dan handphone eunwoo terlempar entah kemana.

aku bangun dan mencari handphone itu kemana-mana, namun tidak juga kutemukan. aku melihat kepulan asap itu makin tipis. aku rasa orang itu akan segera meninggalkan tempat ini. "sialan!" umpatku lalu meninggalkan handphone itu dan berlari ke arah asap itu.
















bagus! dari kejauhan aku melihat mobil polisi dan sesorang disana. tanpa basa-basi aku segera mendatangi tempat itu.

"polisi! tolong saya!" kataku sampai disana. tapi polisi malah menodongkan pistol nya ke arahku. aku memakluminya karena memang bajuku sekarang penuh darah dan aku membawa linggis.







tunggu.....











"angkat tangan" kata salah satu polisi. aku mengangkat tanganku dan segera membuka mulut. "tolong aku. teman-temanku dibunuh dan aku hampir dibunuh di villa disana" kataku sambil menunjuk arah villa.


"petugas 1. terjadi pembunuhan di tempatmu sekarang. tersangka mengejar 1 korban yang masih hidup"
punyi ht milik salah satu polisi berbunyi. aku membulatkan mataku. "aku korbannya" kataku sambil mendekat.

polisi melihat ke arah tanganku. aku menyadari aku tengah membawa sebuah linggis dan aku segera menjatuhkan linggis tersebut. polisi semakin menjauh denganku dan masih menondongkan pistolnya.

"percayalah pak! saya bukan pembunuhnya!" kataku bersikeras. "dengan bercak darah dimana-mana?" tanya polisi itu semakin menjauh dariku. aku mendekati mereka dan salah satu dari mereka mulai berteriak "tetap di tempat!".

"saya bukan pembunuhnya! bawa saya ke seoul dan saya jelaskan kronologinya" kataku. polisi itu mulai mengambil ht di sakunya. "petugas pusat. apa yang dibawa pembunuh itu?" tanyanya pada ht di tangannya.













"sebuah linggis"




aku membelalakkan mataku. "saya yang melaporkan ini dan saya korban itu!" teriakku mulai tidak terima. "lantas linggis yang penuh darah itu?" tanya polisi itu masih menodongkan pistol nya ke arahku. aku melirik linggis itu dan mulai menjelaskannya, "linggis itu untuk berjaga-jaga" kataku.

"darah siapa itu?" tanya polisi masih menginterogasi. aku mulai mengusap wajahku kasar dan mendekati polisi itu dengan brutal. "BUKAN AKU PEMBUNUHNYA!" seruku.



















dor!

satu tembakan dilepaskan dari pistol polisi itu. aku menelan ludahku dan melihat ke arah badanku. polisi itu menembak tepat di dadaku. tak lama semua buram dan aku mulai kehilangan keseimbangan hingga dan akhirnya aku ambruk ke tanah.

perlahan penglihatanku mulai gelap dan aku tidak merasakan apa apa lagi. air mata perlahan turun dari kedua ujung mataku. mataku mulai tertutup sempurna dan aku menghembuskan nafas terakhirku.









—end—

•fantasma;1997•2017

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•fantasma;1997•
2017




©jeonmarkeu













hai hai! karena fantasma tamat. aku mau kasih cerita lagi yang ga kalah psiko sama fantasma!

kuy la dibaca+di vote, dijamin di cerita ini aku bakal lebih psiko

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

kuy la dibaca+di vote, dijamin di cerita ini aku bakal lebih psiko.g ^____^

fantasma+1997✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang