"Tidak! Tidak boleh!" Seru Sasori tiba-tiba -yang entah datang darimana-.
"Nii-chan..." gumam Sakura sambil memandang sendu Sasori.
"Hah? Kenapa memangnya?" Tanya Ino.
"Tidak, itu tak mungkin Ino, aku tak akan mengijinkannya!" Jawab Sasori.
"Menarik orang yang berbakat juga bagian dari pekerjaan lampist, baka! Lagipula Sakura juga tertarik untuk mencobanya!" Sela Ino.
"Pokoknya tidak, Sakura tak boleh menjadi Lampist! Dan tidak ada bantahan!" Tegas Sasori.
"Huh, terserah kau saja!" Rajuk Ino kemudian berjalan pergi sambil menghentak-hentakkan kakinya di lantai.
"Huh! Siapa sebenarnya boss di sini?! Dasar pegawai tak tau malu!" Gerutu Ino pelan, Sasori yang masih dapat mendengarnya hanya mampu menghela napas.
"Tidurlah, dan jangan padamkan lampu saat kau tidur." Pesan Sasori pada Sakura sebelum akhirnya melangkah pergi menyusul Ino.
"Ya, aku mengerti." Sakura menjawab dengan ekspresi kecewanya.
.
.
."Hhh.. rasanya hari ini panjang sekali..." gumam Sakura sambil membenamkan wajahnya ke bantal, lenteranya diletakkan di nakas sebelah tempat tidurnya.
"Aku sempat bingung akan seperti apa keseharianku sejak ditinggal nenek, kupikir kakak juga tak akan menyapaku lagi, aku juga bertemu roh kegelapan yang ternyata sama sekali tak menyeramkan. Yah, malah kurasa dia orang yang rupawan, entah kenapa aku malah ingin bertemu dengannya sekali lagi..."
"Siapa?" Tiba-tiba terdengar sebuah suara dari luar jendela Sakura, membuat Sakura menengadahkan kepalanya ke jendela.
Seketika itu pula mata Sakura melebar,
"Ah, akhirnya ketemu juga kau"
Roh kegelapan yang tadi hampir merebut jiwanya kini tengah berdiri di depan jendela kamarnya.
"Eh, bukan!" Seru Sakura cepat.
"Cara penampakan yang horror!" Batin Sakura takut.
"Kalau ketemu roh, kau harus langsung kabur!"
Kata-kata Ino kembali terngiang di kepalanya membuat Sakura segera berbalik dan berlari.
Gubrak!
Namun sepertinya kesialan sedang melanda Sakura, belum berapa langkah Sakura malah terjatuh, membuat lampunya terlempar agak jauh darinya.
"Kau kenapa? Baik-baik saja?" Tanya pria itu sambil menyodorkan tangannya -berusaha membantunya berdiri- pada Sakura.
"Y-ya aku baik-baik saja" Lirih Sakura pelan sambil menerima sodoran tangan pria itu, namun matanya melirik lenteranya yang terletak lumayan jauh darinya.
"Celaka! Dia masuk ke kamarku!" Batin Sakura panik.
"Kau roh yang waktu itu, kan..." gumam Sakura.
"Kau harus bertanggung jawab karena sudah merusak semua lampuku, jadi aku kesini untuk menyeretmu pergi." Jelas pria tersebut.
"Tapi kau akan merebut jiwaku dan membuatnya jadi lampu kan?" Tanya Sakura dengan senyum kecutnya.
"Benar, aku yang susah kalau tak punya lampu." Jawabnya sambil menarik-narik tangan Sakura.
"Aku minta jiwamu ya?"
"Meski kutolak, kau tetap akan merebutnya kan?" Tanya Sakura balik.
"Kau beruntung karena aku masih meminta persetujuanmu lebih dulu"
"Tapi kau tetap akan menjadikan aku sebagai lampumu kan?"
"Kau ini- tak takut padaku ya?" Tanya pria itu sambil mendekatkan wajahnya pada Sakura- berusaha menakutinya-.
Pria itu mendengus kemudian kembali memundurkan wajahnya, "Aku tak merasakan ketakutan dari dirimu. Kalau melihat kami, bisanya orang pasti gemetaran dan memohon diampuni."
"Aku lumayan takut kok. Tapi rasa takutku kalah oleh rasa tertarikku- padamu." Ucap Sakura, membuat pria itu agak tercengang dengan jawabannya.
"Tertarik?" Tanyanya.
"Ah tidak! M-maksudku aku tertarik dan berdebar karena pengalaman menyeramkan ini- eh, bukan a-aku..." sela Sakura kalang kabut.
Namun pria itu malah terkekeh, "Kau gadis aneh yang lucu." Ucapnya.
"Ah ya, tentang pengganti lampumu.. nanti aku akan membujuk kakakku untuk belajar menjadi lampist, nanti akan kubuatkan lampu untukmu!"
"Hn. Sayangnya, aku tak tertarik pada lampu manusia." Jelasnya.
"Cahaya jiwa gadis ini melimpah ruah, dia sudah seperti sebuah lampu. Menarik juga... Kalau aku sudah bosan, aku tinggal rebut jiwanya dan jadikan lampu. Pasti dia akan jadi lampu kegelapan yang hebat." batinnya.
"Baiklah. Aku akan berada di sampingmu. Aku ingin berada di dekatmu. Kalau kau bersedia, akan kulupakan soal lampuku." Ucapnya sambil meletakkan telapak tangan kirinya di pipi Sakura.
"Disamping? Bagaimana caranya kau tetap di sampingku?" Tanya Sakura.
"Aku akan ada dalam bayanganmu." Jawabnya kemudian kembali berdiri dan berjalan ke arah jendela Sakura.
"M-maaf namaku Sakura! Siapa namamu?"
"Sasuke." Jawab Sasuke sebelum akhirnya tubuhnya lenyap sepenuhnya.
"Dia menghilang..."
.
.
.
Tbc¤
.
Yahoo! Fast update again! 😅
How about this part? Can you leave your vomment, please?! 😃😄 #sokengland#SayakaRei
KAMU SEDANG MEMBACA
Light In Darkness (END)
Fanfiction(Short Story) Sakura, gadis yatim piatu, datang ke kota tempat kakaknya tinggal. Kota aneh yang penuh dengan lampu, dan warganya yang takut dengan kegelapan. "Jangan pernah dekati kegelapan..." Pesan itu malah membuat Sakura semakin penasaran! Penas...