"Mungkin aku tidak bisa memilikimu, tetapi aku akan menjagamu dari sini. Dengan caraku sendiri."
-Arkan Rasyiqul Abid-
----
Setelah membeli minuman dikantin, dengan cepat Shaqila melangkahkan kakinya menuju ruang musik. Dimana semua sahabatnya berada.
Dengan cepat ia berjalan menyusuri koridor sendirian, karena sahabatnya memilih untuk tidak membeli apapun kekantin. Tetapi ia tetap keukeh untuk pergi kekantin, walau seorang diri, baginya itu tak masalah.
Tiba - tiba saja ada gerombolan yang menghadangnya dari depan, dengan cepat ia minggir dari sana. Tetapi gerombolan didepannya itu mengikuti setiap langkahnya.
"Permisi." ucapnya sopan.
"Apa? Gak denger," balas salah satu dari mereka yamg berada dibarisan paling depan.
"PERMISI." ulangnya dengan nasa naik beberapa oktaf.
"Permisi? Woi, urusan kita belum kelar sama lo," balas salah satu dari mereka lagi yang berada dipaling kanan.
"Urusan? Situ kenal sama saya?" tanyanya ketus membuat aura juteknya semakin terpancar.
"Gak usah belaga bego deh lo." balas salah satu dari mereka yang berada dibarisan paling depan lagi.
"Kalo ngomong itu to the point, gak usah muter -muter." ucap Shaqila tegas.
"Oke, fine." balasnya dengan nada meremehkan. "Lo itu orang yang gak tau diuntung." lanjutnya.
Mendengar ucapan itu membuat Shaqila semakin bingung apa yang sedang dibicarakan oleh mereka. Yang dia ketahui bahwa mereka adalah kakak kelasnya.
"Lo itu beruntung bisa ditembak Arkan, tapi malah lo tolak. Lo itu gak mikir apa?"
"Sok cantik banget sih lo!"
"Bikin sensasi mbak?"
Shaqila membuang nafas lelah seraya memutar kedua bola matanya malas melihat sikap kakak kelas yang ternyata mengidolakan Arkan.
"Itu hak saya mau tolak atau terima dia, bukan urusan kalian."
"Oh, jadi berani lo sama kita?" ucapnya meremehkan Shaqila.
"Buat apa saya takut? lagi pula, asal kalian tahu ya, kalian itu gak berhak mengatur saya. Karena kalian bukan siapa - siapa saya. Jadi gak usah sok ngatur." tukasnya dengan sorot mata yang benar - benar tajam.
Tiba - tiba saja, ada tamparan salah satu dari mereka mendarat mulus dipipi Shaqila dengan sangat kencang.
Rasa panas itu menjalar dibagian pipi bagian kanan Shaqila, ia benar - benar terkejut atas perlakuan kakak kelasnya."Abisin aja udah," ucap salah satu dari mereka.
Dan beberapa detik kemudian mereka mulai mengeroyokinya. Membuat semua murid menontoninya.
Ada yang menjambak, –hingga membuat pita kesayangannya yang semula berada dirambutnya jatuh dan patah– , mendorong, memukul, dan masih banyak lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masalah waktu
Teen FictionDulu kau mendekatiku, membuatku terpukau Kau memujiku tanpa alasan Namun sekarang, kau meninggalkanku Menganggap semuanya sirna begitu saja Kau pergi dalam dingin yang mencekam Dan, saat semuanya berubah begitu saja Kau benar-benar seperti tidak me...