One

376 42 32
                                    

"Eh, balikin gak buku gue!", teriakan Shaqila serta merta membuat seisi kelas X MIPA 2 tertuju padanya.

"Ogah, gak bakal gue balikin. Kalo mau ambil aja sendiri", ucap Arkan malas.

"Ih, nyolot banget sih lo! Awas aja kalo ketangkep gue apain lo!"

Seisi kelas hanya pusing sendiri melihat kelakuan mereka yang setiap hari selalu seperti itu.

"Ambil aja kalo bisa, wlee", balas lelaki tampan yang tak kenal lelah menjahili gadis manis itu, seraya menjulurkan lidahnya.

"Nih Shaq buku lo", ucap Azmi santai seraya menyerahkan buku yang di pegang Arkan tadi kepada pemiliknya.

"Gak seru lo mi!", protes Rika yang sedang asik menonton mereka berdua.

Azmi hanya memutar kedua bola matanya malas, ia tidak peduli.

"Gue tau lo gak suka liat gue ngejahilin Shaqila, karena lo suka sama dia kan?", bisik Arkan kesal.

"Terus kenapa? Lo gak suka?", balasnya acuh.

"ck, bacot!", geram arkan. Saat ini dia sudah siap meledak, tapi dia lebih memilih pergi dari tempat itu dan memilih duduk manis di kursinya.

----

"Kenapa harus masuk sih tuh guru!", ucapnya seraya mengusap mukanya kasar.

Siapa lagi kalau bukan Raka, orang yang selalu jadi bulan-bulanan para guru. Pada nge-fans sama lo noh, hehe.

"Selamat pagi anak-anak!", sapa Bu Dian yang terkenal dengan ke- killer'annya.

Mungkin semua orang takut kepadanya tapi tidak untuk Raka and the genk, biang rusuh di kelas X MIPA 2. Bukan biang deng tapi jantan, hehe.

"Pagi", balas mereka bersamaan.

"Eh Ibu, alhamdulillah kita bisa ketemu lagi, apa kabar bu?", ucap Raka, sebenarnya dia sengaja bertanya seperti itu, supaya mengulur waktu Bu Dian mengajar.

"Kamu lagi - kamu lagi! Kamu bisa gak sih buat saya tidak marah jika saya mengajar di kelas ini atau jika bertemu saya! Saya tahu kamu bertanya seperti itu untuk memancing emosi saya, supaya saya marah, dan jam pelajaran saya berkurang! Saya sudah hafal sama taktik kamu!", omel Bu Dian panjang lebar.

Tapi justru membuat Raka dan teman - temannya merasa senang. Murid biadab, wkwk.

"Ibu jahat, ditanyain kabar malah - marah", ucapnya memasang Puppy eyes.

"Tau nih Ibu, Raka udah bicara baik - baik malah dimarahin", timpal Aldo dengan wajah tak berdosa yang membuat seisi kelas tertawa terbahak - bahak.

"DIAM KALIAN SEMUA, CUKUP!", teriakkan Bu Dian membuat seisi kelas hening seketika.

"Shit, kita gagal do", bisiknya kepada Aldo, teman seperjuangannya.

"Iya ka, padahal udah gue pancing juga, kupret", balas Aldo kembali berbisik.

"Hei yang di sana, tidak dengar saya bilang diam?!", pendengaran Bu Dian memang sangat tajam, setajam silet. Eh iklan, astaghfirullah, hehe.

----

Murid mana yang tidak senang saat bel pulang sekolah berbunyi. Begitupun dengan murid di kelas X MIPA 2.

Mereka semua bersorak - sorai, apa lagi Raka yang sedang berjoget ria seraya memutar - mutar dasinya ke udara, "yuhu, pulang - pulang - pulang".

"Hei kamu, bisa diam tidak?!"

"Iya Ibu cantik".

Ucapan Raka membuat Arkan menggeleng tak habis pikir, karena kelakuannya yang selalu membuat para guru naik darah.

Semua murid sudah berhamburan pulang kerumah masing - masing, hanya terlihat beberapa orang saja yang masih terlihat disana.

Shaqila masih memunggu abangnya yang belum kunjung menjemputnya, "Kemana sih Bang Ryan? Lama banget, biasanya juga udah di gerbang."

"Jangan - jangan dia ketabrak terus mati? Eh, astaghfirullah", batinnya

"Belum dijemput juga?", ucap lelaki bersuara berat yang terdengar sexy dan itu tak asing.

Shaqila mencari sosok lelaki bersuara berat tersebut, dan ia dapat menemukannya. Lelaki yang masih duduk manis di motor gede berwarna putih miliknya, dengan senyuman tipis yang membuat gadis manapun ingin berteriak.

"Gila, tingkat kecoganannya bertambah kalo kaya gini. Omg!", batinnya.

"Belum", ucapnya setenang mungkin, menghiraukan batinnya yang masih terus memuji - muji lelaki itu. Dasar cewek, gengsinya tinggi banget, hehe.

"Gue anterin aja yuk", tawar Azmi dengan senyuman manis andalannya.

"Ayo", batinnya dalam hati.

"Gak usah, bentar lagi juga abang gue jemput", balasnya sedatar mungkin, walau dirinya sekarang sudah terbang entah kemana. Najis baperan banget lo jadi cewek hehe.

"Udah sore, kalo misalkan abang lo gak jemput - jemput juga gimana? Lagian kalo nyari kendaraan umum jam segini juga susah", ucapnya halus tapi terkesan memaksa secara halus.

"Mmm, oke."

----

Thanks yang udah mau mampir dan baca cerita gue:)
Karena gue baru pertama kali nulis jadi maaf kalo awkward ya:v
Ditunggu vommentnya, hehe.

Masalah waktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang