Nine

37 9 0
                                    

Author pov

"Lho Azmi? Udah lama?" tanya Shaqila saat baru tiba di meja makan.

Azmi yang sedari tadi sedang berbincang dengan Nisa, hanya tersenyum seraya menganggukkan kepalanya tanda mengiyakan pertanyaannya.

"Ngapain?" tanyanya lagi.

"Jemput lo,"

"Lah kok?"

"Qila, udah cukup" ucap Nisa tegas, "Kita sarapan dulu aja yuk." lanjutnya.

Semuanya memakan makanan masing-masing dalam keadaan hening. Pikiran Shaqila melayang, entah mengapa ia merasa ada yang janggal walaupun ia merasa senang.

"Wah, berarti hari ini gue gak anter lo ya? Seneng rasanya," ucap Ryan seraya menyeringai memecahkan keheningan diantara mereka semua.

"Jadi songong banget lo." balas Shaqila setengah kesal, "Selesai." lanjutnya.

"Ya udah tante, saya permisi dulu. Assalammu'alaikum" pamitnya seraya bangkit dari kursinya dan mencium punggung tangan Nisa diikuti oleh Shaqila.

"Wa'alaikumsalam, hati-hati ya."

Azmi menyodorkan helm kearah Shaqila, shaqila yang menatap ragu melihat helm yang disodorkannya. Azmi yang tak habis pikir pun akhirnya memutuskan untuk memakaikan helm itu kepadanya.

Saat ini Shaqila diam mematung, degupan jantungnya semakin kencang, takut jika Azmi bisa mendengarnya.

"Ayo naik," ucap Azmi seraya memakai helm hitam untuknya, Shaqila hanya menganggukkan kepalanya samar.

Azmi menjalankan motornya dan meninggalkan pekarangan rumah Shaqila, membelah jalan raya ibu kota yang cukup ramai pagi ini.

Sesekali Azmi melirik Shaqila dari maca spion, begitupun sebaliknya.

"Kenapa lo lirik-lirik gue, suka ya?" ledek Azmi seraya mengerling jahil.

"Gak jelas lo, gue itu tadi gak sengaja." elak Shaqila sambil memutar bola matanya malas, padany atanya dia malu karena ketahuan Azmi.

"Serius?"

"Apaan si lo," balas Shaqila singkat.

----

"Tumben ngaret," ucap Alina singkat saat melihat Shaqila memasuki kelas padahal bel masuk akan berbunyi lima menit lagi.

Shaqila hanya melirik sekilas Alina setelah itu ia hanya fokus kepada arah yang ditujunya, mengabaikan Alina yang masih terus membrondongi pertanyaan kepadanya.

"Gimana gak ngaret, bareng Azmi." Ledek Neyla seraya tertawa jahil.

"Tau dari mana lo?" Tanya Shaqila memincingkan matanya.

"Tadi kan gue dijalan ngeliat lo goncengan sama Azmi." jelas Neyla dengan muka tak berdosa andalannya.

"Aduh Shaq gue juga mau dong, tapi sama cogan." Rengek Rika.

"Dasar para pencari cogan jilid 1," Ledek Shaqila.

"Tau lo cogan mulu, makan tuh cogan," Timpal Salsa.

"WOI ITU KATA-KATA GUE JANGAN DI COPAS!" Bentak Shaqila berpura-pura kesal.

"Ya elah sekali-kali Shaq." Balas Salsa sambil menyolek lengan Shaqila.

"Apaan si lo colek-colek, kita bukan mukhrim." Ucap Shaqila seraya menyipitkan matanya.

" Emang mukrim lo siapa Shaq?" Ledek Sakinah seraya tertawa kecil.

"Nahlo, siapa Shaq? Arkan atau Azmi?" Timpal Neyla seraya tertawa.

"Pilihan yang sangat sulit ya Shaq." Ledek Alina tidak mau kalah.

"Udah-udah kasihan Shaqila." Ucap Fahri.

"Wah ngapain lo belain Shaqila? Suka lo sama dia?" Selidik Neyla.

"Jadi serba salah gini ya gue," Balas Fahri seraya menggaruk keningnya yang tidak gatal.

"Ya allah Shaqila, makanya ya jadi orang tuh jangan cantik-cantik banget, jangan manis-manis banget, jangan alim-alim banget, dan jangan pinter-pinter banget kenapa sih. Kan jadi banyak yang naksir lo bahaya," Ucap Sakinah.

"Iya tuh, bagi-bagi dikit kek gitu. Gak kasihan lo sama gue Shaq, teranu banget gue kayaknya." balas Salsa.

Shaqila tidak menghiraukan kicauan para sahabatnya itu, karena ia tahu mereka itu memang suka meledeknya.

"Eh Lin, gimana kemarin si Raka?" Tanya Shaqila mengalihkan pembicaraan diantara mereka.

"Oh iya tuh, gimana keseluruhan ceritanya?" Timpal Neyla seraya menautkan kedua alisnya.

"Dia nembak gue," Jawab Alina dengan polosnya.

"YA ALLAH ALINA, GUE NANYA SEMUANYA. KENAPA SIH LO POLOS BANGET, GEMES BANGET GUE RASANYA MAU MAKAN ORANG HIDUP-HIDUP GITU YA," Protes Neyla.

"Iya sabar," balas Alina "Terus gue terima." Lanjutnya.

"WHAT?!" Ucap mereka serentak.

"Tapi gue kasih dia syarat,"

"Apa syaratnya?" Tanya Salsa seraya mengerutkan dahinya.

"Syaratnya gue gak mau lihat dia jailin guru terus,"

"Udah?" Ucap Neyla tak habis pikir dengan syarat yang diberikan sahabatnya itu.

"Iya," Jawab Alina dengan polosnya.

"Lo yakin dia bisa gitu Lin?" Ucap Shaqila.

"Ya liat nanti lah," Jawabnya tak mau ambil pusing.

"Puyeng juga ya gue liat pengrusuh kelas pacaran sm orang yang paling pendiem dikelas," Ucap Neyla seraya memijit-mijit kepalanya yang tak sakit.

"Siapa yang nyuruh lo liat mereka coba." Balas Salsa agak nyelekit.

----

Hello readers, jadi aku mau minta maaf yang sebesar-besarnya karena udah lama ga update setelah UN kemarin. Diantara kalian pasti udah lupa sama ceritanya dan aku bener-bener minta maaf.

Terima kasih buat yang setia menunggu, minta aku cepet-cepet aku update. Itu semua penyemangat aku untuk update, aku kira gada yang suka sama cerita ini.

Thank you guys❤

Jangan lupa baca ya, aku seneng kalian udah baca cerita ini. Apa lagi kalian vote, itu kebanggaan tersendiri untuk aku.

Maaf jika ada kesalahan kata ya.

See u guys❤

Masalah waktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang