thirty three; always be my baby

22.5K 1.6K 42
                                    

Mulut Nadiar menganga lebar, sedangkan matanya mengedip cepat. Apa tadi? Apakah Alvis baru saja ..., menembak Nadiar? Be my baby, katanya? Nadiar melotot pada Alvis. "Bos ..., tadi, Bos nembak saya?"

Alvis tersenyum, lalu menjauhkan wajahnya dari wajah Nadiar. Ia mengangguk mantap. "Ya, saya ingin kamu jadi pacar saya. Kenapa? Kamu menolak?"

Nadiar tertawa hambar. "Saya bego kalo saya nolak Bos. Tapi ...," jeda, Nadiar mengubah raut wajahnya menjadi ekspresi tidak mengerti. "Kayaknya, Bos yang bego deh, mau-maunya sama saya. Kenapa? Terpukau sama teori penjahat berhak bahagia, ya? Wah, kalo emang itu penyebabnya, saya udah ngomong kayak gitu di depan Justin Bibier."

"Kamu meledek saya?"

Nadiar menggeleng cepat sambil menggoyakan tangannya di depan tubuh. "Bukan! Bukan gitu, Bos! Tapi, aneh aja. Kok, Bos bisa-bisanya nembak saya? Kalo saya yang suka Bos rasanya gak aneh. Tapi, saya gak nyangka kalo pesona saya bisa mempan ke Bos juga."

Alvis mendengus geli. "Saya juga heran. Kamu pake susuk atau sejenisnya, ya?"

"Mungkin, ada susuk nyasar ke saya," jawab Nadiar asal sambil menggaruk hidungnya. "Ini Bos beneran nembak saya, gak, sih? Kenapa ngomongin susuk?"

Alvis terkekeh, lalu mencubit pelan pipi Nadiar.

"Eh! Cubit-cubit!" seru Nadiar sambil melotot. "Bos, ih! Udah berani pegang-pegang, ya!"

Alvis tertawa pelan sambil menggelengkan kepalanya. "Saya gak pernah main-main sama ucapan saya. Iya, saya pengen kamu jadi pacar saya. Dan saya gak nerima penolakan."

"Dih, siapa juga yang mau nolak?" tanya Nadiar dengan alis yang terangkat. "Sekarang gini, deh. Bos mau, nggak, manjain saya? Karna saya ini suka banget manja-manja sama pacar."

Alvis tersenyum miring dengan alisnya yang terangkat sebelah. Sial, Alvis benar-benar tampan. "Kita coba?"

Nadiar berdeham. Tangannya lalu terulur, memegang tangan Alvis. Nadiar lalu mengalungkan tangan Alvis ke lehernya, lalu mendekatkan tubuhnya ke Alvis. Tangan Nadiar kemudian terulur untuk memeluk pinggang Alvis dari samping. Cengiran lebar menghiasi wajah Nadiar saat perempuan itu mengangkat wajahnya untuk menatap Alvis. "Kalau saya sering giniin Bos, gapapa?"

Alvis mendengus geli, lalu menggelengkan kepalanya dengan pelan. Alvis menunduk, lalu menggesekan hidungnya pada puncak kepala Nadiar.

Nadiar terkekeh pelan melihat respon Alvis. Angin sore di pantai menerpa tubuh Nadiar, membuat Nadiar bergidik kedinginan di pelukan Alvis.

"Dingin?" tanya Alvis yang disambut anggukan Nadiar. Alvis berdecih geli, lalu menggenggam tangan Nadiar. "Kita pulang sekarang, kalau gitu."

Nadiar mengangguk. Mereka pun berjalan beriringan ke arah mobil. Sesekali, kaki telanjang Nadiar menendang pasir, dan Alvis hanya terkekeh pelan sambil menggelengkan kepalanya.

"Duh, sepatu kamu kasihan sekali," Alvis berucap prihatin melihat sepatu Nadiar yang tergeletak di pasir.

"Oh yeah, my shoes!" Nadiar berlari kecil dan melepaskan tangannya dari Alvis. Ia mengambil kedua sepatunya, lalu memakainya dengan cepat.

Alvis mendengus geli. Badannya lalu membungkuk, dan menepuk pelan rok Nadiar untuk membersihkan pasir.

"Eh, Bos! Mesum, ya? Ngapain tampar-tampar pantat saya?" protes Nadiar, namun tidak menghentikan kegiatan Alvis. Nadiar malah cengengesan. "Si Bos bisa sweet juga, ternyata."

Alvis berdecak, lalu menegapkan berdirinya. "Ini demi kebersihan mobil saya. Saya gak mau mobil saya kotor karna banyak pasir," ucapnya, lalu terkekeh dan mengacak rambut Nadiar saat wajah Nadiar berubah cemberut. Alvis kembali mengenggam tangan Nadiar, lalu berjalan berdampingan menuju tempat mobil di parkir.

Handsome CEO [Repost]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang